8

3.8K 420 11
                                    

Ava Argani

Aku menempati salah satu kursi di nurse station IGD sambil mengisi log book internshipku. Aku menyalin daftar pasien beserta diagnosis dan terapi yang diberikan sejak awal aku menangani pasien di RS ini. Tiga bulan terakhir ini aku belum mengisinya kembali dan aku tidak mau kalang kabut untuk mengisinya di hari-hari terakhir progam ini selesai. Waktu sudah menunjuk pukul 5 sore namun aku memilih untuk meyelesaikan semua catatanku sebelum kembali ke rumah. Vandi dan Santi sudah sejak setengah jam yang lalu meninggalkan RS karena memang jam kerja kami sebagai dokter magang dimulai sejak pukul 8 pagi sampai pukul 4 sore kecuali bila ada jadwal operasi malam dan kami harus menjadi asisten. Aku masih belum melihat bayangan Dian sejak tadi.

"Dokter Ava." Perawat Erni menyapaku dengan suara agak direndahkan. Ia berdiri disampingku sedikit membungkuk dan berbisik. "Dokter Ava pacaran dengan dokter Rama?" ia bertanya tanpa ragu. Mataku membulat kaget dengan pertanyaan Erni namun gadis yang mungkin sepantaran usia denganku itu hanya bisa menyeringai sedikit menggoda.

"Siapa yang bilang? Jangan percaya itu. Kami hanya teman lama." Protesku dengan nada yang direndahkan mengingat masih banyak yang lalu lalang di sekitar kami.

"Satu rumah sakit sudah tau. Bahkan bidan Rini di puskesmas Rukun Lima saja tau." Erni menekuk bibirnya dan membuatku hanya mampu mengusap wajah. Aku akui seminggu terakhir ini aku memang sering terlihat bersama dokter Rama. Sejak makan siang kami hari itu, momen dimana aku mengungkapkan ingatanku akan dirinya tiga belas tahun lalu. Ya sejak saat itu kami dekat setidaknya buat siapapun yang melihat. Aku datang ke RS lebih pagi agar bisa sering menemaninya melakukan visit ke bangsal. Dan bila di IGD tidak banyak pasien aku sesekali membantunya di poli. Tentu saja hal ini menarik perhatian para perawat yang dulu sangat tahu kalau aku hampir tidak pernah bersama dokter Rama sejak awal dia datang ke RS ini.

"Kalau saya sering sama dia bukan berarti saya pacaran. Santi dan Dian juga sering sama dia." Protesku dan membuat Erni hanya tertawa kecil dengan kesan tidak percaya pada kata-kataku.

"Dian kenapa?" Dian sudah berdiri di depanku sambil bersedekap. Erni kembali tertawa dan kemudian meninggalkan kami sambil tak lupa memberikan kedipan genitnya. Perawat satu itu memang terkenal paling bawel dan cepat akrab dengan kami para dokter magang.

"Nggak." Aku mencoba kembali berkonsentrasi ke catatanku.

"Hayooo...ada apa? Hmmm...pasti mereka gosipin kamu sama dokter Rama kan?" Dian berjalan ke sampingku dan menarik satu kursi dan duduk di sampingku. Aku melihat ke sekeliling, meyakinkan tidak ada orang di dekat kami mengingat sekarang adalah waktu pergantian shift.

"Gimana cerita sih kamu jadi akrab sama si Rama? Sebelum kamu balik Jakarta kamu kayaknya jutek gitu kalau ngomongin dia."

"Siapa yang jutek. Kalian aja yang menyimpulkan."

"Oke deh kita yang nyimpulin, tapi gimana cerita bisa jadi akrab gitu."

"Ternyata tantenya dia tetangga rumahku. Dia beberapa kali main ke sana dan dulu waktu SMP aku pernah ketemu dia, cuma karena udah lama banget jadi aku lupa dan kemarin pas ngobrol jadi ingat semua deh." Aku menceritakan semua itu sambil mengisi log book-ku tanpa melihat Dian, aku mencoba menciptakan kesan seolah pertemuan kami bukan sesuatu yang istimewa yang akan disimpulkan terlalu berlebihan oleh siapa saja termasuk Dian. Karena benar yang Dian katakan sebelum aku ke Jakarta waktu itu 'kalau misalnya kamu beneran naksir mending nggak jadi aja deh...batalin perasaannya'.

"Wow...kenapa bukan aku yang punya cerita itu. Jadi iri." Dian berdecak kemudian mencibir ke arahku. "Aku balik dulu ya ntar pada ngomel-ngomel tuh dua orang kalau aku nggak bantuin masak. Bye." Dian berlalu begitu saja tanpa mengeluarkan protes lebih lanjut. Sesuatu yang patut aku curigai. Aku mengikuti bayangan Dian hingga menghilang di balik pintu. Apakah mereka bertiga juga ikut menggosipkan kedekatanku dengan dokter Rama? Lagian aku tak punya kuasa untuk menghentikannya. Biarkan saja.

SAUDADE (Fly Me High) -  BACA LENGKAP DI STORIAL.COWhere stories live. Discover now