6

4.3K 429 12
                                    

***Hi guysss....thank u buat komentarnya yang bikin semangat...seperti biasa harap maklum dengan typo ya...happy reading!


Erick Leitner

Hari masih gelap saat mobil perusahaan membawa aku dan Heru menuju bandara. Masih pukul 4 dini hari. Aku mengecek ponselku, tersenyum membaca pesan Dara, kakak iparku, yang mengabarkan kalau Gia, ponakanku sedang ngambek karena tidak bisa bertemu denganku. Aku akan menelepon gadis kecil itu setibanya di Jakarta, setidaknya aku akan berjanji membawakan oleh-oleh untuknya dari penerbanganku ke Bangkok nanti sore. Mataku kemudian terpaku pada pesan Ava yang sejak semalam belum membalas pertanyaanku. Dari mana dia tahu aku kehilangan buku itu? Apa mungkin aku pernah bertemu dengannya sebelum ini? Ini sungguh membingungkan.

"Kenapa Rick? Tampang lo putus asa banget." Heru, partner terbangku kali ini, menggugah lamunanku. "Lo nggak dikasih jatah sama yang di Bali?"

"Sialan lo." Aku tertawa kecil dengan candaan Heru. "Ponakan gue ini."

"Ponakan!" dia mengulang kata itu kemudian tertawa keras seakan aku baru saja melakukan stand up comedy dengan tema anatomi tubuh kesukaannya. Percuma aku menjelaskan toh Heru tidak akan percaya padahal aku sudah pernah mengenalkannya pada Alex, sepupuku, beserta putrinya Gia. Pada dasarnya Heru selalu menyangsikan setiap alasanku karena ia sangat tahu kelakuanku di luar sana.

Heru sendiri sudah berkeluarga dan dia adalah ayah dan suami yang baik sepengatahuanku meski dia jarang pulang. 'Kebandelan' Heru yang aku tahu, karena aku lama terbang bersamanya, adalah joke-joke dan candaan joroknya yang tidak jauh seputar anatomi tubuh, tapi tentu saja itu hanya diantara kami berdua atau di antara teman pilot lain yang memang suka bercanda.

Saat ini aku sendiri sedang tidak berkencan dengan siapapun, kecuali Michelle, itu pun bukan suatu hubungan yang serius. Dan Tania? Seperti yang sudah kujelaskan pada Ava, kalau aku sama sekali tidak punya perasaan apa-apa pada kakaknya itu. Tania cantik, aku akui tapi tentu saja dia adalah tipe perempuan yang rumit dan sebisa mungkin aku tidak mau masuk ke dalam sebuah hubungan yang punya potensi rumit. Sejauh ini kami masih berteman. Setelah pertemuan kami di Lucy yang tidak berakhir baik, karena Tania begitu mabuk, kami sekali lagi bertemu di Mulia dengan kondisi Tania yang sehat walafiat. Perlu diingat sebenarnya saat itu aku sudah tidak mau menemuinya namun ia memaksa karena katanya ia hanya ingin membalas kebaikanku. Oke.

"Aku minta maaf untuk yang kemarin. Entah ada apa sama aku, aku begitu memalukan." Tania berkata setengah menunduk. Dia terus menyalahkan dirinya sehingga membuatku harus menghentikan aksinya itu.

"Rick, aku nggak pernah menyangka aku bisa seterbuka ini sama kamu. Kita bahkan berkenalan dalam situasi yang..." dia tertawa sedikit malu. "Tapi entah kenapa aku begitu merasa nyaman sama kamu...plis...kamu jangan terbebani dengan kata-kataku ini. Aku nggak punya maksud lain, aku hanya suka pertemanan ini."

Dia menatapku dengan sinar mata penuh kehati-hatian seakan ia mencoba tidak membuatku takut dan melarikan diri dari hadapannya. Bagiku yang sudah terlibat dengan banyak perempuan dengan segala bentuk hubungan yang biasanya sering kudefinisikan sendiri sebagai hubungan tanpa komitmen, tipe perempuan rapuh dan bermasalah seperti Tania harusnya segera kujauhi. Perempuan seperti mereka berpotensi menjadikanmu sandaran dan itu tentu tidak bagus untukmu yang belum bisa melihat perempuan itu sebagai bagian dari masa depanmu.

"Gue lebih senang lo ber-lo-gue." Hanya kalimat itu yang bisa keluar dari mulutku dan seketika menciptakan senyum lega di bibir Tania.

Ini kesalahan berikutnya yang kubuat. Namun entah kenapa aku seperti tidak bisa mundur untuk terus melakukan kesalahan ini. Dan aku sendiri sudah tahu buah dari kesalahanku, Tania menyukaiku? Itu berdasarkan pernyataan Ava semalam.

SAUDADE (Fly Me High) -  BACA LENGKAP DI STORIAL.COWhere stories live. Discover now