41 (EPILOG)

71 6 0
                                    



Satu Tahun Kemudian

Erick Leitner

Meninggalkan pekerjaan impian dan beralih ke pekerjaan warisan bukanlah hal buruk. Aku rasa ini adalah jalan terbaik untuk aku dan Ava. Aku kembali berkecimpung dalam perusahaan Papa. Aku diminta khusus untuk mengurusi produksi OEM untuk perusahaan-perusahaan ritel di Eropa khususnya Jerman dan Inggris. Dan tentu saja aku juga berusaha melobi perusahaan-perusahaan ritel besar di Eropa yang masih belum ditembusi oleh produk perusahaan, semisal Harrods di Inggris.

Selama hampir dua tahun sebelum aku kembali menjadi pilot, aku menjabat sebagai Direktur Marketing di Dava Concept Indonesia yang merupakan anak perusahaan dari Java Furindo. Java Furindo adalah perusahaan Furniture yang Papa dan Mama rintis sejak 30 tahun lalu. Karena aku anak satu-satunya aku rasa aku punya tanggung jawab untuk meneruskan usaha orang tuaku.

Dan selama setahun ini aku menikmati pekerjaanku dan juga peranku sebagai suami dan calon Ayah. Yah, aku baru saja mendapat kabar bahagia ini sesaat setelah pulang dari Inggris berkaitan dengan masalah pekerjaan.

Aku baru saja melepaskan kerinduanku pada Ava setelah hampir 3 hari aku tinggal. Aku menciuminya dan tidak sabar untuk membawanya ke ranjang namun Ava menghentikan semua hasrat dan rinduku dengan mendorong tubuhku pelan.

"Kamu nggak kangen aku?" kataku sedikit kecewa.

"Kangen banget." Ia menjawabku namun sambil berjalan sedikit menjauh dariku. Dan ia kembali dengan sebuah kotak mungil dengan pita merah yang menghiasinya. Aku menatap heran padanya.

"Buat kamu."

"Apa ini?"

"Hadiah."

"Ulang tahunku kan baru bulan depan." Protesku namun tetap mengambil kotak mungil itu dari tangannya.

"Memberi kado kan nggak harus ulang tahun." Katanya lagi dan membuatku tersenyum dan mengecup keningnya sekilas. Aku melepaskan pita merah dan membuka kotaknya. Aku butuh beberapa detik untuk mencerna arti benda yang ada di dalamnya.

"Congratulation! You are going to be a father soon." Kata Ava seraya memelukku. Aku belum bisa berkata karena kebahagiaan yang tiba-tiba terasa menyesakkan dada. Aku hanya kembali memeluknya erat dan mencium kepalanya berkali-kali.

"Kamu nggak apa-apa?" tanyaku sedikit khawatir.

"Kenapa?"

"Kamu nggak kesulitan di pekerjaanmu karena kehamilan ini?" lanjutku mengingat Ava pernah memintaku untuk menunda kehamilan karena ia masih belum siap dengan situasi dan kondisi dia saat itu.

"Nggak. Tentu saja nggak. Sekarang aku jauh lebih siap." Ia memastikan dengan senyumannya. Wajahnya mendekatiku dan mengecup bibirku pelan dan kemudian kembali menciumku dengan lebih berhasrat. Ia sepertinya sedang memintaku untuk melanjutkan aksiku yang terhenti tadi. Namun aku justru tiba-tiba kehilangan keinginan itu.

"Emang boleh? Ummm...I mean sex. Nggak apa-apa?" kataku-kataku kacau karena aku sendiri tidak tahu apakah seks akan mengganggu kondisi Ava yang sedang hamil muda. Tentu saja aku aku tidak pernah belajar tentang hal ini.

"Aku dokter, dan aku yang hamil jadi aku yang paling tahu." Ia kembali menciumku.

"Beneran nggak apa-apa?" tanyaku lagi karena aku masih ragu dan hal ini membuat Ava kesal.

"Kenaikan hormon estrogen membuat sirkulasi darah lebih lancar sehingga menyebabkan organ intim jadi lebih sensitive karena itu ada juga ibu hamil yang merasakan gairah seksnya justru meningkat tajam saat hamil muda. So just shut up and make love to me!" katanya lagi sambil menarik tanganku ke ranjang kami.

SAUDADE (Fly Me High) -  BACA LENGKAP DI STORIAL.CODonde viven las historias. Descúbrelo ahora