Trauma Tumpul Thoraks

4.7K 192 2
                                    

Hari senin pukul 16.00

Saya tiba di rumah. Saya bergegas mandi dan mengganti pakaian lalu menghempaskan diri di kasur kamar saya. Semenjak masuk ke Fakultas Kedokteran, kasur menjadi surga dunia bagi saya. Berada di atas kasur merupakan anugerah yang luar biasa.

Hanya butuh sesaat hingga akhirnya saya terlelap cukup lama. Saya terbangun menjelang isya, bergegas sholat maghrib dan melakukan beberapa hal lain.

Saya mengambil ponsel dari dalam tas dan memeriksanya.

"7 panggilan tak terjawab, dan 10 pesan baru masuk"

Busett dah. Banyak amat. Siapa aja nih. Saya mulai memeriksa satu per satu. 2 panggilan tak terjawab dari Arqie di jam yang berlainan, 2 Panggilan tak terjawab dari Yuan di jam yang sama, 1 panggilan tak terjawab dari Diqie, 2 panggilan tak Terjawab dari Ahmad.

Saya mulai memeriksa kotak pesan yang masuk:

Arqie - Semoga ujiannya sukses

Diqie - Semangat ya buat ujiannya

Arqie - Gimana ujiannya?

Diqie - Ujiannya lancar?

Yuan - Ujiannya sukses dek?

Ahmad - sombong banget ya sekarang, kakak telpon ga diangkat.

Arqie - Jangan lupa makan ya..

Diqie - Jaga Kesehatan

Arqie - masih di rs kah?

Diqie - udah pulang?

Saya mengusap wajah saya. Lalu mulai menekan tuts di ponsel,

"Alhamdulillah ujiannya diundur sampe rabu karena pengujinya keluar kota. Maaf baru di balas. Tadi sampe rumah jam 4 sore langsung ketiduran. Baru bangun udah dekat isya, buru-buru sholat maghrib, lanjut isya, trus baru buka hp sekarang."

Saya mengcopy pesan itu dan menyalinnya untuk dikirim ke Arqie, Diqie, dan Yuan. Untuk Ahmad sendiri, saya ketik pesan singkat lainnya,

"Maaf kak. Baru liat hp. Ada yang bisa dibantu, kak?"

Dia adalah calon dokter spesialis bedah yang pernah dekat dengan saya beberapa bulan yang lalu. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk menjauhi dia karena dia terdengar mendekati wanita lain juga. Beberapa kali telponnya tidak saya angkat dan chat nya jarang saya tanggapi. Sorry man, kata iwan falls, 'aku bukan pilihan'.

Tidak lama kemudian terdengar bunyi pesan masuk di ponsel saya. Saya segera membukanya,

Arqie - Alhamdulillah. Masih ada waktu 2 hari lagi buat belajar. Makan malam dulu baru lanjut belajar ya.

Baru saja saya akan mengetik balasan, terdengar suara chat masuk kembali,

Diqie - Great! Semangat belajarnya ya! Udah makan malam belum?

Saya menghela napas panjang. Lalu chat baru masuk terdengar kembali

Yuan - Syukurlah kalo gitu. Abang jadi ga terlalu merasa bersalah ngajak jalan kemaren. Anyway, shana sibuk ga? Abang boleh nelpon?

Hadeehh.. Apa-apaan ini. Saya sengaja tidak mau pacaran karena malas berurusan dengan satu laki-laki, dan sekarang saya malah harus menghadapi beberapa laki-laki dalam waktu bersamaan.

Oh man!! I'm really not good at this. Fine! Mari mulai membalas chat mereka satu persatu. Start with,

Arqie - Siapp.. Laksanakeun! Makasih ya.. Oia, tadi kenapa nelpon? Ada yang bisa dibantu?

Diqie - Kayaknya malam ini ga makan deh. Langsung belajar aja. Makasih ya.. Oia, tadi kenapa nelpon? Ada yang bisa dibantu?

Yuan - Ga sibuk bang. Boleh kalo mau nelpon

ShanarqieUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum