4 Sekawan

24.9K 444 27
                                    

Minggu pagi itu, saya menghempaskan tubuh di sofa. Saya melihat jam di tangan.

Pukul 08.00.

Saya baru saja pulang dari lapangan bola seusai menonton pertandingan sepak bola kakak-kakak residen penyakit dalam. Ini adalah stase ke 4 saya sebagai co-ass dan akan masuk tahun ke-5 sebagai mahasiswi Fakultas Kedokteran, atau lebih tepatnya tahun pertama saya sebagai Mahasiswi Profesi Dokter Umum. Beberapa bulan yang lalu saya sudah resmi diwisuda sebagai lulusan S1. Di usia yang ke-22 tahun, saya berhasil menyandang gelar Sarjana Kedokteran atau yang lebih dikenal S. Ked. Tapi perjalanan belum selesai. Saya masih harus melanjutkan pendidikan untuk mendapatkan gelar 'dokter' seperti yang saya cita-citakan sejak kecil.

Saya memejamkan mata sebentar, masih terasa kantuk menggelayuti pelupuk mata. Semalam tidur jam 2 karena belajar ekstra mempersiapkan ujian dan sudah bangun lagi jam 5 subuh. Saya juga sudah pergi dari jam 05.30 tadi dari rumah, mengingat lokasi lapangan bola cukup jauh dari rumah saya.

Saya merebahkan diri sesaat di sofa sekitar 15 menit untuk kemudian bangkit menyiapkan bahan ujian saya besok. Ya, minggu besok adalah minggu ujian saya di stase ilmu penyakit dalam. Hari senin besok kami akan mengundi penguji, mencari pasien untuk kemudian bersiap ujian.

Saya mulai meringkas point-point penting yang harus saya pelajari untuk menghadapi ujian besok hingga ponsel di sebelah tangan saya berbunyi membuyarkan konsentrasi saya. Tampak tulisan sebuah nama di layar ponsel seri 'communicator' itu,

"Yuan"

Saya mengernyitkan dahi melihat namanya. Dia memang sering menghubungi saya hanya untuk berbincang santai, tapi tidak pernah sepagi ini.

Yuan adalah teman yang saya kenal lewat jejaring Facebook. Meskipun baru mengenalnya satu tahun lalu, saya sudah menganggapnya seperti kakak saya sendiri.

Saya menekan tombol hijau di ponsel saya.

Terdengar suara laki-laki diseberang sana menyapa saya ramah,

"Selamat Pagi Shana.. udah bangun, dek?"

Yup. Dia termasuk golongan 'halo dek' yang banyak diincar oleh kaum hawa.

"Pagi bang. Udah bangun dong bang. Masa' jam segini masih tidur." kilah saya. Padahal, biasanya setelah sholat subuh, saya akan tidur lagi dan bangun jam 10 jika hari minggu, itupun karena detektif conan akan ditayangkan di tv. Mungkin kalau tidak ada conan, saya akan bangun jam 12. Usia saya memang sudah 22 tahun, tapi anime jepang tidak bisa lepas dari inner child saya, apalagi cinta pertama saya adalah Kenshin Himura, Battosai sang Pembantai.

"Lagi sibuk ga dek?" Tanya Yuan lagi.

Saya melirik tumpukan buku yang ada di atas meja,

"Biasa aja sih bang. Printah??" Tanya saya mengikuti kebiasaannya kalau saya menelpon.

"Hahahaha.. Mana berani mau perintah bu dokter. Nanti abang disuntik mati main perintah-perintah. Anyway, siang ini ada kerjaan ga dek?" Tanyanya lagi

Saya kembali melirik buku setebal bantal yang ada dihadapan saya,

"Hmmm.. Ga ada sih bang. Kenapa?"

"Abang mau ngajak nonton siang ini." Jawabnya.

"Hah? Mendadak banget sih bang? Berdua aja?" Tanyaku terkejut.

"Ya engga lah dek. Sama teman-teman abang juga. Kalo shana mau, shana ajak teman-teman shana juga boleh kok."

"Wadduh bang! teman-teman saya sudah pasti ga bisa bang. Teman siaran ya pasti pada siaran hr ini. Teman kampus juga pasti pada sibuk di stase masing2. Ga bisa dadakan begini. Lagian saya juga ga bisa bang, besok saya ujian, mau nyiapin bahan ujian buat besok. Lain kali aja ya bang nontonnya." tolak saya sehalus mungkin.

ShanarqieWhere stories live. Discover now