BAB 18| Cantik dan Tulus

15.4K 1.5K 240
                                    

Semesta pun belum memahami cara sembuh dari sebuah luka yang merangkap menjadi obat.

***

Setelah bel pulang berbunyi Alda buru-buru membereskan alat belajarnya ke dalam tas. Gadis itu kemudian bangkit seraya menyampirkan tasnya pada bahu.

"Mau kemana Al? Buru-buru banget."

Murid IPA 3 yang lain juga mulai meninggalkan kelas satu per satu, yang tersisa sekarang adalah mereka berdua.

Alda menatap Rachel. "Gua mau nyari Raksa."

Rachel menghela napasnya, bahkan setelah perkataan Raksa yang terdengar menyakitkan tadi pagi tidak membuat kepedulian Alda berkurang pada cowok itu. Rachel jadi penasaran hati Alda terbuat dari apa, jika dia yang di posisinya sudah pasti amarahnya akan meluap sedari tadi.

"Lo gak nyerah Al?" Tanya Rachel.

Alda tersenyum. "Raksa aslinya gak gitu,"

Ia menatap buku tulis Raksa yang sudah di isi dengan tulisannya sendiri. Alda sengaja merangkum materi Fisika hari ini di buku cowok itu karena Raksa di hukum seharian. Setidaknya ia bisa membatu Raksa dan bisa menebus rasa bersalahnya karena kejadian kemarin.

"Gua kenal dia dari lama, gua tau dia, Chel." Ujar gadis itu, lalu mengangkat senyumnya seakan tidak terjadi apa-apa. "Gua duluan Chel, mau ngasih buku ini ke dia."

"Hati-hati, kalo ada perlu hubungin gua aja." Balas Rachel.

"Bai!" ujar Alda seraya pergi meninggalkan Rachel yang hanya menatap kepergiannya dengan tatapan sendu. Andai ia bisa mengatakan semua hal yang dirinya sembunyikan saat ini kepada Alda, andai gadis itu tahu, apakah semuanya akan kembali pada keadaan semula?

"Bahkan di saat hati lo hancur, lo masih senyum, Al." Gumam Rachel.

***

Gerbang sekolah sudah terbuka lebar. Jemputan siswa serta kendaraan pribadi yang di pakai anak-anak Padja Utama mulai berhamburan dari area parkiran. Alda yang saat ini berjalan menuju gerbang menghentikan langkahnya saat sebuah motor tiba-tiba menghadangnya. Ia mengenyit merasa familiar dengan motor itu.

Gevariel membuka kaca helmnya menatap gadis itu. "Mau pulang bareng?"

Loh? Bukannya seharian penuh cowok ini tidak ada di kelas? Kenapa bisa ada di sini?

"Gak usah." Ketus Alda.

Gevariel melepas helmnya seraya menatap Alda heran. "Lo masih marah gara-gara kemarin?"

Gadis itu masih diam dengan tatapan yang mengarah ke objek lain. Asal bukan Gevariel yang ia tatap, rasa kesal masih menyelimutinya. Selain itu, sifat Gevariel memang mirip dengan Gibran, cara menatap serta cara bicara hingga nada suara Gevariel selalu mengingatkan Alda pada Gibran. Rindu pada kakaknya malah semakin menumpuk jika bertemu dengan cowok itu, tapi tidak ada hal yang bisa ia lakukan.

"Lo marah ke gua? Karena gara-gara gua lo malah liat kejadian itu?" Tanya Gevariel lagi.

Alda mendelik malas. "Jangan ikut campur lagi sama urusan gua. Mending lo pergi." Sarkasnya dan segera melangkah menjauh dari sana.

Gevariel hanya diam. Salah satu kebiasaanya adalah tidak mengejar. Cowok itu cenderung memilih menerima permintaan di bandingkan harus memohon pada orang yang tidak membutuhkannya.

"Queen of Dargez."

***

"MANG EBOOOY! PESENAN GUA KAGAK SELESAI MULU MANG! NI PERUT UDAH DANGDUTAN!"

Suara Galuh memenuhi Wabyo, ia sejak tadi sudah tidak sabar menunggu pesanannya datang, di tambah aksi jahil Kenzo yang sengaja memakan pesanannya lebih dulu dengan ekspresi menggiurkan membuat Galuh ingin melempar sendal saja rasanya.

ARUNIKA [END]Where stories live. Discover now