5

3.9K 438 26
                                    

***Hi lovely readers sepertinya cerita ini nggak banyak dapat respons jadi maaf kalau updatenya pun agak lama...kan authornya jd nggak semangat hehehe author baper...tapi tetap aku akan nyelesaiin cerita ini...karena aku sendiri suka dengan cerita ini. Seperti biasa warning typo...dan voment dong biar semangat update...thank u ya...

Ava Argani

Perjalanan dari Nusa Dua ke Seminyak yang aslinya memang cukup jauh, terasa semakin lama dan menjemukan akibat macet. Sandaran kursiku sudah kusetel sedemikian rupa sehingga membuat tubuhku setengah berbaring. Aku melirik Desi yang wajahnya sama sekali tidak terlihat kesal dengan kemacetan ini, ia justru terlihat bersemangat. Sesekali dia melirikku dan cemberut saat melihat posisi tubuhku yang sudah setengah rebah di kursi penumpang.

"I'm tired Des...nggak cukup tidur dari kemarin." Aku menjawab cemberut di wajahnya.

"Iya...maaf jadi melibatkan lo." Desi tampak sedikit menyesal. "Tapi gue juga nggak ngerti timingnya pas banget ya. Sejak kemarin gue udah cari teman yang cocok buat gue ajak bersukutu untuk misi ini ehh...nggak taunya lo yang sama sekali nggak ada dalam list gue justru malah muncul di sini tiba-tiba. Gue rasa lo dan misi ini berjodoh." Jelas Desi sedikit ngawur menurutku. Ia tertawa kecil melihat aku yang kali ini gantian cemberut padanya.

"Bali kok jadi macet gila gini sih?" gumamku sambil melemparkan pandanganku keluar menangkap antrian mobil, motor dan bis-bis pariwisata bertubuh lebar yang sedang berebut jalan.

"Begitulah...bundaran ini emang langganan macet."

"Lo termasuk salah satu mahkluk yang membuat Bali semakin padat." Aku melirik Desi yang dibalasnya dengan menjulurkan lidahnya. Kami sama-sama tertawa. Desi menaikan volume radionya dan kami sama-sama ikut menyanyikan lagu yang terdengar dari sana sekadar mengusir kebosanan. Dan setelah menghabiskan waktu satu jam kami akhirnya tiba di Seminyak.

Mobil Desi masuk ke area parkiran Tropiz yang katanya merupakan salah satu beach club cukup populer di tempat ini. Suara musik yang bersumber dari meja DJ seperti menyambut kami. Desi terlihat sumringah dan cukup bersemangat. Meja-meja restoran hampir semua terisi.

"Gue nemu orangnya." Desi berbisik cukup keras di telingaku. "Lo liat arah jam 2." Sambungnya lagi. Aku bisa menangkap tiga orang pria yang sedang ngobrol di salah satu booth dengan sofa lounge yang sepertinya merupakan spot mahal di beach club ini.

"Dia yang paling kanan." Sebuah senyum tercipta di bibir Desi.

"Permisi mbak." Seorang waiter menyapa kami. "Mau pake booth atau table aja?"

"Table aja." Jawab Desi. Kami pun mengikuti langkah si waiter yang membawa kami ke sebuah meja yang sepertinya sangat strategis bagi misi Desi. Meja itu tepat berseberangan dengan booth si tersangka.

"Perfect!" gumam Desi. Kami lalu memesan minum. Desi meringis ngeri ke arahku saat mendengar minuman yang kupesan.

"Iced tea."

"Kedengaran keren aja karena lo pake bahasa inggris." Aku hanya nyengir dengan sindiran Desi.

"Emang Mbak Arin diapain sampai segitu dendamnya?" aku mencoba mencari tahu latar belakang utama dari misi ini, itu karena Desi sediri mengatakan kalau aku sudah terlanjut terlibat di sini.

"Mbak Arin patah hati berat. Dia benar-benar jatuh cinta sama Erick."

"Mbak Arin tahu dia playboy?"

"Sepertinya."

"Lalu?"

"Lalu apa?" Desi menatapku tak mengerti.

SAUDADE (Fly Me High) -  BACA LENGKAP DI STORIAL.COWhere stories live. Discover now