21

3.3K 368 12
                                    


***Warning:Typo

Erick Leitner

Pagi yang sempurna untuk memulai penerbangan. Matahari di batas cakrawala timur mulai muncul perlahan dan membuat langit berubah keemasan dan menghalau kabut tipis yang tersisa karena dinginnya malam tadi.

Aku baru kembali dari walk around check sementara Heru melakukan CDU preflight dan beberapa menit kemudian kami siap tinggal landas. Cuaca pagi hari memang sangat menyenangkan karena sangat bersahabat. Dan pagi ini kami akan terbang ke Kuala Lumpur dan dilanjukan ke Hongkong. Oke aku akan memberikan gambaran singkat tentang rute terbangku minggu ini, ya aku punya rute terbang yang berbeda setiap dua minggu. Dan minggu ini aku mendapat rute terbang baru ke Hongkong, karena itu aku akan mendapat kesempatan menginap di Hongkong dan mungkin saja bisa kembali bertemu Dion.

Winda, salah satu awak kabin tiba-tiba masuk dan tersenyum sumringah saat pesawat sudah berada di ketinggian 30.000 kaki.

"Mas Heru pasti senang kalau aku bilang Ayana ada di penerbangan ini." Heru seketika menoleh pada Winda dengan senyum lebarnya.

"Ayana?"Winda mengangguk

"Sama siapa dia? Pacarnya yang digosipin itu?" aku terbelalak sejenak tak menyangka Heru mengikuti setiap berita tentang Ayana. Sekarang aku bisa mengerti bagaimana perasaan Ava saat bersaing dengan seseorang yang memiliki banyak pendukung. Aku tidak menganggap kalau kesedihan Ava akan menjadi kesempatan besarku hanya saja aku tidak mau Ava ada dalam situasi itu. Dia seharusnya menemukan cinta dengan mudah dan bukan dengan drama.

"Ummm...duduknya sih sama cewek, asistennya kali." Bisik Winda.

"Hei, stop bergosip." Potongku dan membuat Winda nyengir dan berlalu keluar dari cockpit. Aku bisa melihat Heru tersenyum-senyum sendiri dan membuatku menggelengkan kepala.

"Lo tahu Ayana kan?" ia bertanya padaku dengan kedua alis bertaut sangsi.

"Siapa sih yang nggak tahu dia." Jawabku dan membuat ia mengangguk lega. Aku melirik data manifest penumpang karena tiba-tiba aku punya keinginan untuk membaca setiap nama di sana. Aku berdecak pelan karena merasa geli sendiri dengan keinginan ini. Bagaimana mungkin aku mau membaca hampir 400 nama dalam daftar itu hanya untuk meyakinkan diriku kalau ada nama Rama di sana. Bisa saja kan mereka ke Hongkong bersama? Atau aku yang menduga berlebihan.

Ketika transit di Kuala Lumpur aku tidak bisa membendung keinginanku untuk mengirimkan pesan pada Ava. Aku perlu meralat kalimatku beberapa kali sebelum akhirnya aku mengirimkannya. Aku menghela napas kemudian menghembuskannya kencang karena tiba-tiba semua ini terasa sulit namuan terasa menantang.

Hi, Ava. Wie geht es dir? Kamu sudah mulai kursus? Let me know kalau km butuh bantuanku. Aku bersedia, anytime...

Selama menanti penerbangan lanjutan ke Hongkong aku sama sekali tidak konsentrasi dengan setiap cerita Heru di sebelahku. Aku hanya menyesap kopi dari cangkirku sambil menatap layar ponselku berharap ada balasan dari Ava. Aku tidak tahu kenapa perasaanku menjadi begitu tidak nyaman saat ini khususnya saat aku sempat melihat sosok Ayana tadi yang membuatku jantungku berdebar pelan. Bukan karena Ayana yang pasti, well meski aku tidak bisa memungkiri perempuan itu sangat cantik saat dilihat secara langsung. Aku hanya merasa apa aku mampu menyingkirkan Rama dari pikiran Ava, di saat laki-laki itu bahkan bersedia meninggalkan Ayana? Hei, aku sedang tidak mengatakan bahwa Ava tidak bisa dibandingkan dengan Ayana tapi justru di sini aku bisa melihat betapa besar pesona Ava bagi Rama. And it's really scared me. Ini pertama kalinya aku begitu takut karena merasa tersaingi. Baru kali ini aku tiba-tiba kehilangan kepercayaan diriku.

SAUDADE (Fly Me High) -  BACA LENGKAP DI STORIAL.COTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang