40

1.6K 219 49
                                    

Ava Argani

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ava Argani

Tania menyelipkan beberapa lembar tisu di bagian atas bajuku, tangannya mulai memilah milih foundation yang akan ia pakaikan ke wajahku. Aku pasrah di tangannya karena aku percaya Tania mampu membuatku sangat cantik hari ini meski dia bukan ahli dandan yang bersertifikat.

"Kok lu pede banget minta gue yang makeup-in lu." Kata Tania sambil menyapukan concealer dengan cukup hati-hati ke wajahku. "Erick bener-bener nggak punya duit ya buat bayar seorang MUA?"

Aku tertawa kecil merespons kata-kata Tania.

"Ya. Dia kan pengangguran sekarang. Duitnya habis buat bayar rumah." Kataku dan membuat Tania berhenti sejenak dari kesibukannya.

"Nggak mungkin lah habis duitnya. Keluarganya kan tajir dan dia anak satu-satunya pula."

"Kami cuma pengen pernikahan yang sederhana di sini, Kak. Mungkin nanti kalau ada waktu kita liburan ke Jakarta, Papanya mau ngadain resepsi lagi katanya. Papanya yang mau begitu ya kita nggak bisa nolak." Jelasku diiringi kepala Tania yang mengangguk paham. Ia membuka kotak eyes shadow-nya.

"Ya wajar sih, dia anak satu-satunya."

Upacara pernikahan dilangsungkan pukul 11 pagi. Semua persiapan sejak makan malam keluarga tadi malam hingga upacara pernikahan di gereja beserta wedding lunch yang akan di lakukan di sebuah perkebunan anggur dikerjakan oleh sebuah wedding organizer lokal. Aku dan Erick cukup beruntung bisa dibantu oleh Tina salah satu teman sekolah Erick dulu di Australia yang sekarang bekerja di konsulat Indonesia di Hamburg. Dia yang membantu mencari vendor dan kami memasrahkan semua padanya. Acara makan malam keluarga semalam berjalan sangat hangat dan intim. Senyum, tawa hingga air mata mewarnai malam sebelum aku resmi menikah dengan Erick.

Kakek dan Nenek tampak sangat bugar meski menempuh perjalanan cukup jauh dari Jakarta ke Berlin dan lalu ke Magderburg ditemani Tante Lisa dan suaminya, Albert beserta Asya. Lalu ada Alex, sepupu Erick, yang datang bersama ibunya dan putri kecilnya, Gia. Dara, istri Alex dan juga orang yang pernah dicintai Erick, tidak bisa ikut hadir karena sedang hamil dan kehamilannya kali ini agak berisiko dengan perjalanan jauh.

Yang cukup mengejutkan bagiku adalah hadirnya Desi, sahabatku, yang beberapa minggu lalu masih belum bisa memastikan akan datang. Tapi lihatlah dia semalam dengan bangga dan cantiknya datang sambil menggandeng Reynold, mantan kekasihnya, yang memang masih menempuh pendidikan di London, Inggris.

"Kalian jadin lagi?" Bisikku dengan ekspresi bahagia.

"Ya, kami lagi nyoba sih." Jawabnya pendek namun tidak menutup aura bahagia yang tergambar di wajahnya.

"I'm happy for you!" kataku lagi sambil memeluknya erat.

"And I'm hapy for you too. Gue nggak nyangka akhirnya malah lu yang nikahin ini Om-Om." Godanya dan membuatku menepuk lengannya kesal.

SAUDADE (Fly Me High) -  BACA LENGKAP DI STORIAL.COWhere stories live. Discover now