PROLOG

9.8K 645 15
                                    


Klasik! Seperti itulah orang-orang akan menilaiku saat aku memutuskan melangkah pergi, menjauh selagi aku bisa. Namun mereka tidak tahu bahwa sebenarnya aku tidak pernah menginginkan langkah ini, aku sudah terbiasa dengan kehilangan. Aku sudah terbiasa dengan perpisahan. Aku selalu ditinggalkan, tanganku selalu dilepaskan. Namun hidup selalu mengajarkanku tentang harapan sehingga kuabaikan semua kekecewaan.

Langit berubah oranye saat aku menempati kursi pesawat di dekat jendela. Satu jam lagi aku akan tiba di Bali dan berencana keesokan hari aku akan melanjutkan perjalanan ke Labuan Bajo. Sudah hampir sembilan bulan aku menjalani masa internship-ku di Ende, salah satu kota kabupaten di NTT. Dan aku lebih suka memilih penerbangan Denpasar ke Labuan Bajo di banding penerbangan langsung dari Denpasar ke Ende karena aku suka dengan perjalanan darat menyusuri pulau Flores yang selalu memberikan pengalaman yang menyenangkan mata.

Para penumpang yang terhormat, selamat datang di penerbangan....

Aku meluruskan dudukku memastikan seatbelt sudah terpasang. Pandanganku kembali kubuang melalui jendela pesawat. Kepulanganku kali ini hanya sia-sia. Tapi kucoba telan kekecewaan ini seperti biasa. Aku hanya tahu bahwa aku tak akan pernah kecewa dengan keyakinanku pada harapan.

The commander of this flight is Captain Erick Leitner, assisted by first officer Heru Prayoga...

Momen take-off adalah momen yang paling aku suka saat terbang karena rasanya menyenangkan saat perlahan kau merasa dirimu terangkat menjauh dan melihat segalanya yang berada di bawah menjadi begitu kecil. Aku memejamkan mata sejenak saat pesawat mulai menderu dan tidak lama kemudian gesekan kasar roda dan aspal di bawahnya perlahan hilang.

Para penumpang yang terhormat, selamat sore dan selamat datang pada penerbangan Jakarta menuju Denpasar. Saya, Kapten Erick Leitner, bersama ko-pilot Kapten Heru Parayoga melaporkan bahwa kita saat ini berada pada ketinggian 3.150 meter dari permukaan laut dengan kecepatan jelajah sekitar 600 km/jam...

"Erick." Aku menyebut pelan nama itu sesaat setelah pilot memperkenalkan diri. Nama mereka sama. Aku tersenyum sendiri. Dan aku rasa pilot ini bukan laki-laki yang kutemui beberapa tahun lalu saat kami melompat turun hampir bersamaan dari atas kapal yang membawa para wisatawan sailing komodo kembali ke Labuan Bajo. Ia menginjak kakiku yang hanya beralaskan converse lusuh dan membuatku menjerit. Dan si laki-laki sombong bercambang itu hanya menoleh ke arahku sebentar tanpa kata maaf atau iba dengan ringisanku. Lalu kenapa aku tahu nama laki-laki sombong itu? Ya, karena aku menyimpan barang yang saat itu ia jatuhkan ketika ia sedikit terhuyung karena terdorong seseorang saat ia baru saja menginjak kakiku. Barang yang bertuliskan namanya dari seorang perempuan bernama Dara. Mungkin kekasihnya? Istrinya? Entahlah.

"Om....tunggu Om..." aku sedikit berlari ke arahnya. Tanganku menepuk ranselnya sehingga ia akhirnya menoleh.

"Om..." aku sediki terengah karena berlari meski sebentar di bawah terik matahari.

"Om?" dia mengernyit dengan nada tidak suka. Oke aku tahu aku terlalu berlebihan memanggilnya Om, namun tentu saja ia pasti jauh lebih tua dariku kan? Apalagi dengan cambang dihampir seluruh permukaan wajahnya itu. Jadi nggak ada salahnya, pikirku.

"Kamu salah orang!" dia berkata tegas lalu kemudian melengos begitu saja. Ia melambai ke seseorang yang sedang menantinya di samping mobil. Niatku yang hendak mengembalikan barangnya pun aku batalkan. Biarin saja. Bodo! Pikirku.

SAUDADE (Fly Me High) -  BACA LENGKAP DI STORIAL.COTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang