Beruang (Part 1)

237 53 6
                                    

Pada suatu hari, hiduplah seorang lelaki kaya dengan uang bergelimang di sekitarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada suatu hari, hiduplah seorang lelaki kaya dengan uang bergelimang di sekitarnya. Bajunya terbuat dari kumpulan uang, dijahit seumpama itu adalah kain perca. Uang-uang itu memang terbuat dari kertas atau logam, tetapi bukan kertas atau logam biasa, melainkan material fleksibel yang kukuh sehingga tidak mudah sobek, hancur, atau terbakar. Tidak hanya pakaiannya yang berkomposisi uang, rumahnya pun terbuat dari uang. Dinding kamarnya, dapur, toilet, perabotan, mobil, pintu, tong sampah; semuanya tersusun dari lembar atau logam uang yang diolah, dirakit, dibangun sedemikian rupa.

Uang, ada di mana-mana.

Ringkas kata, kehidupan lelaki kaya itu dapat dibilang sempurna. Tetangga sekitar rumahnya tak tahu pasti apa pekerjaannya, tetapi karena sikapnya begitu ramah, tak seorang pun mempermasalahkan dari mana lelaki kaya itu memperoleh seluruh barang yang serba-uang tersebut.

Pada suatu pagi seperti biasa, lelaki kaya itu terbangun dari tidur nyenyaknya seperti biasa, di kamarnya seperti biasa, dan waktu yang juga seperti biasa. Yang tidak biasa, tiba-tiba, disadarinya bahwa segalanya gelap.

Dalam hati, bertanya-tanyalah dia.

Apakah listrik padam?

Ah, tidak mungkin; aku kan selalu membayar tagihan listrik lima kali lipat dari yang seharusnya.

Inikah yang dinamakan kiamat?

Ah, tidak mungkin juga; aku kan masih mendengar kokok ayam, bumi tenang-tenang saja, dan alarm berteknologi tinggi penanda bencana milikku itu belum menyala.

Lantas, apa pula ini?

Kenapa semuanya hitam?!

Pelayan setianya berbisik di telinganya, "Tuan, Anda buta."

Sontak, lelaki kaya itu pun melolong-lolong di pagi buta.

Sang pelayan yang menenangkannya, sehabis menepuk-nepuk pundaknya, juga ikut melolong-lolong, kemudian buta.

Orang-orang di luar, yang mendengar lolongan itu, merangsek masuk, entah kenapa ikut pula melolong-lolong, kemudian buta.

Lolongan-lolongan di rumah lelaki kaya itu tak pelak memancing perhatian tetangga sekitar. Dilandasi kekhawatiran bahwa mungkin terjadi sesuatu yang buruk pada lelaki yang walau agak sombong tetapi dikenal sangat dermawan itu, para tetangga pun mendatangi rumahnya. Terpaksa menerobos masuk, sebab satpam-satpam yang menjaga rumah mewah tersebut turut melolong-lolong karena kebutaan.

Ketika para tetangga, yang jumlahnya puluhan, masuk ke dalam rumah, memandang kemegahan interior sambil melarikan tangan ke sana kemari menyentuh barang-barang yang mustahil terjangkau dompet mereka, dalam hitungan detik, mereka pun tiba-tiba melolong-lolong, kemudian buta.

Segera, buta dan melolong-lolongnya lelaki kaya itu membuat geger sepenjuru kota kecil tempatnya tinggal. Masyarakat yang penasaran mulai menyerbu rumah mewahnya, memandang dan menyentuh barang-barang di sekeliling, lantas dalam hitungan detik, semuanya melolong-lolong, kemudian buta.

Dalam hitungan jam, sudah ribuan orang yang melolong-lolong dan buta. Bahkan usai matahari terbenam, kota jadi lumpuh total gara-gara penduduknya semua melolong-lolong, kemudian buta.

(bersambung...)

Bangsaku & Bank Saku {Wattys Award Winner}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang