Hidup dan Penjara

335 98 7
                                    

Saya heran dengan laki-laki ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saya heran dengan laki-laki ini. Membaca riwayatnya, ternyata dia telah delapan kali ditahan, atas kasus yang bermacam-macam, dan lama kurungan yang juga bervariasi. Dua kali mencuri motor, dua kali mengedarkan narkotika, satu kali membacok orang, satu kali menyelundupkan satwa langka, dan dua kali menyebarkan hoaks. Kasus kesembilan, yang membawanya duduk di meja interogasi menghadap saya siang ini, membuat saya sakit kepala.

Memang, saya termasuk junior di jajaran kepolisian sini, tetapi bukannya tak berkompeten. Saya bahkan sudah berkonsultasi dengan seorang senior terkait kasus ini, tetapi senior itu malah berkata dengan nada serius, "Selesaikan masalah tanpa masalah."

Serius, apakah pegadaian lahir sebelum terbentuknya kepolisian?

"Aku memang pergi ke Pegadaian, Pak, malam itu," ungkapnya usai saya ajukan pertanyaan. Saya sebetulnya risi dipanggil Pak, sebab kalau dilihat-lihat laki-laki ini seumuran kakek saya.

"Lalu, sepulang dari sana, kenapa Anda malah datang ke sini? Pukul 20.21, rekaman kamera keamanan menunjukkan dengan jelas posisi Anda, memanjat tembok pembatas di sisi yang tertinggi namun tanpa kawat berduri, menerobos masuk melalui sayap kiri rutan."

"Betul, Pak. Di Pegadaian, aku hendak menjual tusuk konde mendiang istriku, tapi harga yang ditawarkan terlalu rendah, padahal ini barang antik peninggalan Majapahit. Jadi, karena kebetulan LP Cipisang berada tak jauh dari Pegadaian, ya aku ke sana saja. Ke sini, maksudku."

"Kalau begitu, kenapa Anda memanjat tembok? Bukannya di depan ada pintu yang masih terbuka lebar untuk melayani masyarakat?"

"Aku memang mau masuk penjara, Pak."

"Maksud Anda?"

Laki-laki ini terdiam. Kepala ditundukkan. Tangan sibuk menimbang-nimbang tusuk konde. Terbatuk. "Aku kepengin bebas, Pak."

Kipas angin di langit-langit berputar berderak-derak. Setelah saya turut terdiam cukup lama, mata saya mendadak silau oleh matahari di luar. Terlepas dari kesan angkuhnya, jarang-jarang kantor polisi ini terasa sedemikian nyaman.

"Pak?"

"Ya?"

"Boleh tidak aku ditahan sekarang? Gubukku kebakaran, Pak. Penjara saja aku seumur hidup. Toh aku sudah tak punya siapa-siapa lagi."

Bangsaku & Bank Saku {Wattys Award Winner}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang