NATA

3.3K 168 1
                                    

"Gila! Gue berasa denger konsernya Demi Lovato, lho, keren banget." Puji istri Adi.

"Kok shana ga jadi penyanyi aja ya dengan suara sebagus itu." Timpal istri Nata.

Saya tersenyum mendengar pujian mereka,
"Terima kasih mbak-mbak. Tapi suara saya hanya 1/100 nya Demi Lovato."

Mereka tertawa mendengar saya merendah. Sementara wajah Nata terlipat kesal mendengar begitu banyak pujian untuk saya. Dering ponsel berbunyi di hp istri Adi, perempuan yang duduk persis di sebelah saya. Dia mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan tersebut tanpa beranjak dari tempat duduknya.
" siapp, perintah Mbak?" Tanyanya. Dia lalu terdiam sesaat untuk kemudian kembali menjawab

"siap!! mungkin sekitar 20 menit lagi kita sampai disana Mbak." Dia kemudian menutup ponselnya

Dia menghela nafas panjang lalu berkata,
"Bhayangkari yang tadi pagi hadir di polresta, diminta kumpul di rumah ibu kapolres skrg."

Semua wanita disana menghela nafas berat.
"Belum juga sempat makan." ujar istri Tono

Tono segera menanggapi,
"Yaudah, kalian aja yang kesana ya, pake satu mobil. Kita bapak-bapaknya biar nunggu disini. Jadi kalo udah selesai acara disana, balik lagi kesini buat makan menu yang udah di pesan tadi."

Istri Fikram berujar,
"Ehh, tapi Shana jadi perempuan sendirian disini, apa gapapa? Atau mau gabung sama kita? Tapi kalo gabung, ntar ditanya istri siapa, mau jawab gimana?"

Adi menyahut,
"Udah gapapa, Shana aman disini sama kita kok. Ga bakalan di macem-macemin. Bodyguardnya banyak tuh." ujarnya sambil melirik Yuan, Arqie dan Diqie.

Saya tersenyum mengangguk kepada istri Fikram. Adi benar. Apa boleh buat? Saya bukan bhayangkari, saya tentu tidak bisa bergabung dengan mereka. Sebentar lagi juga saya akan pulang. Saya hanya akan menyelesaikan makan malam saya dan pamit.

Sesaat setelah mereka pergi, makan malam kami tiba. Saya mulai menikmati santap malam.

Nata memecah kesunyian dan bicara pada Adi,
"Suh, kalo lo butuh orang buat bersih-bersih atau beberes rumah, lo bisa telpon Shana. Dia ahlinya dalam nge-rapiin rumah. Rumah lo bakalan beres dalam sekejap kalo Shana udah turun tangan."

Adi tertawa dan menjawab,
"Ya engga kali suh! Siapa juga yang mau jadiin Shana tukang bersih-bersih di rumah. Bini gue bisa ngamuk 7 hari 7 malam kalo tukang beberes nya kayak Shana. Hahaha... Lagian, dokter kok disuruh beberes, mubazir amat skill nya."

Saya tersenyum kecut menanggapi obrolan mereka tanpa berkata apapun. Nata sudah memulai kembali serangannya. Saya tetap berusaha fokus pada steak yang ada di depan saya dan memotongnya tanpa menanggapi apapun.

Nata kembali bicara
"Justru itu suh. Jangan di 'sia-sia'in bakat Shana. Kita punya teman yg ahli bersih-bersih gini harus dimanfaatin. Kayak gue waktu lebaran pas taruna dulu, pembokat gue kan pulang kampung tuh, kasian nyokap kewalahan, kakak perempuan gue sibuk ngurusin baby nya. Ya gue telpon aja Shana. Ga nyampe setengah jam dia datang suh. Nyuci piring, nyapu, ngepel, beberes rumah, semua jadi kinclong. Top banget kerjaannya." ujar Nata tanpa rasa bersalah.

Saya menghentakkan pisau dan garpu saya dengan sedikit keras di piring saya. Emosi saya tiba-tiba naik. Saya mengetatkan geraham menahan amarah. Dia mengingatkan saya kembali pada peristiwa itu. Hari dimana dia mempermalukan saya di depan semua Junior nya.

***flashback***
Hari itu adalah hari kedua lebaran. Nata menelpon saya dan mengatakan bahwa ibunya tidak enak badan karena kelelahan dan meminta saya untuk bergegas ke rumahnya membantu memeriksa ibunya. Dia memanfaatkan kebaikan hati saya untuk menipu saya. Saya pun bergegas secepat kilat untuk datang menolong melihat kondisi ibunya. Setibanya disana, ternyata ibu nya sehat wal afiat tanpa kurang suatu apapun.

ShanarqieWhere stories live. Discover now