24 - PAST

26.4K 4.2K 116
                                    

Seminggu telah berlalu semenjak tragedi air panas itu, jujur aku harap - harap cemas takut jika dipanggil lagi ke istana Ratu, namun sepertinya Ken Dedes tidak melakukannya. Apalagi Kanjeng Praya tidak menampakan batang hidungnya di sini sama sekali. Dengan kata lain, tidak ada masalah yang berarti terjadi selama tujuh hari ini. Pangeran Anusapati juga tidak banyak membuat ulah.

"Sawitri, apa tidak bisa kita memakai pakaian seperti ini setiap hari ?" Tanyaku antusias, karena kali ini kami tidak melilitkan kain jarik seperti biasa namun melilitkan sedemikian rupa membentuk seperti celana kain.

Memandangku sekilas lalu kembali menyusun buah - buahan dalam keranjang rotan "Bisa saja, asal kau tergabung dalam prajurit wanita dan bukan seperti sekarang sebagai pelayan istana."

"Wow, apa aku bisa berubah posisi begitu ?" Tanyaku antusias

Mendesah pelan "Bisa saja jika kau ikut uji prajurit wanita, tetapi aku jamin percuma karena biasanya mereka yang diterima punya ilmu kanuragan yang tidak main - main. Dari ratusan orang paling hanya sedikit yang lolos. Sebagian besar prajurit biasanya murid atau saudara para prajurit senior, jadi mereka memang khusus dilatih dari kecil. Sedangkan kau ... ck ... ck ... ck " Berdecak sambil menggeleng - gelengkan kepala

Mataku menyipit memandangnya "Memangnya aku kenapa ?"

"Jujur saja, aku tidak tahu apa sebenarnya bakatmu. Meronce hasilnya buruk, menenun berantakan bahkan membantikpun tidak rapi. Yaa, mungkin bakatmu yang paling luar biasa adalah membuat hal kecil menjadi kekacauan besar, Rengganis "

"Iiisssshhh ... kau menyakiti perasaanku yang sehalus sutra ini, Sawitri" Balasku sambil membuat isyarat jantung tertusuk

"Menjijikan !" Jawab Sawitri sambil bergidik

"Kalian berdua cepat sedikit, nanti Pangeran bisa marah. Masukan sisa bahan makanan ke kereta kuda dan bersiap berangkat" Ucap Nyi Ratri yang membuat kami menghentikan obrolan dan bergegas menuju kereta kuda yang terparkir di depan pendopo.

It's time to vacation ... Yaa, hari ini kami akan mengikuti Pangeran Anusapati yang akan pergi berburu. Tentu saja Pangeran tidak sendirian seperi biasa dia akan bersama pendamping setianya yaitu Raden Sadawira, Raden Panji Kenengkung, Madra, Wasa dan ada pula Raden Mahisa Randi yang ikut dengan empat orang pengawal kerajaan lainnya.

Menurut Sawitri, seorang anggota kerajaan tidak akan dibiarkan keluar dari istana tanpa pengawalan. Rombongan ini terhitung amat sangat sedikit karena Pangeran Anusapati sebenarnya amat sangat ... sangat ... sangat ... sangat sulit diatur. Standar pengawalan seharusnya tiga kali lipat dari ini. Walau orang terdekat yang mengawal Pangeran juga bukan orang yang dapat diremehkan tapi sesuai istilah bahwa DAN 1 atau DAN 2 sekalipun belum tentu menang jika lawannya DAN KAWAN - KAWAN.

Berjalan bersebelahan dengan Sawitri "Sebenarnya kenapa kita mesti ikut ? Bukannya yang berburu seharusnya pria saja tanpa melibatkan wanita ?"

Jujur, aku ngeri membayangkan harus tidur di alam bebas, waktu kemping pramuka saja sudah membuatku flu seminggu karena kedinginan. Padahal tidur di dalam tenda dengan selimut, jaket tebal berbulu, syal plus kupluk. Nah sekarang bagaimana ? Jangankan tenda, di zaman tempatku tinggal sekarang ini jaket saja belum ditemukan. Hadeeh ...

"Terus siapa yang akan memasakkan hasil buruan ?" Tanya Sawitri

"Bukannya hewan hasil buruan akan langsung dibakar di atas api unggun oleh si pemburu sendiri. Itu yang aku lihat di film - film kolosal"

"Film itu apa, Rengganis ? " Mendesah pelan "Bisa tidak, kau berbicara dengan bahasa yang bisa dimengerti oleh manusia ? Kenapa kau selalu mengatakan kata - kata yang aneh sih ? Heran aku. " Ucapnya sambil membetulkan letak peti kecil berisi kudapan yang sedang dibopongnya. Sedangkan aku membawa keranjang buah yang kurang lebih sama beratnya.

SINGASARI, I'm Coming! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang