Bingkisan

13.4K 1.4K 144
                                    

Tak perlu jadi sesakti pawang hujan, hanya untuk menghadapi berbondong-bondongnya para caleg ke rumah papan saya ini.

Sebab, dengan sigap saya akan bukakan pintu, kesengsem, pura-pura menyimak mereka berkicau, mencomot bingkisan-bingkisan menarik dan/atau amplop-amplop ciamik yang disodorkan, lantas coba meyakinkan, "Pasti itu, Pak. Pasti. Ah, saya sudah tak sabar hendak ke bilik suara. Nomor berapa tadi, Pak?"

"Nomor tiga, Bu, Partai Rodentisida. Ingat, Bu, contreng nomor tiga, Partai Rodentisida. Tiga, Partai Rodentisida. Tiga, Partai Rodentisida."

Begitulah, satu dari sekian. Seceriwis iklan yang jago merangsang spontanitas tangan agar lekas mengerempengkan dompet.

Saya dan ibu rumah tangga lainnya di dusun ini—walau tak pintar-pintar amat—tidaklah goblok. Ditipu? Kami tak sungkan menipu balik. Sembako? Tampung. Duit? Kantongi. Kaus? Pakai, dan andaikan jelek: jadikan keset. Nama-nama, nomor-nomor, janji-janji? Lupakanlah. Menonton TV? Luangkanlah. Ke TPS? Kalau sempat dan hari tak hujan. Jika kebanyakan orang menyukai musim penghujan dan benci musim pemilu, kami sebaliknya.

"Nusan! Tara! Jangan berantem!" Saya lerai kedua putra saya yang bergelut berebut kursi plastik—yang uang untuk membelinya saya peroleh dari ketukan pintu bertuah beberapa tahun silam.

Sore ini, sewaktu menyapu teras sambil mengawasi Nusan dan Tara bermain, seorang tukang pos datang, menyerahkan kresek putih besar yang di luarnya tergambar sewujud angka yang diapit sepasang pria.

"Paket kiriman dari—"

"Saya ingat, Pak. Bapak-bapak di gambar ini pernah ke rumah. Belakangan sering nongol di TV. Partai Roden—apa begitu."

"Partai Rodentisida, Bu. Nah, kantong yang Ibu pegang tersebut adalah kiriman salah seorang kadernya, kebetulan di pilkada 2018 ini mencalonkan diri jadi cagub. Saya juga kebagian. Rasanya semua orang di kota ini dapat."

Saya intip isi kresek.

"Kelihatannya memang banyak, Bu. Tapi kalau diuangkan, paling sepuluh ribu-an. Coba lebih, seratuslah misalkan, saya pasti manfaatkan itu buat sewa pawang hujan."

"Hah?"

"Untuk menghadapi paket kiriman dari kota tetangga, Bu."

"Maksud Bapak?"

"Banjir kiriman."

Bangsaku & Bank Saku {Wattys Award Winner}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang