50 - PAST

27.2K 4.7K 1.2K
                                    

Masih ingat
Huruf yang ada di chapter sebelumnya
Fyi, itu sebagian besar adalah deretan alfabet Rusia dan nggak membentuk kata atau kalimat apapun walau aku susun menyerupai bentuk paragraf
TAPI
Kalau readers lebih jeli huruf awal tiap paragraf itu bukan alfabet Rusia tapi alfabet atau huruf Latin (Abjad Rumi/Romawi) yang orang Indonesia pakai untuk penulisan sehari-hari

Nah, jika disusun tiap huruf awal di masing-masing paragraf akan membentuk :
SINgAsARI    I m   CoMIng

Aku tuh berharap bisa merubah budaya readers Wattpad
dari
Budaya Emosi dan Mengumpat
jadi
Budaya Berfikir dan Santai

Tapi

Angel Wes Angel
🤭

Akhirnya aku harus bilang :
Lapor Komandan, misi GAGAL

((‾~‾“))◗

Padahal jika ada satu aja reader
dari sekitar 1870 readers (aku lihat total votes terakhir karena tiap account normalnya hanya bisa 1 kali vote)
itu sadar maka aku akan mempublish next chapter di HARI itu juga saat comment yg berisi jawaban teka - teki masuk notif di Hp-ku
(Rela mikir diriku dan ngetik dalam tempo yang sesingkat-singkatnya)
😁


╔╦╦═╗╔╦╦═╗╔╦╦═╗
║╩║═║║╩║═║║╩║═║
║╦║║║║╦║║║║╦║║║
╚╩╩╩╝╚╩╩╩╝╚╩╩╩╝

-------------------------------------------------

Rasanya hidup di istana makin hari semakin tidak menyenangkan. Ingin keluar istana tetapi larangan dari Ayahanda masih berlaku dan malah membuatku terbelenggu. Belum lagi otakku yang rasanya makin tertimpa beban berat karena harus terlibat dalam urusan pemerintahan Singasari.

Apalagi kini muncul masalah yaitu beberapa daerah terlambat membayar upeti, entah karena ada kesulitan atau malah akan muncul bibit baru pemberontakan. Jujur, aku malah senang jika ada pertempuran, paling tidak aku bisa menyalurkan perasaan kesalku pada orang lain dengan cara bertarung. Salahkah caraku ini? Entahlah... tapi aku juga tidak peduli.

“Kau masih hidup? Ckckck… Padahal aku berharap kau tadi mati karena lupa bernapas saat keasikkan melamun!”

Wajahku seketika berpaling mendengar suara yang sudah sangat... sangat... sangat lama tidak aku dengar. Berani sekali dia mendatangiku. Kemana perginya Madra dan Wasa? Kenapa pula mereka membiarkannya mendekati bahkan memasuki pendopo kediamanku ini?

Aku sepertinya terlalu lunak pada mereka berdua belakangan ini. Setelah Rengganis pergi malah mereka yang jadi kurang ajar padaku. Awas saja mereka nanti!

Menaikkan sebelah alis mataku saat menatapnya “Seharusnya kau yang mati duluan mengingat usiamu yang jauh lebih tua dariku atau kau datang kemari agar aku bersedia membantu untuk mengakhiri hidupmu? Jika begitu, maaf saja karena aku tidak mau mengotori keris kesayanganku dengan darah kotormu!” jawabku ketus lalu memalingkan wajah ke arah tanaman di depanku. Sebenarnya aku bukan penikmat tanaman tapi dibandingkan melihat dia.

SINGASARI, I'm Coming! (END)Where stories live. Discover now