8. Jealous

29.3K 1.8K 17
                                    

SELAMAT MENIKMATI LOVE BUT PRESTIGE VERSI BARU ✨

MARI RAMAIKAN DENGAN VOTE DAN KOMENTAR KALIAN✨

MARI RAMAIKAN DENGAN VOTE DAN KOMENTAR KALIAN✨

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••••

Kring!!!

Bel istirahat berbunyi nyaring membuat seluruh murid di Ocean Senior High School berlari menuju kantin guna mengisi perut kosong mereka. Begitupun dengan Ella, dia dengan penuh semangat berjalan menuju kantin karena semalam Ellard memberi tahunya jikalau handphonenya yang rusak sudah bisa digunakan lagi. Entah bagaimana cara Ellard memperbaikinya, tapi yang pasti rasa senang sedang menyelimuti hatinya.

Sesampainya di sana, gadis itu melihat kesana-kemari mencari keberadaan Ellard. Dan tak lama setelah itu, dia melihat Ellard dan teman-temannya sedang duduk manis di kursi pojok kanan kantin. Seperti biasa, Ella akan membeli nasi goreng kesukaan Ellard terlebih dulu sebelum menghampiri pria itu.

"El," panggilnya pelan dengan kedua tangan dipenuhi makanan. Tangan kanannya sedang membawa nasi goreng milik Ellard, sementara tangan kirinya tengah menenteng kotak bekal yang akan dia makan di taman belakang sekolah nanti.

"Duduk."

Dahi Ella mengernyit bingung, pasalnya di meja itu hanya terdapat 5 kursi saja. Dan 5 kursi tersebut sudah ada penghuninya masing-masing. "Duduk dimana?"

Ellard menendang pelan kaki kursi yang diduduki oleh Steven membuat pria yang sedang menyeruput kuah baksonya tersebut langsung menoleh menatap Ellard dengan tatapan bingung. Meskipun Ellard tidak bersuara tetapi dari tatapannya saja Steven paham jika dirinya-lah yang harus pindah dan membiarkan kursinya diduduki oleh Ella.

"Masa gue harus pindah, sih? Gue udah nyaman ini, udah di posisi wenak," keluhnya, dia menolak untuk pindah karena jika dia melakukan itu maka Steven harus mencari kursi lain. Sementara kondisi kantin sedang dalam keadaan ramai dan hampir seluruh kursi sudah ada yang mendudukinya.

"Lo nggak mau?" Tanya Ellard dengan tatapan tajamnya.

Melihat tatapan mengerikan itu Steven langsung berdiri tegak. "Iya-iya gue pindah. Nih Caluella lo duduk di sini, baek-baek lo," Steven lebih memilih kerepotan mencari kursi dari pada harus membiarkan wajah tampannya menjadi korban.

"Duduk Ella!" Perintah Ellard.

"Iya El," sahut Ella seraya menduduki kursi yang sudah ditinggal tuannya.

"Ponsel lo," Ellard memberikan ponsel Ella yang dibanting olehnya beberapa hari lalu.

Tanpa bisa dicegah, Ella tersenyum manis dengan semburat merah di pipinya membuat dirinya terlihat sangat cantik. "Makasih, El," ucapnya.

Melihat senyuman gadisnya membuat jantung Ellard berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia menyukai sensasi ketika jantungnya berdetak kencang hanya dengan melihat Ella. Tanpa sadar senyum yang Ella perlihatkan padanya membuat dirinya ikut tersenyum.

"Kalau gitu aku mau ke taman belakang dulu," pamit Ella dengan senyumnya yang tak luntur.

"Mau ngapain?"

"Mau makan."

"Makan disini!" Perintah Ellard mutlak.

"Tapi, El –"

"Nggak perlu ke taman belakang, lo juga murid di sekolah ini. Jadi nggak ada salahnya lo makan di sini," tutur Ellard menjelaskan. Dia tahu gadisnya selalu menyendiri dan memilih untuk memakan bekalnya seorang diri. Tapi mulai sekarang tak akan Ellard biarkan, dia akan selalu menemani Ella agar gadisnya tak merasa terasingkan.

Ella pun megangguk pelan, tak ada gunanya membantah Ellard. Lagi pula ucapan Ellard juga ada benarnya, dia berhak makan di kantin sekolah ini. Ella mulai membuka kotak bekalnya lalu menyantapnya dengan hikmat.

Elusan pelan Ellard berikan pada surai hitam gadisnya. "Makan yang banyak," ucapnya yang langsung mendapat anggukan kepala dari Ella.

Setelah itu, tak ada lagi percakapan diantara mereka. Mereka fokus dengan makanannya masing-masing. Sampai akhirnya, mereka menghentikan kegiatannya saat melihat Steven datang dengan menggeret kursi. Hal itu berlaku untuk sementara, mereka lebih memilih untuk kembali fokus pada makanannya.

Lain halnya dengan mereka, Ella justru terdiam menatap Steven dengan tatapan bersalah, karena dirinya Steven harus kesusahan seperti ini. "Steven," panggilnya pelan.

Mendengar panggilan itu, Steven membalas tatapan Ella. "Kenapa?"

"Aku cuma mau minta maaf, gara-gara aku kamu harus pindah tempat duduk dan kerepotan cari kursi," tutur Ella dengan wajah bersalahnya yang justru membuatnya terlihat menggemaskan.

"Gapapa kok. Santai aja kali nggak usah merasa bersalah gitu," sahut Steven seraya tersenyum menenangkan.

"Tapi kamu jadi kesusahan."

"Nggak, kok. Cari kursi doang mah gampang, lebih sulit nyari dia yang mau sama gue," ujar Steven jenaka, dia hanya ingin menghilangkan suasana canggung yang ada. Entah kenapa dirinya merasakan aura menakutkan tengah menghantamnya.

Ella turut tersenyum dibuatnya, dia tidak menyadari adanya kilatan amarah dari orang di sebelahnya. "Terima kasih, Steven."

"Sama-sa –"

Brak!!!

Jawaban yang akan Steven berikan terhenti begitu saja saat Ellard menggebrak meja dengan kuat. Pria itu terlihat menyeramkan dengan kedua tangan yang terkepal erat. Steven menelan ludah gugup, sial sepertinya dirinya sudah membuat kesalahan.

Ellard memberikan tatapan membunuh kepada Steven. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia membawa gadisnya pergi dari sana.

Steven lemas di tempat, tatapan membunuh yang Ellard layangkan seolah menarik napasnya hingga membuatnya sesak bukan kepalang. "Mampus gue," gumamnya.

"Rasain lo! Lagian lo ngapain sih pakek natap Caluella lama banget. Senyum-senyum segala lagi. Udah tahu Ellard benci liat Caluella senyum sama cowok lain," ucap Arga yang tidak habis pikir dengan kelakuan Steven.

"Gue nggak sadar, senyum Caluella manis banget bikin gue terpesona," sahut Steven.

"Terpesona~~~ Steven terpesona~~~," Noah menyanyikan sedikit lagu yang sedang trend saat ini.

"Diem lo, anjing!" Sentak Steven kesal.

"Lah kok ngamok," balas Noah santai.

"Saking terpesonanya lo sampai nggak sadar kalo di sebelahnya ada pawangnya," tutur Arga menyahut.

"Persiapin diri lo," timpal Noah sembari menepuk-nepuk pundak Steven untuk sedikit memberi dukungan kepada sahabatnya. Sepertinya sebentar lagi Steven akan mendapatkan sedikit musibah.

Arga, Noah, dan Niko menatap Steven dengan tatapan khawatir. Bagaimanapun juga Steven tetaplah sahabat mereka dari kecil. Tapi mereka tidak bisa menentang Ellard, itu sama saja dengan menyerahkan nyawa. Mereka tahu betul dengan sifat Ellard yang tidak pernah pandang bulu. Entah itu teman, sahabat, maupun keluarganya sekalipun jika mengusik Ellard maka bisa dipastikan akan mendapat pelajaran yang sangat menyakitkan.


To be continued:)

see u❤️

LOVE BUT PRESTIGE [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now