24

3K 354 13
                                    

***Maaf updatenya telat

***Warning: Typo

Erick Leitner

Aku melangkah ringan keluar dari ruang briefing sebelum penerbangan ke Batam. Tadi pagi aku bahkan bangun dengan senyum seakan ada dua kutub magnet yang berbeda di masing-masing sudut bibirku. Ya, aku masih belum percaya apa yang telah berubah dalam hidupku. Mencintai Ava bukanlah akibat dari rasa egoku untuk sekadar mendapatkan seorang perempuan kemudian menaklukannya di tempat tidur. Mencintai Ava seperti sebuah pencerahan ketika aku akhirnya kembali memahami apa arti terdalam dari kata mencintai. Aku tidak perlu menyentuhnya dulu untuk meyakini diriku kalau ada rasa yang luar biasa tercipta saat bersamanya. Aku tak perlu mengecup bibirnya dulu untuk meyakini diriku kalau aku bisa begitu mabuk dengan kehadirannya. See, aku tiba-tba berubah menjadi laki-laki yang berpuisi dalam benaknya.

Aku mengeluarkan ponsel dan membaca kembali sebaris pesan dari Ava semalam.

Aku sudah nggak apa2. Kamu yang harus istirahat. Kabari kalau sudah sampai Batam.

Mungkin aku terlalu berlebihan namun sebaris kalimat ini berhasil membuat jantungku berdegup begitu kencang. Sebaris kalimat sederhana ini seperti meyakinkanku kalau aku adalah milik seseorang saat ini, dan dia adalah milikku.

Aku sebentar lg take off. Km hari ini mau ngapain?

Safe flight ya. Aku mau ketemu Kak Lisa, dia mau ngasih sesuatu

Oke, salam buat Kak Lisa. Kamu hati-hati ya....love you!

Aku menunggu tiga menit dan tidak ada balasan dari Ava. Dia tidak membalas kata cintaku? Tidak apa-apa, aku paham. Aku kemudian mematikan ponselku tanpa menghilangkan senyum di bibirku.

*****

Ava Argani

Aku menapaki tangga menuju ruang makan yang terdengar lebih ramai pagi ini. Celoteh Abie dan Sashi sedikit mengendurkan armosfer kaku yang sehari-hari melingkupi rumah ini.

"Sarapan Va." Kak Mitha menyapaku saat matanya menangkap kehadiranku. Aku tersenyum dan mengangguk kecil. Mama seperti biasa sibuk dengan berkas-berkas di tangannya ditemani secangkir teh di hadapannya.

"Pagi Ma," sapaku pelan tepat disamping Mama.

"Ya." Mama hanya menjawab pendek. Aku menarik kursi di sebelah Abie.

"Tante Ava doyan sosis?" pertanyaan Abie sekejap mengusir kecangungan yang sempat tercipta.

"Emangnya kenapa?"

"Kalau nggak doyan buat Abie aja." Katanya sembari tersenyum malu.

"Abie," tegur Kak Mitha.

"Abie ambil aja, tante mau maka roti aja kok." Aku menarik piring berisis sosis lebih dekat ke hadapannya.

"Mana Tania?" Mama mengangkat wajahnya sedikit ke arahku.

"Mungkin masih mandi."

"I'm coming." Tania berseru dari ujung tangga dan berlari kecil menuruninya dengan rambut basah dan masih mengenakan piyama.

"Jangan lari-lari ntar Abie sama Sashi jadi ikut-ikutan lari di tangga." Tegur Mama saat Tania tiba di meja makan.

"Ih...Mama. Abie sama Sashi nggak perlu contoh untuk lari-lari di tangga. Itu naluri anak-anak. Iya kan?" Tania mengelus kepala Abie yang hanya mengangguk mengiyakan tantenya. Aku dan Mitha berpandangan sambil tersenyum.

"Kamu ini!" pelotot Mama pada Tania yang hanya dibalas dengan senyum konyol kakak perempuan yang cantik namun sedikit urakan itu. Suasana meja makan kembali ramai diisi dengan tawa Abie dan Sashi dan celoteh tak putus mereka yang direspon dengan kocaknya oleh Kak Tania. Mama perlu mencubit lengan kakakku itu agar dia berhenti berbicara tidak jelas di hadapan dua anak kecil itu. Aku dan Kak Mitha hanya menikmati semuanya itu dengan senyum.

SAUDADE (Fly Me High) -  BACA LENGKAP DI STORIAL.COWhere stories live. Discover now