29

3.2K 375 15
                                    

Warning: Typo


Ava Argani

Aku menatap langit-langit yang cukup tinggi membumbung di atasku. Menatap satu titik di sana dan membiarkan hingga pandanganku sedikit kabur. Aku mengerjap. Meraih cepat sebotol mineral dingin di atas meja, menegakkan tubuhku dan menenggaknya. Hari kemarin masih terasa mimpi bagiku. Dan sepertinya aku belum terbangun saat ini. Aku melenguh pelan dan mengusap wajahku pelan. Aku ingin tinggal lebih lama bersama mereka dan berbagi cerita lebih banyak lagi namun tentu saja aku harus kembali ke Jakarta karena aku tidak bisa melewatkan jadwal kursusku.

Sebuah pesan masuk. Aku meraih cepat ponselku.

Papa dan Mama ke rumah pagi ini. Datanglah ke rumah setelah kursus sepertinya mereka nggak sabar pengen ngajak jalan-jalan cucunya. Asya dan Ava tentunya. J

Aku tersenyum sambil membaca pesan itu berulang kali. Aku melompat kecil dari atas sofa dan berlari ke kamar mandi. Tadi aku pikir aku akan menghabiskan hari yang membosankan sambil menunggu Erick pulang nanti malam tapi ternyata hari ini bisa jadi hari yang sempurna untukku. Aku bahkan bersenandung kecil di kamar mandi, satu hal yang tidak pernah kulakukan seumur hidupku.

Aku melirik pergelangan tanganku setiap lima menit sekali untuk memastikan jarum jam di sana bergerak dengan lebih cepat. Aku tidak sabar kembali berada dalam pelukan nenek dan tertawa pada semua candaan kakek. Aku suka Ava yang sekarang. Aku tersenyum sendiri saat guru les Jermanku sedang menjelaskan tugas yang harus kami kerjakan di rumah.

"Ungewohnliche Freundschaft." Kata-kata guruku yang saat ini berdiri tepat di sampingku membuayarkan semua lamunanku. Dia tersenyum kecil kearahku sebentar sebelum melanjutkan kata-katanya. Guru cantik ini pasti tahu pikiranku sedang menerawang ke mana-mana. Aku mencatat cepat tugas yang diberikan dan langsung membereskan tasku.

Tidak sampai setengah jam kemudian dengan menumpang ojek aku sudah tiba di depan rumah Kak Lisa. Aku bisa menangkap bayangan kakek sedang bermain dengan Asya di taman mungil dekat teras rumah.

"Tante Ava." Gumam Asya pelan seakan tidak yakin dia menyapaku dengan benar. Anak cantik ini ternyata masih ingat sekali denganku.

"Harusnya bukan tante....panggil kakak Ava." Bisik kakek yang tentu saja terdengar jelas olehku yang saat ini sudah ada di bibir teras.

"Siang, Kek." Sapaku.

Kakek menjawab salamku dengan rangkulannya. Ia mengecup kepalaku pelan.

"Ingat ya, Ca. Ava itu kakak kamu." Kakek kembali mengingatkan Asya diiringi anggukan manis Asya. Aku setengah berjongkok untuk mencium pipi gadis kecil itu yang diresponnya dengan malu-malu.

"Ava sudah datang?" suara nenek terdengar dari dalam.

"Nenek." Sapaku dan dalam hitungan detik aku sudah ada dalam pelukannya. Pelukan yang pasti sama hangatnya dengan pelukan Ibu.

"Apa nggak bisa kamu tinggal di Bogor aja sama kakek dan nenek?" tangan tua itu memegang kedua bahuku dan memandangku dengan tajam. Kedua alisnya bertaut sebagai tanda ia begitu memohon.

"Dari Bogor ke tempat kursus jauh, Ma. Kasian Ava nantinya." Lisa keluar dari kamarnya. Aku mengangkat kedua alisku sebagai tanda kalau aku tidak menyangka Lisa ada di rumah karena aku mengira ia sedang di rumah sakit.

"Aku tadi jemput Asya." Lisa menjawab ekspresi heran di wajahku. "Biar Asya bisa ikut jalan-jalan sama kakaknya." Katanya lagi sambil menyambar tas yang teronggok di sofa. Ia sudah bersiap kembali ke rumah sakit sepertinya.

"Have fun ya..." kata Lisa ke arahku sambil mengecup pelan pipi ibunya. Ia pamit pada Asya dan juga ayahnya.

"Nanti biar Ava yang nyetir aja ya, Kek." Tawarku. Aku tentu tidak mau membiarkan kakek berlelah-lelah di belakang setir menembus lalu lintas Jakarta yang tentu saja sangat menantang fisik tuanya.

SAUDADE (Fly Me High) -  BACA LENGKAP DI STORIAL.COWhere stories live. Discover now