BAB 3| Anak Baru

24.3K 1.9K 103
                                    

Jam 8 pagi adalah waktu terik matahari yang bisa membuat siapapun meringis kepanasan.

Termasuk keenam siswa laki-laki berseragam tidak rapi yang saat ini berdiri di tengah lapang, mengambil posisi tangan di belakang tubuh seraya mendengarkan ocehan dari seorang guru pria di hadapan mereka. Keringat mengaliri pelipis mereka, membasahi seragam putih yang di kenakan.

"Atribut seragam kalian masih gak lengkap ini!"

Nasib, cuma telat lima detik lalu terpergok oleh Pak Dino mereka akhirnya mendapat hukuman berjemur di tengah lapang.

Sedangkan Alda yang menonton dari jendela kelasnya menoleh pada Rachel. "Kenapa lagi mereka?"

"Biasa, udah tau hari ini guru piketnya Pak Dino, jam pertama di kelas kita juga Pak Dino. Salah mereka pake telat segala." Jawab gadis berambut pirang coklat itu.

Alda menghela napas pelan. Tampak wajah Raksa mengernyit saat terik matahari semakin menyengat, namun ocehan guru BK mereka juga terdengar menggema, memarahi keenamnya seakan seribu kata tidak cukup untuk membuat mereka jera.

"MAU JADI ANAK BANGSA YANG GIMANA KALIAN INI!"

Raksa, Galuh, Arza, Divel, Banu dan Kenzo serempak meringis saat teriakan Pak Dino semakin menyeramkan. Guru botak itu melotot penuh marah menatap keenamnya dengan geram.

"UDAH KELAS 12 AJA MASIH BOLOS! MALU SAMA ADIK KELAS KALIAN! GAK BISA NGASIH CONTOH YANG BAIK!" Marah Pak Dino, ia meletakan tangan di pinggang lalu menghela napas kasar.

"Rusak generasi muda kalo ngatur waktu aja gak bisa." Ucap Pak Dino.

"Kamu Raksa!" Sentak Pak Dino. "Biang nya pasti kamu, kaya udah sakral aja ritual bolos kalian ini. Hobi hah?!"

"Enggak Pak." Jawab Raksa.

"Kalian ini sekolah buat jadi orang sukses! Bukan buat jadi pemalas! Masih banyak yang butuh ilmu tapi mereka gak punya kesempatan, kalian ini nih.. udah di kasih banyak waktu sama kesempatan kenapa gak di gunain sebaik mungkin?"

Mereka semua menunduk, ada sedikit perasaan menyesal saat mendengar teriakan Pak Dino barusan, namun hal itu sirna saat Galuh menyaut.

"Astagfirullah udah Pak, itu rambut bapak baru tumbuh kalo kebanyakan marah nanti ilang lagi." Celetuk Galuh dengan kurang ajarnya.

Tentu saja wajah Pak Dino semakin merah padam. "KAMU JUGA GALUH! BARU AJA SEKOLAH SETAHUN DI SINI UDAH JADI BERANDALAN KELAS KAKAP! MAU JADI APA NANTI HAH!"

Galuh tersenyum. "Si bapak nanya ke saya, yang jelas saya mau jadi pencopet pak." Dia menaik turunkan alisnya. "Pencopet hati bapak, kiw!"

Sontak semuanya menunduk melipat bibir kuat-kuat karena menahan tawa. Sejak awal memang hanya Galuh yang berani menanggapi Pak Dino sesantai ini.

"INDONESIA ITU BUTUH PEMUDA YANG BERPRESTASI! BUKAN MACAM KAMU YANG KAYA TAIK!"

"HAHAHAHA!" Gelak tawa dari Kenzo spontan keluar. Cepat-cepat Banu segera menutup mulut temannya.

"Da Kenzo Andrana! Saya sedang marah!"

"Ampun pak ampun."

Sedangkan guru BK mereka mengusap wajahnya merasa frustasi.

"Sudah-sudah, kalian mending masuk kelas. Jam pertama hari ini kelas saya, awas aja kalo kalian mabal lagi." Peringat Pak Dino lalu pergi membuat keenamnya bernapas lega.

***

Keadaan kelas cukup riuh apalagi setelah kedatangan Raksa dan teman-temannya yang baru saja di hukum selama 15 menit. Mereka saling berebut tempat untuk mendinginkan diri di dekat AC.

ARUNIKA [END]Where stories live. Discover now