Salam Perpisahan

3.2K 175 2
                                    

Yuan menatap saya heran memberikan sebuah isyarat,

'kok bisa kesini sm Diqie?, mengingat terakhir kali saya bercerita pada Yuan bahwa Diqie ingin menyembunyikan hubungannya dengan saya, Yuan pasti terkejut sekali melihat kedatangan kami bersama.

Saya hanya tersenyum pias menjawab tatapan Yuan. Sama halnya dengan Arqie. Tatapannya tak kalah menyelidik. Benaknya saat ini pasti dipenuhi berbagai macam pertanyaan.

Saya lalu bersalaman dengan semua orang yang hadir dan memperkenalkan diri. Saya menyebutkan nama saya pada setiap orang disana saat bersalaman.

Semua menggoda Diqie karena mereka mengira bahwa saya adalah pacar Diqie.

"Akhirnya, don juan kita ga jomblo lagi."

"Wah, bisa jadi hari patah hati nasional nih buat fans-fansnya Diqie."

"Ternyata selera Diqie yang begini, wajar dong lama nge-jomblo, nyari yang begini ya susah lah."

Saya hanya tersenyum tipis menanggapi komentar yang lain. Wajar saja mereka mengira demikian. Kami datang 2 pasang. Tidak mungkin saya menjadi pasangan Nata, karena Nata jelas sudah beristri. Dan tidak mungkin saya orang asing yang tidak ada hubungannya dengan Diqie.

Tapi lagi-lagi, di hadapan teman-temannya, Diqie berkata bahwa saya hanyalah seorang teman yang kebetulan bertemu disini lalu dipaksa bergabung karena tidak sengaja bertemu Nata. Saya langsung memandang Diqie dengan tatapan dingin.

Yang lain kembali berkomentar
"Yaahh, kenapa ga dipacarin aja suh?"

"Cewek cakep lo 'anggur'in, mending lo 'apel'in."

"Waduh, kalo lo udah ga demen sama yang begini, gue curiga lo 'maho', manusia homo, hahaha."

Diqie tertawa garing tanpa bisa menanggapi komentar dari teman-temannya.

Nata mulai angkat bicara,
"Diqie mah levelannya Raisha. Dia ga doyan sama gadis 'desha', hahaha." ujar Nata melirik sinis kepada saya. Kata-kata nya masih saja pedas. Dan dia masih saja selalu mencoba menjatuhkan saya di hadapan orang lain. Saya mengepalkan tangan mencoba bersabar dengan apa yang dilakukan Nata.

Entah sudah berapa kali dalam kurun waktu 10 menit ini Nata merendahkan saya. Dia memang tidak berubah, tidak akan pernah bisa berubah. Dan saya tidak bisa menyalahkan Nata sepenuhnya, karena sejak awal, jika saja Diqie tidak melepaskan genggaman tangannya di hadapan Nata, maka saya tidak akan sendirian menghadapi hal ini.

Kami segera menempati tempat duduk yang sudah disediakan. Istri Nata duduk persis di sebelah istri Tono, dan nata duduk di sebelah istrinya berhadapan dengan Yuan. Sementara Yuan duduk dapit oleh Arqie dan Diqie. Tinggal satu kursi kosong di sebelah Nata, dan dihadapan Diqie.

Saya menghela nafas berat melihat pilihan yang sangat tidak enak tersebut. Di sebelah saya Nata, dan di depan saya Diqie. Rasanya saya lebih memilih duduk di WC daripada disitu.

Arqie masih terus mengamati gerak gerik saya. Dia memperhatikan saya lamat-lamat. Sepertinya Arqie bisa membaca ke-engganan saya untuk duduk di kursi itu.

Arqie tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya dan mempersilahkan saya untuk duduk di tempatnya.

"Silahkan duduk disini. Biar gabung sama perempuan-perempuan." ucap Arqie memberikan alasan. Benar saja. Persis di depan tempat duduk Arqie adalah istri Nata dan di sebelah kiri Arqie adalah istri Adi dan di sebelah kanannya adalah Yuan yang duduk berhadapan dengan Nata. Disana memang kumpulan perempuan.

Fiuhhh.. hidup saya diselamatkan oleh Arqie. Jika saja Arqie sedikit tidak peka, maka saya akan terjebak di posisi yang sangat tidak enak.

Arqie menarik kursi yang tadi di dudukinya agar dapat dilalui oleh saya. Dia memajukan kursi kembali dan mempersilahkan saya untuk duduk. Arqie benar-benar seorang gentleman sejati.

ShanarqieWhere stories live. Discover now