34 - PAST

27.6K 4.6K 915
                                    

Berusaha berdiri dengan baik dan benar di samping Sawitri. Sekarang agak percaya bahwa selama tiga hari ini aku benar - benar tidak sadarkan diri. Rasanya badanku berubah jadi jelly, karena serasa tidak stabil dan tidak seimbang. Bergoyang pelan macam daun yang tertiup angin, apalagi ditambah kepalaku yang masih agak pusing. Lengkap sudah penderitaanku. Hadeeeh...

Perasaan di film - film yang aku tonton si pemerannya bisa langsung berjalan pelan, bahkan beberapa jam kemudian malah bisa bertarung padahal telah koma lama. Rasanya bukan hanya kuku kakiku kaku - kaku, tetapi nyatanya otot - otot tubuhku kaku semua padahal baru tiga hari tidak digerakkan. Mungkin benar bahwa kenyataan tak seindah ekspektasi saudara - saudara.

"Kau baik - baik saja?" tanya Sawitri pelan sekali karena sepertinya dia sadar badanku tidak stabil, lalu dia menyelusupkan tangannya ke tanganku untuk menopangku.

Kami sekarang memang sudah berada di luar gua. Apalagi hari sudah sore dan semburat jingga sudah mulai terlihat di langit. Tak jauh dari kami Raden Panji Kenengkung dan Wasa tengah mempersiapkan kuda - kuda yang akan mereka naiki.

Ngomong - ngomong soal Raden Panji Kenengkung, aku heran apa dia terkena pukulan di kepalanya saat malam itu atau bagaimana? Karena sikapnya aneh sekali. Dia all out dalam menjaga dan mengobatiku. Kemungkinan besar Pangeran Anusapati yang memerintahkannya. Sebenarnya aku senang karena dia tidak segalak seperti biasanya, tapi jika terus begini aku takut... takut perasaanku padanya bertambah makin dalam.

Tadi juga, Raden Panji Kenengkung malah menyuruh Sawitri mencari makanan ditemani Wasa. Sedangkan dia benar - benar melakukan ancamannya yaitu menemaniku tidur... Eh, jangan salah paham. Lebih tepatnya dia menjagaku selama aku dipaksa tidur demi mengembalikan tenagaku. Bayangkan, bagaimana aku bisa tidur jika jantungku malah heboh karena menyadari dia duduk tepat di sebelah tempatku berbaring?

Entah berapa lama aku memejamkan mata pura - pura tidur, namun memang pada akhirnya aku tertidur juga. Mungkin karena badanku sedang tidak sehat, jadi wajarlah lama - lama aku ketiduran. Berharap selama tidur tadi aku tidak mangap atau ngiler, mau ditaruh mana mukaku ini? Aku juga tidak mungkin meminta konfirmasi padanya bukan? Parahnya, aku sepertinya tidur terlalu lama sehingga Raden Panji Kenengkung juga yang membangunkanku... triple kill rasanya.

Seakan segalanya belum cukup, dia bahkan menyalurkan tenaga dalamnya padaku, sesaat sebelum kami akan berangkat menuju istana. Aku sadar bahwa aku bukan lagi ABG dan ingat aku juga bukan hanya sekali berpacaran. Tidak sekali dua kali aku melakukan skinship dengan pria yang menjadi kekasihku walau memang tidak melanggar batas, paling tidak batasan yang aku tetapkan.

Rasa penasaran kadang menjerumuskan kita pada dosa. Entah disebabkan kurang iman atau aku yang memang bebal, jadi keinginan mengulanginya lebih besar daripada keinginan bertobat. Bisa jadi ini juga efek karena sudah hampir setahun tidak terikat hubungan serius atau bagaimana, tapi rasanya tubuhku makin aneh saat bersentuhan langsung dengan Raden Panji Kenengkung.

Bayangkan, dengan santainya dia menempelkan telapak tangannya di punggungku bagian atas yang terbuka. Jujur, aku tak tahu bagaimana rasanya disalurkan tenaga dalam. Memang punggungku terasa hangat, malah rasanya pipikupun juga ikut menghangat. Apakah disalurkan tenaga dalam juga bisa membuat jantungmu berdetak dua kali lebih cepat? Ah, entahlah...

Aku benar - benar gagal paham. Berusaha menenangkan hatiku namun pastinya gagal. Parahnya aku bahkan menahan napasku berkali - kali dan berhenti saat dia mengira aku menahan napas karena takut padanya. Tidak tahukah dia, aku menahan napas bukan karena takut tetapi karena grogi.

Sebenarnya aku sudah menolak untuk kegiatan penyaluran tenaga dalam atau apalah namanya itu. Namun seperti dugaanku, usahaku itu tentu gagal total. Menurutnya, perjalanan kembali ke istana memerlukan waktu yang tidak sebentar dan aku tidak boleh sampai pingsan. Jika itu terjadi maka aku tidak akan diizinkan masuk istana, bahkan untuk memasuki pintu gerbang istana aja mustahil bin mustahal.

SINGASARI, I'm Coming! (END)Where stories live. Discover now