51 - PAST

24.2K 4.6K 1.9K
                                    

Pegang erat-erat HATI anda READERS
(Emang bisa???
Ya, NGGAK lah. Pake tanya lagi)

┌─┐. ─┐.................
│▒│ /▒/...................
│▒│/▒/.......................
│▒ /▒/─┬─ ............................
│▒│▒|▒│▒│........................
┌┴─┴─┐-┘─┘ ................
│▒┌──┘▒▒▒│.......................
└┐▒▒▒▒▒▒┌┘.......................
└┐▒▒▒▒┌.......................

Ready to read, readers???
But I'm ready to sleep
Bye Readers

✋✋

---------------------------------------------------

Sumpah aku tak berani mengangkat mukaku hampir seminggu ini karena insiden waktu itu. Sebaliknya sikap sang pelaku utama justru tenang-tenang saja. Seakan tindakannya saat itu tidak menyebabkan masalah sama sekali. Luar biasa bukan, Ndoro-ku itu?

Rasanya aku ingin memukul kepala Ndoro-ku agar dia bisa kembali normal. Namun pelayan mana yang berani memukul kepala majikannya sendiri? Jika aku melakukannya maka orang-orang makin yakin jika aku dan Raden Panji Kenengkung memiliki hubungan yang lebih dari hanya sekedar pelayan dan majikan. Bahaya... Bahaya... Bahaya...

Memang tidak ada yang mengolok-ngolokku tentang kejadian itu, tetapi aku punya keyakinan jika semua orang disini mengetahui hal tersebut tetapi kompak tidak menunjukkannya padaku. Jangan kira itu hanya perasaanku saja, karena jelas sekali perilaku mereka terasa berbeda. Ayu yang terlihat selalu menahan tawanya saat memandangku dan buru - buru merubah ekspresinya saat dipelototi oleh Mbok Sinem. Parahnya sikap Ragasa padaku juga berubah jadi lebih hormat. Astaga... aku bingung harus bersikap bagaimana?

Dulu aku hidup tenang jika dia tak ada di rumah tetapi kini ada atau tidak adanya Raden Panji Kenengkung di sini sama saja rasanya. Untungnya dia seperti tahu jika aku kesal padanya sehingga dia juga tidak berusaha atau bahkan sengaja berada dekat-dekat denganku. Jika sebaliknya maka jelas dia bangsawan yang tidak tunduk dan patuh pada aturan tata krama.

Tetapi satu hal yang aku syukuri adalah sepertinya dia mendengarkan nasehatku untuk lebih dekat dengan putra semata wayangnya itu jika dia ada di rumah. Aku ikut senang karena Reksa kini tampak lebih bahagia walau hanya sedikit. Harap diingat, Raden Panji Kenengkung itu sepertinya termasuk jajaran orang sibuk di Tumapel yang lebih banyak berada di luar daripada di dalam rumah.

Satu lagi yang aku syukuri ketika bekerja di kediaman Raden Panji Kenengkung adalah kami diperbolehkan memasak apapun yang kami mau. Walaupun begitu, tentu sebagai pelayan kami harus tahu diri. Hal lain yang aku ketahui ketika aku berada di masa lalu ini adalah bahan makanan yang populer dan mahal di masa depan, malah di sini dianggap tak berharga.

Kebetulan yang menguntungkan bagiku saat ada kiriman hasil laut yang harus disortir. Katanya sebagian akan dijadikan upeti sedangkan sebagian lagi akan dijual. Aku punya firasat bahwa Raden Panji Kenengkung itu tidak hanya sakti mandraguna tetapi juga pengusaha tajir di masanya. Mungkin ini pengaruh dari keluarga mantan istrinya seperti kata Sawitri dulu.

SINGASARI, I'm Coming! (END)Where stories live. Discover now