22

3.3K 407 27
                                    

Ava Argani

Aku berusaha menyembunyikan rasa terimakasihku pada Erick saat melihat laki-laki itu sungguh menghidupkan suasana di halaman belakang rumah ini, terlepas dari keinginananku tadi untuk tidak berada bersamanya di suatu tempat.

Dokter Lisa dan suaminya, Albert, sepertinya menjadi lawan ngobrol yang tepat baginya. Aku hanya menjadi audiens yang setia menimpali mereka dengan senyum dan tawaku. Sesekali aku bicara namun tak jauh dari rencana sekolahku dan responku pada cerita dokter Lisa sebagai senior yang pernah mengenyam pendidikan di Jerman, tepatnya di Wurzburg. Dan terkadang Erick dan dokter Lisa bicara dalam bahasa Jerman dan membuat Albert meringis ke arahku karena merasa kami berdua tiba-tiba menjadi alien.

"So Erick." Dokter Lisa mengambil pitcher dan mengisi kembai gelasnya dengan sirup lemon yang sungguh menyegarkan di siang ini. "Kamu harus menceritakan tentang kota kelahiranmu pada Ava. Aku percaya Ava pasti akan ke sana tahun depan."

"Marderburg?"

"Yep. Dia berencana ke Marderburg." Dokter Lisa memandangku dengan mata yang bersinar persis orang tua yang sedang membanggakan anaknya. Aku mencoba tersenyum namun tidak bisa mengabaikan tatapan Erick padaku. Ya, aku tahu dia pasti terkejut.

"Jadi kamu akan jadi residen di sana?" nada suara Erick terdengar sangat antusias.

"Kalau aku keterima."

"Aku yakin kamu bisa." Erick masih belum melepaskan pandangannya dariku sehingga membuatku agak cemas. Cemas kalau aku tidak bisa menutupi kegugupanku di depan dokter Lisa. Tapi untung saja asisten rumah tangga mereka memberi tanda kalau makan siang sudah siap.

"Ayo makan, yuk." Dokter Lisa bangkit dari kursinya dan mengajak kami untuk masuk ke dalam rumah. "Maaf ya nggak bisa menghidangkan masakan sendiri. Maklum dokter yang satu ini nggak bisa masak." Canda dokter Lisa pada kami.

"Jadi istri yang baik nggak harus pintar masak." Albert memberikan kecupan ringan di pipi dokter Lisa saat mengatakan itu. "Benarkan Rick?" Albert menoleh pada Erick.

"Couldn't agree more." Jawab Erick cepat dan membuat suami istrri itu tertawa bersama.

"So Ava juga nggak bisa masak?" pertanyaan dokter Lisa langsung membuatku terpana karena tentu saja itu terdengar seperti aku adalah pacar Erick atau lebih dari itu, calon istrinya. OMG!

"Ummm...."

"Dokter yang satu ini bisa masak, dok." Erick tanpa seijinku meletakan kedua tangannya di kedua bahuku. "Iya kan?" sambungnya lagi saat aku menoleh ke belakang ke arahnya namun sepertinya ia tidak paham dengan tatapan membunuhku padanya. Ketika ia melepaskan tangannya jantungku berdebar kian menggila. Ya Tuhan, ada apa denganku? Kenapa setiap kali aku mencoba tidak menyukainya hatiku justru membalikan keadaan. Ketika aku tidak ingin bersamanya, jantungku malah berdetak tak keruan.

Sejak sentuhan Erick beberapa saat lalu, pikiranku tiba-tiba tidak bisa fokus. Aku seperti tidak punya kata yang harus kukeluarkan di saat meja makan ini dipenuhi dengan obrolan dan candaan. Baiklah sekarang aku menyesal tidak bisa membuat Erick menolak undangan dokter Lisa tadi sehingga aku tidak perlu berterimakasih padanya karena sudah menghidupkan suasana di rumah ini karena sebenarnya tanpa dia pun semua akan berjalan baik-baik saja. Tentu akan akan bisa survive.

"Makannya dikit banget Va? Tambah lagi dong nasinya." dokter Lisa mendekatkan tempat nasi ke arahku namun aku menolaknya dengan menggeleng. Perempuan di akhir 30an itu hanya bisa mengedikan kedua bahunya saat melihat penolakanku.

"Kalau ini masakanku aku pasti akan sedih loh, Va." Dokter Lisa sedikit mencebik dan menampakan wajah sedihnya.

"Maaf dok, sepertinya aku kebanyakan nyemil tadi." Ucapku membela diri sambil tak lupa memberikam senyum tidak berdosaku.

SAUDADE (Fly Me High) -  BACA LENGKAP DI STORIAL.COWhere stories live. Discover now