Ke(me)nangan

3.6K 581 32
                                    

Rengsa optimis lulus. Progres latihannya terbilang bagus. Menjadi karyawan Mami Loba bakal menjauhkannya dari penghasilan yang tandus. Semoga ujian masuknya ini berjalan mulus.

Tas kulit merah. Blus berpotongan V rendah. Jeans berdesain wah. Heels mewah. Arloji jutaan rupiah. Menyandang itu semua Rengsa melangkah. Menuju stasiun kereta api di pagi yang cerah.

Rengsa duduk di bangku tunggu. Tepatnya tiga bangku yang berderet menyatu. Di bangku yang kanan ia menunggu. Di bangku yang tengah tergolek ransel abu-abu. Di bangku yang kiri duduk pemuda berkaus biru. Ransel abu-abu itu pasti punyanya pemuda berkaus biru. Lengan si pemuda membentang di situ.

Sontak Rengsa cemas bukan kepalang. Duduknya tak lagi tenang. Ke mana-mana ia memandang. Penumpang yang berimpitan menjejali kereta yang datang. Penumpang yang terkantuk-kantuk menantikan kereta berikutnya datang. Penumpang yang cuma sibuk lalu-lalang. Rengsa terus mengembarakan pandang. Kekalutannya nyalang.

Pemuda berkaus biru mendadak bersemangat. Dihampirinya Rengsa yang masih berkutat. Tak diawasinya ransel abu-abunya lekat-lekat.

Rengsa kerepotan menggali-gali ke dalam tas kulitnya. Pemuda berkaus biru tahu-tahu menghadapnya. Kaget Rengsa dibuatnya. Tergelincirlah tas itu dari tangannya. Berserakanlah kosmetik dan aksesori di kakinya.

Pemuda berkaus biru terbatuk-batuk. Diikutinya Rengsa yang membungkuk. Bantu mengumpulkan barang-barang hingga ke dalam tas kulit merah itu semua masuk. Tiba-tiba dirinya kikuk. Pada blus berpotongan V rendah milik Rengsa tatapannya terantuk.

Rengsa tersenyum. Awalnya dikulum. Lama-kelamaan merona ranum. Si pemuda menyerahkan tasnya dengan tatapan kagum. Yang Rengsa nilai sebagai mesum. Rengsa anehnya tetap tersenyum. Berterima kasih sembari maklum.

Rengsa bertolak dari lokasi. Ditinggalkannya si pemuda yang kini pucat pasi. Ujiannya ternyata tak setegang sidang skripsi.

Rengsa tiba di tempat Mami Loba sedari tadi memperhatikan. Rengsa berjingkrak-jingkrak kegirangan. Disetorkannya dompet curiannya penuh kemenangan. Mami Loba mengembalikan tak lama kemudian. Rengsa tak lulus ujian.

Barulah Rengsa sadari kesalahannya yang fatal. Ia tarik ritsleting benda mirip dompet itu dengan kesal. Huruf-huruf hijaiah menggagalkannya jadi pencopet profesional.

Bangsaku & Bank Saku {Wattys Award Winner}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang