36. Kemarahan Lydia

6.1K 1K 78
                                    

Maaf jika banyak kesalahan dalam penulisan harap memberi tanda jika terdapat!

Lydia memasuki mansion Adalvino dengan anggun, setiap ia melangkah akan ada para pelayan yang membungkuk saat bertemu dengannya.

Lydia memasuki kamarnya.  "Cih apa yang mereka katakan, Karina dan anaknya itu sudah mati hangus terbakar saat kecelakaan mobil dua belas tahun lalu." sinis Lydia saat ia mengingat pembicaraan para teman sosialita nya.

Menaruh tasnya di meja dan melepaskan perhiasan-perhiasan yang ia pakai. Melangkah memasuki kamar mandi.

"Putraku lah yang seharusnya sedari dulu menjadi pewaris dan bukan anak kakak tiriku yang tersayang itu." ucap remeh Lydia merendamkan tubuhnya di dalam bathub yang terisi air.

"Nyonya, tuan sudah pulang, dan ingin bertemu dengan anda." ucap seorang pelayan dari balik pintu kamar mandi.

"Gernan pulang? Apa dia pulang cepat hari ini." Dengan cepat wanita itu memakai handuknya.

Dengan raut wajah bahagia Lydia menghampiri Gernan setelah memakai pakaian dan berias.

"Sayang kamu pulang sangat cepat hari ini." ucap Lydia saat telah sampai di ruang keluarga, terlihat Gernan duduk di sofa dan Lydia tidak menyadari orang lain yang duduk di sofa itu juga.

Gernan meminum kopi yang telah di buat oleh pelayan. Lydia memeluk sang suami.

"Lydia duduklah." titah Gernan dengan datar. Sedari dulu atau hingga kini tak ada perasaan cinta sedikitpun yang Gernan rasakan untuk Lydia.

Lydia melepaskan pelukannya lalu duduk di sofa sisi lain, namun tiba-tiba saja tatapannya terpaku pada anak laki-laki yang duduk di samping Gernan.

"Sayang siapa anak disamping mu itu?" tanya Lydia dengan lembut pada Gernan.

Gernan menatap Elenio lalu menatap Lydia. "Dia putraku."

Lydia membeku. "APA MAKSUDMU GERNAN? APA KAU SELINGKUH DARIKU?" teriak Lydia sembari berdiri dari duduknya.

"Aku tidak selingkuh." balas Gernan santai.

"Jika kau tak selingkuh lalu anak siapa dia?" tanya Lydia dengan jari menunjuk Elenio, dengan tajam Lydia menatap anak laki-laki itu.

Elenio menatap takut pada Gernan, dengan segera Gernan meremat lembut tangan putranya pertanda semua akan baik-baik saja.

Apakah ia istri ayah? batin Elenio bertanya.

The Back First LifeWhere stories live. Discover now