20

3.3K 375 10
                                    

Warning: Typo


Erick Leitner

Air bening di kolam renang ini berkilau tertimpa cahaya matahari sore yang mengintip melalui sela-sela barisan daun kelapa yang tumbuh berjejer memagari area kolam dan restoran. Barisan sun lounger di sekitar kolam hingga menuju ke pantai hampir dipenuhi tubuh-tubuh pengunjung berpakaian minim dengan minuman-minuman berbagai warna di samping mereka. Suara musik dari meja DJ mengisi udara di sekitarnya dengan irama yang dinamis.

Aku menyandarkan tubuh di salah satu lounger dengan mata yang tak lepas dari gadis kecil yang sedang tertawa gembira di atas swan float ditemani ayahnya. Gadis kecil itu, Gia, melambai ke arahku dan berteriak memintaku untuk menemaninya.

Aku melepaskan kaca mata hitamku dan meletakkannya di dekat gelas minumanku sambil tak lupa memberikan senyumku pada perempuan kaukasian yang menghuni lounger di sebelahku, dari gerak tubuhnya aku bisa melihat ketertarikannya padaku namun aku bukanlah Erick beberapa tahun lalu. Aku hanya mengangguk kecil padanya sambil berlalu di depannya dan menuju gadis pujaanku yang sedang menantiku di kolam.

"Lo temenin Gia." Alex, sepupuku, berpesan sebelum beranjak keluar dari kolam. Gia, gadis kecil berusia hampir empat tahun itu menjerit kesenangan saat aku mendorong swan floatnya dan membuatnya meluncur di atas air. Aku selalu senang menghabiskan waktu bersama keponakanku ini bukan karena aku dulu pernah menyukai ibunya, well don't talk about it, itu masa lalu. Aku hanya selalu merasa Gia seperti anakku sendiri, I adore this little girl.

"Om Elik nanti temanin Gia lagi ke rumah Aidan. I already miss Bryan."

"Who's Bryan?" aku menekuk kedua alisku saat bibir mungil gadis itu menyebut nama laki-laki yang tidak pernah kudengar. Alex bahkan menyebutku berlebihan saat aku mengatakan sudah cemburu pada Aidan, tetangga sekaligus satu-satunya teman Gia, yang hampir tiap saat berada di rumah Alex dan Dara.

"Aidan's puppy dog." Gia berkata dengan setengah merengut.

"Ah...." Aku mengangguk sambil menertawai kebodohanku yang bahkan tidak mengingat nama anjing kecil Aidan yang sudah menyita perhatian Gia dan mengisi hampir seluruh ruang di otaknya. Sejak kedatanganku tadi pagi aku sudah tiga kali digeret Gia menuju rumah Aidan untuk menengok si Bryan.

"Gia, when you are with a boy, please don't talk about another boy?"

"Which boy?" Gia bertanya padaku dengan sedikit memiringkan kepalanya dan membuatku tidak tahan untuk tidak mengelus rambut coklat ikalnya yang setengah basah.

"Om Erick is a boy." Aku menunjuk dadaku.

"No, Om Erick is not a boy. You old." Gia memajukan bibirnya sebagai tanda ia tidak setuju dengan pernyataanku.

"Oh you rude, girl." Aku menyipitkan mataku memandangnya yang langsung diresponsnya dengan tawanya. Ia memegang kedua pipiku dengan kedua tangan mungilnya.

"Okey Om Erick is an old boy. So you love Bryan more than me?" ia kembali tertawa saat ia berhasil membuatku susah bicara karena kedua tangan mungilnya itu sedang menekan kedua pipiku kuat-kuat hingga membuat bentuk mulutku menjadi aneh. Ia terus tertawa melihat ekspresi wajahku hasil karya tangannya.

"But Bryan is not a boy. He is a puppy dog." Dia berkata masih dengan sisa tawanya.

"So you love Bryan the puppy dog more than me?" aku melepaskan kedua tangannya dan memandang matanya sambil menahan senyum.

"No....I love Om Erick and I love Bryan too."

"No...you should choose, baby girl. Me or Bryan?" Kal ini aku yang menangkup kedua pipinya dengan tanganku. Bayangan sinar matahari sore yang keemasan membias di wajah mungilnya sehingga menonjolkan bola mata berwarna hazelnya yang sangat cantik.

SAUDADE (Fly Me High) -  BACA LENGKAP DI STORIAL.COTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang