BAB 9| Kita di Kantin

19.1K 1.7K 83
                                    

"Darimana lo tau gua di rooftop?" Tanya Raksa.

Mereka berjalan beriringan di koridor menuju kantin. Semua orang saat ini tengah sibuk melaksanakan kegiatan belajar. Tapi yang namanya Raksa, akan lebih aneh jika cowok itu tidak melanggar aturan.

"Semua temen kamu di kelas, kamu doang yang gak ada, terus dia juga." Jawab Alda.

Raksa tersenyum, ia meletakan telapak tangannya di atas kepala gadis itu, lalu mengacaknya. "Cie udah pinter."

"Ish rambut aku berantakan!"

"Kalo mau bolos jangan berisik, nanti ketauan." Bisik Raksa lalu menggenggam tangan Alda dan berbelok ke kantin.

Keduanya berhasil sampai di sana, keadaan kantin sangat sepi, hanya ada mereka berdua. Meskipun Alda sedang melanggar aturan ia tetap merasa aman karena Raksa. Alda tidak pernah khawatir jika ada cowok itu di sampingnya. Raksa itu pelindung, keras dan tak mudah di usik.

"Yakin pak Dino gak patroli di sini?"

Raksa menarik kursi kantin dan duduk, cowok itu tersenyum. "Kalo ada kita lari."

Alda sontak membulatkan matanya. "Kamu gila ngajak aku lari? Kan kalo ketauan di hukum?"

"Yang narik gua terus ngajakin ke kantin siapa?" Tanya Raksa.

Gadis itu mencebik. "Iya deh, salah aku."

Cowok itu kemudian bangkit untuk memesan minuman. Alda hanya diam mengamatinya.

Raksa itu terkenal pintar di Padja Utama. Kata berandal juga selalu mengiringi setiap cerita yang Alda dengar dari orang-orang. Mereka bilang Raksa itu hampir sempurna, tidak ada celah dalam hidup cowok itu, masa depannya sudah terjamin karena dia berasal dari keluarga Alba, kepintarannya juga menjadi pendukung meskipun pelanggaran di sekolahnya lebih dominan. Tapi bagi Alda, Raksa hanya remaja biasa yang butuh di dengar, butuh sandaran.

Tak lama Raksa datang membawa satu gelas minuman berwarna biru dan satu kaleng minukan soda.

"Bubble gum." Ujar Raksa meletakan minumannya di hadapan Alda.

"Kamu kenapa suka soda?" Tanya Alsa seraya mengaduk minumannya.

"Buat menghargai Joseph Priestley." Jawab cowok itu simpel.

Alda tertawa singkat. "Oh yang nyiptain soda itu kan?"

Raksa mengangguk, lalu ia membuka penutup minuman itu hingga terdengar desisan kecil. Ia mengangkat dan meneguk minuman di tangannya.

Sedangkan Alda hanya bisa menatapnya dengan terkagum. Yang paling menonjol adalah pahatan wajah Raksa yang sempurna, hidung wancung, bentuk bibir dengan rasio yang pas, mata segelap obsidian serta alis tebal yang membuat tatapannya terlihat tajam. Apalagi kulit bersih cowok itu, sangat jelas mengatakan bahwa dia bukan berasal dari keturunan yang biasa-biasa saja. Dia adalah ketua Dargez yang paling terkenal di cerita orang-orang.

Dan istimewanya, Raksa adalah pacarnya. Entah yang ke berapa kali Alda jatuh cinta pada cowok di hadapannya ini.

"Udah terpesonanya?"

Alda hanya terkekeh, ia meringis merasa malu saat tidak bisa mengendalikan dirinya.

"Gua gak pernah ragu." Ucap Raksa membuat tatapan Alda kembali lagi.

"Ragu?"

"Iya, gak pernah ragu sama perasaan lo." Ujar Raksa, cowok itu meletakan kedua lengannya dengan telapak tangan yang menggantung di sisi meja. "Padahal gua tau suka sama gua itu sulit." Ujar Raksa lagi.

"Loving someone it easy and fun, if that person is the right person." Balas Alda.

"Right person?" Ulang Raksa.

ARUNIKA [END]Where stories live. Discover now