29 - PAST

23.9K 4.2K 110
                                    

Di suatu tempat yang jauh dari hutan, entah mengapa rasanya atmosfer di ruangan tersebut terasa dingin berbanding terbalik dengan hangatnya matahari yang bersinar terang di luar. Beberapa orang terlihat membungkuk nyaris bersujud pada seorang pria yang sekilas terlihat nyaman di tempat duduknya. Sayangnya semua orang di ruangan itu tahu sang pria tidak senyaman kelihatannya. Lihat saja caranya memengang cangkir minumannya dengan kekuatan berlebihan.

Memandang malas pada orang - orang suruhannya yang ternyata bodoh dan tak berguna "Jadi ..." Ucapnya setelah menaruh cangkir di meja.

"Ampuni kami, Be __beri kami kesempatan sekali lagi. Hamba berjanji kali ini tidak akan gagal." Ucap seseorang yang berada paling depan dengan suara nyaris bergetar. Tak berani mengangkat wajahnya sama sekali karena takut, padahal ukuran tubuhnya dua kali lebih besar dari tuannya.

"Ck ... Ck ... Ck ... " Berdecak lalu pura - pura berpikir sebelum berkata "Rasanya aku pernah mendengar kata - kata serupa dahulu kala. Heem ... Kau pikir karena aku sudah tua sekarang, jadi ingatanku menjadi lemah begitu ?" Tanyanya pelan dan menambah dingin suasana.

"Bu__ Bukan begitu maksud hamba. Kali ini benar. Dia ... Pangeran Anusapati akan mati ditangan kami, tidak akan hamba biarkan dia lolos untuk ketiga kalinya." Lanjutnya buru - buru karena memancing kemarahan sang Tuan bukan tindakan bijaksana untuk dilakukan, walau di dalam hati sadar bahwa sang Tuan sekarang bukan lagi marah tapi murka.

"Banyak orang mati tadi malam tanpa guna sama sekali !"

"Ampuni kami, se__semua di luar perkiraan. Ra__Raden Panji Kenengkung ada di sana dan separuh pasukan kami mati karena ulahnya." Jawabnya dengan tangan mengepal karena geram "Kami sudah berusaha membuat dia tetap berada di istana. Namun ternyata dia berhasil membereskan kekacauan yang kami buat. Apalagi menurut mata - mata kami, Pangeran Anusapati mengundurkan waktu keberangkatannya sehingga Raden Panji Kenengkung bisa menyusul."

"Apa kau bilang ? Kau kehilangan separuh pasukan karena dia ? Heem ... coba kita hitung, berapa tepatnya pasukanmu yang mati sia - sia tadi malam ? 30 orang ? 40 orang ? Apa itu masalah besar bagimu, hm ? Bayangkan, aku bahkan mengorbankan lebih dari 50 orang pasukanku yang terlatih hanya demi membantu rencana bodohmu itu !" Ucapnya berdesis marah lalu menggebrak meja hingga cangkir dan kendi berjatuhan di lantai bahkan sebagian pecah berkeping - keping hingga menimbulkan air terciprat kemana - mana.

"___" Tidak ada yang berani menjawab atau bergerak seincipun kala melihat kemurkaan sang Tuan.

Pertemuan mereka dengan sang Tuan amat sangat jarang, karena biasanya hanya pesuruh kepercayaannya yang datang memberi perintah. Pertemuan langsung dengannya hanya ada dua kemungkinan yaitu hadiah atau hukuman. Mengingat kejadian semalam pastinya yang diberikan hari ini adalah hukuman. Oh, bisa saja hadiah ... hadiah kematian tapinya.

Menutup matanya sejenak kemudian berkata sambil tersenyum "Anak kecil itu, kini sudah tumbuh menjadi pria yang lebih hebat daripada perkiraanku. Sayang sekali, dia sepertinya tidak tertarik akan kekuasaan. Mungkin salahku juga yang terlalu meremehkannya selama ini. Heem ... Tapi mengapa dia juga menyembunyikan kemampuannya dariku ?" Tanya sang Tuan lebih pada dirinya sendiri.

"Ampuni kami ..." Lalu melirik pada sepuluh orang pasukannya yang ada di belakang sambil memberi isyarat.

"MOHON AMPUNI KAMI " Ucap para pasukan serempak.

"Hahaha ... kalian lucu sekali !" Ucapnya sambil tertawa walau tak sampai ke matanya. "Tohjaya bagaimana ?" Lanjutannya saat tawanya surut.

"Pangeran Tohjaya juga selamat karena dilindungi oleh Wasa." Jawabnya sambil kembali menunduk.

"Panahnya beracun ... racun racikan terbaru yang kubuatkan ?"

"Benar ... Sedikit lagi kami akan bisa membunuh Pangeran Anusapati, jika saja pelayan wanita itu tidak ikut campur dan menyelamatkan Pangeran."

SINGASARI, I'm Coming! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang