Mengeluh dan Obatnya

326 57 12
                                    

"Dok?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dok?"

"Ya?"

"Boleh minta tisu?"

"Oh. Ini. Silakan."

"Terima kasih, Dok."

"Mbak jangan malu, ya. Kalau mau menangis, ya menangis saja. Kita kan sama-sama perempuan."

"Ya, Dok."

"Jadi, Mbak ini sakit hati, benar?"

"Benar."

"Penyebabnya?"

"Pacar, Dok."

"Ya?"

"Maksud saya, mantan pacar. Kami putus. Seminggu yang lalu. Begitulah."

"Karena Mbak masih sayang sama Masnya?"

"Bukan."

"Mungkin Masnya yang masih sayang sama Mbaknya?"

"Mungkin, sih, Dok. Tapi, saya rasa bukan itu masalahnya."

"Kalau begitu, apa, Mbak?"

"Hmm, bagaimana, ya. Saya sendiri pun bingung."

"Baiklah. Kita sebut saja penyebab Mbak sakit hati adalah putus cinta. Jadi, bisa kita mulai dari sana. Mbak mau menceritakan kejadian putus itu mungkin?"

"Ya."

"Mbak?"

"Oh, maaf."

"Tidak apa-apa, Mbak. Menangis saja."

"...."

"Untuk selanjutnya, sepertinya saya mesti menekankan perbedaan dua hal ini kepada Mbak."

"Apa itu, Dok?"

"Terhadap sakit hatinya Mbak, saya pikir Mbak harus bisa memisahkan antara: orang yang menyebabkan peristiwa putus itu terjadi, dan peristiwa putus itu sendiri. Dimengerti?"

"Paham, Dok."

"Sebetulnya saya hendak bertanya lebih lanjut soal itu, tapi Mbaknya belum siap, kan? Kira-kira di pertemuan berikutnya, apa Mbak sudah bisa menceritakannya?"

"Mudah-mudahan, Dok."

"Baiklah. Mbak ada keluhan fisik?"

"Sakit kepala, Dok."

"Itu saja?"

"Nyeri dada juga. Terus badan agak lemas. Pegal-pegal. Hmm, apalagi, ya? Oh, terkadang perut saya seperti dipelintir, Dok, ada bunyinya. Mungkin karena tiga hari ini saya tidak tidur."

"Mbak belum tidur selama itu?"

"Mengantuk pun saya tidak bisa, Dok."

"Apa Mbak ada riwayat penyakit jantung sebelumnya?"

"Tidak ada, Dok."

"Mbak mahasiswa, ya?"

"Semester akhir, Dok. Skripsi. Tenggat. Revisi. Sidang. Bangsat. Dosbing hantu. Teman kampret. Tunggakan kosan. Desakan ortu. Anak tetanggalah. Inilah. Itulah. Saya--"

"Mbak?"

"Oh."

"Ini obatnya."

"Terima kasih, Dok."

"...."

"Maaf, Dok, obat apa ini?"

"Uang, Mbak."

"Banyak sekali ini, Dok."

"Sekarang Mbak sudah mendingan?"

"Benar, Dok. Saya langsung merasa ringan."

"Uang memang obat paling mujarab, Mbak. Percayalah."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bangsaku & Bank Saku {Wattys Award Winner}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang