16

2.9K 345 13
                                    

***Dear lovely readers....aku memposting part ini tanpa proses edit karena menulis part ini benar-benar hasil mencuri waktu ya...so aku harap kalian bisa ngerti kalo nemu banyak typo atau kalimat yang aneh...maaf banget ya....but...Happy Reading!


Erick Leitner

Berjalan kaki malam hari di Singapura adalah salah satu favoritku setip kali aku singgah ke Negara ini. Namun tujuanku malam ini bukan untuk ngopi sendirian, atau menikmati music jazz di sekitar Clarke Quay bersama Heru dan Vena, salah satu awak kabinku yang cantik, yang sesekali kudapati tersenyum menggoda ke arahku, tapi karena Dion tiba-tiba mengontakku dan meminta aku meluangkan waktu sebentar untuk bertemu dengannya sekalian berkenalan dengan tunangannya, Mariane. Setelah dari Jakarta, Dion memang singgah ke Singapura untuk menghabiskan waktu bersama keluarga besar Mariane. Aku pikir sesempit apapun waktuku, aku perlu bertemu dengan Dion karena pertemuan kami di Jakarta seminggu sebelumnya cukup terganggu dengan kehadiran Michelle yang tak pernah kuduga.

Aku bisa menangkap bayangan Dion di salah satu kafe yang terletak di riverside, ia sedang duduk bersama seorang perempuan berambut panjang yag cantik dengan wajah oriental. Dion mengenalkanku padanya. Aku berbasa-basi sebentar dengan Mariane sebelum gadis itu pamit untuk pergi sebentar.

"Dia janjian sama adiknya mau ketemu desainer atau apalah." Dion menjelaskan tanpa kuminta saat Mariane sudah beberapa langkah meninggalkan meja kami. Aku memesan kopi dan menolak tawaran Dion untuk makan malam karena aku sudah makan di hotel dua jam sebelumnya.

"She's beautiful." Aku memuji Mariane dan membuat Dion tersipu, hal yang tidak pernah kulihat di wajah sahabatku itu sejak aku mengenalnya. Aku pun tidak bisa menahan diri untuk tidak terbahak melihat Dion yang berbeda setelah 15 tahun kami meninggalkan bangku SMA. Dion adalah tipe siswa kutu buku, berkaca mata minus, dan gerak-geriknya selalu canggung bila berhadapan dengan lawan jenis. Aku lebih dulu bersahabat dengan Dion sebelum Bram dan Doddy bergabung saat kami kelas dua. Berbeda denganku aku tidak pernah melihat Dion pacaran saat SMA bahkan setelah kuliah pun aku tidak pernah mendengar kabar Dion memperkenalkan seorang perempuan pada kami para sahabatnya. Aku bahkan pernah mencoba mengenalkannya dengan seorang perempuan Australia namun Dion sudah menolaknya sejak awal. Women were really scared him. Namun lima belas tahun kemudian ia akhirnya akan menikahi perempuan cantik.

"Gue selalu iri sama lo dan Doddy yang bisa dekatin cewek mana saja yang kalian suka. Khususnya elo." Dion mengangkat telunjuknya ke arahku sambil tertawa. "Gue selalu penasaran Erick Leitner akan takluk sama perempuan seperti apa." Sambungnya lagi. Aku hanya tersenyum sambil menyesap kopiku. Semua orang berubah, tentu saja, termasuk aku?

"Dan melihat lo ninggalin Michelle malam itu..." Dion menggeleng dengan sebelah tangannya yang sibuk mengambil sepotong pizza dari depannya. "Dude, it really surprised me." Dia terkekeh mengingat kejadian malam itu.

"Michelle memang mengejutkan. Dulu gue sempat pengen serius sama dia tapi dia nolak dan sekarang gue uda nggak punya rasa untuk dia." Ceritaku dan membuat Dion mengangguk paham namun tidak melepaskan pandangannya dari arahku. Pandangan mata bertanya lebih tepatnya.

"Lo nggak patah hati akut gara-gara Alice kan?" Dion kemudian menautkan kedua alisnya memandangku.

"Cerita Alice udah lewat, seseorang sudah menyembuhkannya." Kataku santai namun cukup mengejutkan Dion, tubuhnya bergerak maju ke arahku. "Siapa?"

Aku kemudian tertawa dan menggeleng berusaha menghindar dari rasa ingin tahu Dion.

"Kalau dia bisa menyembuhkan itu artinya lo udah..."

"Dia kakak ipar gue." Potongku dan membuat Dion menganga tak percaya.

"Dude, that's not cool."

SAUDADE (Fly Me High) -  BACA LENGKAP DI STORIAL.COWhere stories live. Discover now