Bagian dua puluh lima

25.3K 1.6K 21
                                    

Halo!

Vote sebelum membaca!!!
.
.
.
.
.

Happy reading❤

•••••


Ellard memandangi wajah damai Ella dengan tatapan sendunya. Baru beberapa hari dirinya meninggalkan gadisnya dan Ella berakhir tak sadarkan diri seperti sekarang. Ini semua salahnya, harusnya Ellard membunuh Jesica waktu itu. Waktu dimana Jesica menggodanya, dia adalah teman SMP-nya yang begitu terobsesi kepadanya. Waktu itu, Jesica selalu mendekatinya dan mengatakan kepada semua orang bahwa dia adalah kekasihnya. Bahkan, Jesica tak segan-segan untuk memeluk dirinya didepan semua orang.

Ellard tidak suka ketika ada yang menggangu ketenangannya, apalagi sampai menyentuh dirinya. Dia hanya menampar Jesica sekali dan setelah itu dia menyuruh Daddy-nya untuk menjauhkan Jesica darinya. Ellard kira Jesica akan berhenti sampai disitu. Tapi ternyata tidak. Puncaknya adalah kemarin. Hari dimana Jesica menyakiti miliknya dan hari itu juga Jesica mengembuskan napas terakhirnya. Tidak ada hukuman yang lebih ringan jika menyakiti Ella-nya. Siapapun yang menyakiti Ella, maka kematian yang akan didapatkannya.

Tanpa sadar Ellard mengepalkan kedua tangannya. Melihat Ella terbaring tak berdaya dengan perban di kepalanya, membuat Ellard kembali dipenuhi amarah. Tapi amarah itu tak berselang lama, ketika melihat gadis dihadapannya membuka kedua matanya dengan perlahan.

"Hey." Ellard berdiri dari duduknya. Mendekatkan diri kepada Ella, kemudian mengelus pipinya dengan lembut.

Ella tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia hanya menatap Ellard dengan tatapan nanar. Entah kenapa, Ella merasakan kelegaan yang luar biasa melihat Ellard dihadapannya. Dia merasa seperti memiliki pelindung, karena memang selama ini Ellard selalu peduli kepadanya, melindunginya dari semua perundung di sekolah. Meskipun Ellard sering memarahi dan menyuruh-nyuruhnya, tapi Ellard memiliki cara tersendiri untuk memperlakukan Ella dengan baik.

Melihat Ella yang menangis sontak membuat Ellard panik. "Kenapa? Mana yang sakit? Bilang sama gue, atau mau gue panggilin dokter?" Tanyanya beruntun. Ellard akan beranjak tapi Ella lebih dulu memegang tangannya.

"El." Ujar Ella dengan parau.

Ellard menatap Ella dengan tatapan khawatirnya. "Kenapa, hm?" Tanya Ellard dengan lembut.

Sambil menangis Ella menjawab. "Aku takut. Aku nggak mau ketemu sama mereka lagi. Mereka jahat." Adunya, menatap Ellard dengan tatapan ketakutannya.

Ellard mengepalkan tangannya dengan kuat hingga kuku jarinya memutih. Tapi dia harus menahan emosinya, dia tidak ingin membuat Ella kembali takut kepadanya. Setelahnya dia menarik Ella kedalam pelukan hangatnya dengan hati-hati.

"Lo nggak akan pernah ketemu lagi sama mereka." Kata Ellard meyakinkan. "Karena mereka udah di neraka." Sambung Ellard dalam hatinya.

Ella masih menangis menumpahkan segala ketakutan yang dia rasakan. Meskipun dia sedikit lega mendengar perkataan Ellard tadi yang mengatakan bahwa dia tidak akan bertemu lagi dengan mereka.

Ellard dengan penuh kasih sayang memeluk Ella dengan erat tapi tidak sampai menyakitinya. Dia membiarkan Ella menangis sesukanya. Mau berjam-jam sekalipun tidak masalah baginya, asalkan itu membuat Ella tenang. Dia mengelus punggung gadisnya dengan lembut, berharap dapat sedikit menghilangkan ketakutan Ella.

Setengah jam kemudian, Ella berhenti menangis. Dia hanya sedikit sesegukan saja. Rasa takutnya cukup terobati oleh pelukan yang Ellard berikan. Dokter tadi sudah memeriksanya, katanya tidak ada luka dalam dan hanya menunggu masa pemulihan saja. Dia sedang disuapi oleh Ellard. Awalnya Ella menolak, dia masih bisa makan sendiri. Tapi Ellard tidak memperdulikan protesnya. Menyebalkan.

LOVE BUT PRESTIGE [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang