52 - PAST

19.9K 3.6K 429
                                    

Bagaimana aku melewati hari-hariku setelah dua kali insiden memalukan itu terpergok oleh orang lain? Entahlah... tetapi tidak mungkin juga aku mengurung diri di bilikku, ingat aku ini pelayan... PE-LA-YAN... jadi tak mungkin mangkir kerja. Sedangkan tersangka satunya lagi seperti biasa yaitu melenggang bebas, apalagi memang benar ucapannya malam itu yaitu dia pergi entah kemana dan mungkin untuk waktu yang cukup lama juga.

Ini bahkan sudah hampir sebulan lebih sepuluh hari dan Ndoro-ku itu nyaris belum kembali. Entah masih hidup atau terluka, aku tidak tahu dan tidak berani mencari tahu apapun dari siapapun. Paling tidak no news, it's good news. Dengan begitu aku dapat menyimpulkan bahwa dia baik-baik saja di manapaun dia berada kini karena tak ada berita buruk terdengar hingga ke sini.

"Rengganis, hari ini kau ikut ke istana bersamaku!" ucap Bimasena kala aku sedang menyiapkan makanan untuk sarapan Reksa.

Jantungku berdetak cepat, secepat mukaku menengok ke arah pria berwajah ramah yang berada di sampingku. Apakah dia diperintahkan oleh Raden Panji Kenengkung untuk mengembalikan aku ke istana? Jika iya, maka sungguh keterlaluan sekali Ndoro-ku itu. Aku bahkan sudah merendahkan harga diriku untuk mengakui perasaanku padanya tetapi dia yang aku sangka menerimanya malah kini membuangku kembali ke istana.

"Haah..." Aku bahkan kehilangan kata-kataku.

Memang dahulu awalnya saat aku tahu ini tempat kediaman Raden Panji Kenengkung aku ingin kembali ke istana. Sebaliknya kini aku malah ingin tetap berada di sini. Aduh Gusti, kenapa aku jadi plin-plan begini...

Bimasena menghembuskan napas pelan sebelum berkata, "Ada sesuatu yang terjadi di istana kediaman Pangeran Anusapati, sedangkan Raden Panji Kenengkung belum bisa kembali hari ini. Aku diperintahkan untuk tidak banyak menarik perhatian saat datang ke sana, maka aku harus membawa Reksa. Namun, aku tidak bisa membiarkan Reksa sendirian sehingga aku butuh kau untuk menjaganya selama aku menyelesaikan masalah yang ada di sana. Kau pernah bekerja di istana jadi kau hapal peraturannya, Rengganis!"

Mengabaikan ucapan Bimasena bahwa di kediaman Pangeran Anusapati ada masalah, yaa... bukannya di sana memang selalu ada masalah. Justru aneh jika tempat itu aman, damai, sentosa dan tanpa masalah. Intinya peredaran napasku lancar jaya seperti semula karena prediksiku meleset lagi. Syukurlah aku tidak dikembalikan lagi ke istana.

Senyumku merekah seketika "Tentu saja!" balasku ceria macam Doraemon yang ditawari dorayaki.

Alis Bimasena terangkat sebelah, mungkin terheran karena perubahan mimik wajahku yang tiba-tiba. Memberi jeda lalu dia berucap, "Sepertinya kau merindukan tempat itu, Rengganis?"

Terkekeh sambil mengeleng-gelengkan kepalaku pelan "Aku bukan merindukan tempat itu tetapi aku merindukan Sawitri. Aku senang dapat kesempatan bertemu dengan teman-temanku lagi," jawabku mencoba berkelit.

"Baiklah kalau begitu, kita berangkat siang nanti!" ucap tegas Bimasena lalu meninggalkan aku dan keluar dari ruangan.

***

"Astaga Sawitri, kenapa aku senang sekali saat bisa melihatmu lagi?" ucapku agak histeris padahal dulu aku rasanya eneg karena yang kujumpai adalah Sawitri lagi... Sawitri lagi

Terkaget sesaat lalu menengok ke belakang "Rengganis???" meletakkan bunga yang sedang dironcenya lalu menatapku bagai hantu "Ini benar-benar kau, Rengganis?" tanyanya sambil mengerjabkan mata berulang kali.

Mendengus sesaat "Ck, bukan! Aku ini hantunya Rengganis!" balasku lalu berjalan mendekat dan kemudian duduk di dipan yang biasa kami tempati saat tidak sedang menemani Pangeran Anusapati.

"Aku pikir diriku tak mungkin bisa lagi bertemu denganmu, Rengganis. Aku dengar kau dikeluarkan dari istana. Kau tahu, aku khawatir bahkan nyaris tidak bisa tidur berhari-hari dan berpikir bahwa kau akan di masukkan dalam rumah pelacuran karena katanya di istana Ratu kau banyak berbuat salah."

SINGASARI, I'm Coming! (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora