Senja dan Televisi

266 59 5
                                    

Kapei tak punya apa-apa lagi untuk dibanggakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kapei tak punya apa-apa lagi untuk dibanggakan. Tua, miskin, pun tak lagi menarik dalam hal rupa. Tapi, yang menarik, Kapei tak bosan untuk tetap hidup. Di hari tuanya, tanpa keluarga, Kapei tinggal sendirian, tapi tak pernah merasa kesepian. Sebab, Kapei punya teman: sebuah TV tabung peninggalan zaman kolonial.

Herannya, tak seperti relasi manusia dan benda yang mana bila klop keduanya bakal betah bersama sepanjang waktu, Kapei dan TV tabungnya tak begitu. Kapei memperlakukan temannya itu ibarat pohon natal, difungsikan hanya saat tiba waktunya. Dari 24 jam jatah bernapas setiap hari, Kapei hanya butuh 5 menit untuk TV tabungnya, dan itu cukup. Dan betapa yang sebentar itu selalu dinanti-nantikannya, melebihi apapun.

Kapei bekerja di rumah produksi sinetron bermutu rendah tapi berprofit tinggi sebagai tukang gulung kabel. Tak masalah, pikirnya, lagian sudah tua mau mengharap pekerjaan apa memangnya. Dulu semasa muda, Kapei pernah berkantor di lembaga sensor pertelevisian, gajinya besar, tapi setelah 5 tahun di sana Kapei bosan, memutuskan keluar. Sejak saat itu, Kapei bekerja serabutan, macam-macam, dan justru lebih bahagia, hingga hari ini masih mampu makan berkat upah menggulung kabel tersebut. Pun Kapei bisa bertemu langsung dengan artis-artis sinetron, yang tentu menarik dalam hal rupa.

Sore ini, sepulang kerja, Kapei mandi, kemudian menghidangkan secangkir teh hangat untuk dirinya sendiri. Dari jendela rumah petak kecilnya, langit tampak megah kejinggaan, menuangkan sehampar melankolia di horizon yang merontokkan lelah dari punggung para pekerja. Kapei bersiap. Duduk di sudut favoritnya, Kapei menghitung mundur menit pada jam dinding. Di hadapannya, TV tabungnya seakan mengangguk.

Waktunya tiba. Kapei menyalakan TV tabungnya. Ah, ternyata belum mulai. Di layar masih menampilkan sinetron tempat Kapei bekerja. Tak apa, Kapei bisa menunggu sebentar. Ketika sinetron berakhir menerakan tulisan bersambung, barulah, Kapei duduk tegak. Ya, ini dia.

Kapei memandang takjub, mata berkaca-kaca, pada layar kaca yang menayangkan azan magrib, tayangan yang dinanti-nantikannya.

Bangsaku & Bank Saku {Wattys Award Winner}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang