28 - PAST

24.7K 4.6K 336
                                    


Menghembuskan napas pelan sebelum menjawab "Betul Pangeran, Pasukan hamba yang menangkap dia di daerah Wengker. Hamba ingat saat itu kepalanya terluka. Apa karena itu ingatannya terganggu atau entahlah hamba ti_____ MENUNDUK PANGERAN !!!!" Ucapan Raden Panji tiba - tiba berubah dan meninggi. Dia reflek bergerak cepat menangkap sebuah busur panah yang melesat ke arah Pangeran Anusapati sedangkan kami sesaat malah terpaku di tempat sebelum menunduk melindungi diri mengikuti perintahnya. Para pengawalpun otomatis mendekati kami.

"Wuuuuuuss"

"Wuuuuuuss"

"Wuuuuuuss"

"Wuuuuuuss"

"Wuuuuuuss"

Suara panah melesat ke arah kami bertubi tubi, aku sendiri cukup kaget karena acara makan, tiba - tiba berubah menjadi acara action. Mengapa jadi seperti ini sih ? Oh Tuhan, kami diserang ...

-------------------------------------------------------------

Jantungku berdetak cepat dan kali ini benar - benar berharap semua ini hanya mimpi buruk tapi rasa sakit akibat kuku yang menancap di telapak tangan saat aku reflek mengepalkan tangan sangat terasa olehku, berarti ini ... ini semua NYATA. Apa aku akan mati disini ?

Kesimpulan yang dapat aku ambil adalah semakin mundurnya zaman, maka manusia akan semakin bar - bar dan sialnya kini aku berada di zaman itu. Zaman di mana nyawa manusia tidak banyak artinya, malah mungkin nyawa sapi lebih berharga.

Maka bersyukurlah jika lahir di zaman modern, jalan - jalan hingga jam dua pagi paling bertemu tim patroli, yaa walau jika sial bisa bertemu begal atau hantu tetapi jarang terjadi. Namun di sini ... di tempatku berada sekarang ini jauh lebih mencekam lagi, karena mungkin yang ditemui adalah perampok sadis atau bahkan pembunuh. Minta tolong polisi nggak mungkin karena polisi belum ada.

Ternyata kekagetanku dalam mencerna keadaan bertambah saat Raden Panji Kenengkung tidak menunduk seperti kami tetapi tetap berdiri dan menghentikan semua laju panah hanya dengan tenaga dalamnya. Panah - panah itu tiba - tiba jatuh seperti tertabrak tembok tak kasat mata, bahkan beberapa panah ada yang patah. Keanu Reeves dalam film The Matrix saja kalah sepertinya. Aku sampai tak sadar sejak tadi menganga memandangnya. Ternyata benar, dia orang sakti.

Belum selesai keterkejutanku, aku terpekik dan nyaris terjatuh kala Wasa menarikku untuk berlindung di balik pohon terdekat. Kebetulan Wasa memang ada dekat denganku sedang Madra sepertinya menarik Sawitri ke arah lain.

Sebaliknya para Pangeran juga telah berlindung. Hanya Raden Panji Kenengkung yang terlihat menangkis panah - panah baru yang mulai berdatangan, tentu dibatu Raden Mahisa Randi dan para prajurit. Mungkin jiwa patriot mereka terpanggil otomatis.

"Gedebuk"

"Gedebuk"

"Gedebuk"

"Gedebuk"

Suara orang terjatuh dari ketinggian terdengar tidak jauh dariku. Sepertinya belati kecil yang dilemparkan Raden Panji Kenengkung mengenai sang pemanah. Namun masih ada pemanah lain yang tetap berusaha memanah ke arah para Pangeran. Tetapi masih bisa ditangkis oleh mereka dengan hanya berbekal keris. Bahkan Pangeran Anusapati melakukan hal yang mirip dengan yang dilakukan Raden Panji Kenengkung tadi yaitu membuat panah berhenti bergerak hanya dengan tenaga dalamnya. Sebenarnya mereka ini orang - orang macam apa ?

"Ini ambil" Suara Wasa berhasil mengalihkan pandanganku padanya lagi. Diapun memandangku lama lalu memberikan sebilah belati. "Tetap di sini, aku harus melindungi Pangeran !" Ucap Wasa sebelum meninggalkan tempat persembuyianku.

SINGASARI, I'm Coming! (END)Where stories live. Discover now