57 - PAST

26.1K 4.7K 1.2K
                                    


Buatku yang berharga itu
KEBEBASAN & KEBAHAGIAAN
"Aku ingin menulis sesuka hati"









Ⓜ Ⓔ Ⓜ Ⓑ Ⓐ Ⓒ Ⓐ

Warning ⚠️
Terdapat Hal - Hal yang kurang baik
Jadi bijaksanalah wahai Readers

Mintalah didampingi
Pacar / Gebetan / Suami / Istri /
Gebetan Temen atau Pak RT juga boleh
🤭

Hmm,
Bagi yang JOMLO
Tenang anda masih didampingi kok
Sama Malaikat di kanan kiri tapinya
✌️

Btw, ini 4.000 words lebih lagi kawan
(Yakin nih nggak ada yang mau ngitung??? 🤔)

------------------------------------------------

"Sampai kapan kau mau tidur istriku, hm?" tanyanya sambil mengelus pelan rambutku.

DUAAAARRRR... bagai petir menyambar tiba-tiba kesadaranku muncul. Napasku tercekat namun jantungku berdetak sangat cepat. Oh Tuhan, apa yang telah aku lakukan semalam? Buru-buru memeriksa pakaian yang aku kenakan. Aarrrggg...

Bangkit dari posisi berbaring lalu aku melotot pada pria gila yang nyatanya masih tetap tampan itu. Apa orang tampan tidak akan pernah terlihat jelek walaupun bangun tidur sekalipun? Iissshh... menyebalkan sekali.

Padahal perempuan kadang tampak seperti Medusa karena rambutnya awut-awutan. Makanya aku rajin perawatan rambut agar tidak tampak semengerikan itu. Paling tidak, hanya butuh disisir menggunakan jari maka rambutku walau tidak tampak cetar membahana tapi cukup aman dipandang mata.

"Jangan berbicara sembarangan Raden! Hampir saja hamba kena serangan jantung tadi. Hamba bukan istri Raden!" ucapku kesal karena aku kira terjadi hal yang tidak-tidak.

Bersyukur, aku tidak "tidur" dengannya dalam konteks negatif. Lebih tepatnya aku ketiduran sepertinya tadi malam saat mengobrol dengannya tentang kisah hidupku. Skip bagian saat dia menciumku dengan dalih sebagai hukuman. Alasan konyol macam apa itu?

Masalahnya Ndoro-ku yang kadang jauh dari sifat budimam ini malah tidak membangunkanku. Parahnya, pikiranku blank sesaat tadi. Ternyata IQ tidak hanya turun saat seseorang sedang lapar saja tetapi ketika bangun tidur juga.

"Aku suka saat melihat rambutmu tergerai dan tertiup angin begini. Kau cantik sekali, Rengganis!" ucapnya yang tak nyambung saat ikut bangkit sambil memijat tangan kanannya yang mungkin saja kram karena menjadi alas kepalaku saat tidur semalaman. Sukurin, siapa suruh mengambil kesempatan dalam kesempitan.

"Astaga, sempat-sempatnya Raden bicara begitu. Lebih baik kita pergi dari sini secepat mungkin karena sepertinya Raden makin tidak waras. Hamba takut!" kataku sambil bangkit berdiri dan mulai berjalan meninggalkan dia yang malah tersenyum itu. Yang waras ngalah...

"Auwwww," teriakku kaget karena tiba-tiba badanku dibopong begitu saja olehnya.

"Ck, jangan teriak-teriak, nanti kau membuat binatang ketakutan, istriku!"

SINGASARI, I'm Coming! (END)Where stories live. Discover now