BAB 52| Kecewa

16K 1.5K 140
                                    

Detak jantung Alda berpacu dua kali lebih cepat. Rasa cemas dan takut mulai menyerbu seluruh benaknya. Hatinya merapalkan doa berkali-kali, berharap semoga apa yang dia takutkan tidak terjadi, semoga Tuhan tidak lagi mengambil orang tersayangnya untuk yang kedua kali.

Langkah gadis itu berhenti di tengah-tengah lorong UGD, napasnya tersenggal karena berlari dari kafetaria di seberang rumah sakit. Ia menatap inti Dargez yang kini diam dengan kepala tertunduk di depan ruang penerima pasien Unit Gawat Darurat itu.

"Raksa mana?" Tanya dengan nada yang bergetar.

Galuh, Arza, Divel, Giana, Banu, Kenzo bahkan Raffa tidak menjawab pertanyaannya, mereka diam masih setia menunduk.

"Raksa mana?" Ulang Alda mendekati Galuh.

Galuh menunduk tidak berani menatap Alda. Laki-laki itu menggeleng pelan.

Rasanya jantung Alda mencelos saat melihat gelengan pasrah dari Galuh. Matanya memanas, kabut bening mulai menyelimuti netra cantik itu. Dengan tangan yang bergetar Alda menarik seragam Galuh. "Jawab yang bener, Gal."

Getir.

Dinding rumah sakit yang katanya selalu gagal mengabulkan doa tulus dari mereka ternyata benar. Tidak peduli seberapa kuat mereka meneriakkan doa, jika Tuhan sudah berkehendak manusia tidak akan bisa berbuat apapun lagi.

"Gal.." suara gadis itu serak nyaris hilang.

Galuh mengusap kedua pundak Alda. "Gue juga takut, Al." Bisiknya. "Gue takut kita terlambat kaya dulu."

"Gue tanya Raksa selamat, kan?! Jawab!"

Giana bangkit dan mengusap pundak Alda. "Ssttt.. Raksa lagi di tanganin di dalam, cuma luka ringan, lo tenang aja."

Alda menghembuskan napas lega. Lututnya bahkan sudah terasa lemas, jika saja Giana tidak menuntunya agar duduk sekarang mungkin Alda akan bersimpuh.

"Raksa gak boleh ninggalin kita, Gi."

Giana mengangguk. "Ketua kita hebat, dia gak akan pergi gitu aja. Lo percaya kan?"

Alda mengangguk.

"Wali atas nama pasien Raksa Kanagara apakah ada?"

Mereka menatap ke arah pintu dimana seorang dokter datang. Semuanya kompak berdiri tegak.

"Kami teman pasien dok."

"Orang tuanya?"

"Dia putra Zeral Group. Saya saudaranya." Jawab Raffa.

Sang dokter langsung memahami jawaban Raffa melihat wajah Raffa dan Raksa yang benar-benar mirip. "Baiklah saya jelaskan sedikit. Pasien hanya mengalami luka ringan, dia hanya perlu perawatan selama satu malam, setelah itu dia bisa pulang."

Semuanya bernafas lega.

"Makasih banyak, Dok."

Dokter itu pun mengangguk. "Kami akan segera memindahkan pasien ke ruang rawat."

***

"Al, lo gak masuk?"

Alda mendongakkan kepalanya menatap Galuh yang baru saja keluar dari dalam ruang rawat Raksa.

Gadis itu menggeleng.

"Lebih baik lo masuk, seenggaknya Raksa harus tau lo khawatir sama dia." Ucap Galuh.

Selang beberapa waktu Arza, Giana, Divel, Banu, Kenzo beserta Raffa pun keluar. Mereka menatap Alda yang masih setia diam di hadapan ruang rawat. Sepertinya gadis itu tidak berani masuk untuk menemui Raksa.

ARUNIKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang