10 - PAST

33.4K 5.3K 90
                                    

Seorang perempuan anggun dan cantik yang diikuti beberapa orang pelayan terlihat mendekati pendopo kediaman Pangeran Anusapati.

Dari penampilannya terlihat bahwa dia tumbuh dalam lingkungan yang sangat baik. Pakaian dan perhiasan yang indah namun tidak berlebihan membuatnya terlihat bagai mutiara bersinar di kubangan lumpur, saat dibandingkan dengan penampilan kami para pelayan. Aku saja yang melihatnya merasa insecure seketika.

Yaa ... memang sampai kapanpun budak dan majikan tidak akan pernah terlihat sama ... Oh kecuali dalam cerita sinetron atau FTV dengan judul yang mampu membuat kedua alismu mengernyit saat mendengarnya.

Segalanya tampak sempurna pada perempuan itu jika saja dia mau sedikit tersenyum. Walau perangai seseorang tidak selalu dapat di tentukan dari wajahnya, tetapi alarm dalam kepalaku otomatis memberiku sinyal waspada tingkat 1 padanya.

Sumpah, mulutku sudah gatal ingin bertanya siapa gerangan perempuan cantik itu pada Sawitri yang tengah berjalan di sebelahku. Kemungkinan yang muncul di kepalaku cuma dua, yaitu adik Pangeran Anusapati yang bernama Dewi Rumbu atau calon isterinya Pangeran Anusapati sendiri. Dalam sejarah tidak ada keterangan siapa isteri Pangeran Anusapati, hanya nama putranya saja yang disebutkan.

Kemungkinan kecil jika dia adalah Ken Dedes karena wanita itu nampak terlalu muda. Kecuali Ken Dedes seperti Dayang Sumbi yang tampak awet muda selalu.

Jarak antara kami sedikit demi sedikit terpangkas cepat. Mengikuti Sawitri yang berhenti dan membungkuk memberi hormat pada wanita entah siapa ini. Senyumku pudar karena melihat matanya yang memincing ke arahku.

Aku mulai paham situasinya, membungkukkan badan sekali lagi padanya "Hamba pelayan baru, Gusti"

Melanjutkan langkah memasuki pendopo dan tentu dengan mengabaikan kami berdua. Nasib ... nasib ... sepertinya stok kesabaranku semakin hari semakin menipis.

Saat dia dan para pelayannya mulai masuk pendopo, aku mengerling pada Sawitri, lalu berbisik pelan "Siapa dia ?"

"Namanya Kanjeng Praya Ayu Nan Triacandra, beliau itu putri dari narapati dengan kata lain ayahnya yang adalah patih memiliki kedudukan tinggi di istana, Rengganis" Menghela napas pelan dia melanjutkan "Ingat, jangan buat masalah dengannya. Kau bisa celaka " Ucapnya sambil mempraktekan gerakan jari memotong leher

"Kau pikir aku pembuat masalah ? Enak saja" Mendengus mendengar jawaban Sawitri

"Tetapi kenyataannya, kau memang pembuat masalah, Rengganis !"

"Aaishhh ... harap kau ingat, bagaimanapun aku ini lebih tua darimu"

"Tapi kelakuanmu lebih kekanakan dari pada aku" Balas Sawitri telak dan aku hanya bisa nyengir karena apa yang dikatakannya benar.

Memasuki pendopo dari arah samping lalu mulai menyusun makanan di meja secepat mungkin. Tentu setelah semua makanan dicicipi oleh Nyi Ratri, walau sang pencicip langsung kembali ke pendopo, karena ada masalah di sana tadi. Sawitri menaruh satu piring lagi di meja. Pasti untuk puteri patih kerajaan tadi.

Nampaknya akan semakin banyak orang yang tidak menyukaiku di sini. Katanya Tuhan tidak akan memberikan cobaan di luas batas kemampuan hamba- Nya. Sepertinya Tuhan terlalu memandang lebih pada kemampuanku, padahal aku merasa tidak percaya diri untuk menyelesaikan cobaan itu. Jika bisa aku pasti sudah melambai - lambaikan tangan ke kamera tanda menyerah.

"Sudah selesai ?" Suara berat terdengar dekat sekali denganku, aku menegakkan tubuhku seketika karena posisiku tadi sedikit membungkuk di atas meja guna membersihkan pinggiran piring. Ingat Pangeran Anusapati tidak mentolerir kesalahan apalagi kejorokan.

SINGASARI, I'm Coming! (END)Where stories live. Discover now