BAB 51| Mencari Alda

18.2K 1.6K 232
                                    

Warung Mang Eboy pada akhinya selalu menjadi tempat pangkalan kedelapan remaja itu setelah penat dengan materi-materi sekolah. Meski sebenarnya mereka tidak terlalu mementingkan pelajaran tetap saja berada di sekolah itu cukup menguras banyak energi. Di tempat itu mereka bisa berekspresi bebas tanpa khawatir konsekuensi. Sama-sama lelah, sama-sama kacau, dan sama-sama paham tanpa harus bicara satu sama lain.

Raksa masih merokok berusaha menepis pikirannya yang acak. Galuh sibuk merakit tali sepatunya karena di injak Kenzo, di sampingnya ada Giana yang tengah mencuci noda seragam dengan air keran. Sedangkan Arza dan Kenzo saling membagi makan sore mereka di satu piring yang sama. Divel yang menatap keduanya hanya menggelengkan kepala kala melihat mereka saling menyuapi makanan.

Lantas Divel duduk di samping Raffa yang kini sibuk membaca buku Fisika, memang Raffa dipaksa datang ke tempat ini oleh Raksa dengan alasan anggota Dargez harus hadir, padahal jelas di tempat itu hanya ada anggota inti saja.

"Ah!" Banu memetik seluruh senar gitarnya bersamaan hingga membuat semua orang terperanjat.
"Suntuk gue kalo gak ada Bu Negara di sini, gak ada yang bisa balesin gombalan gue." Kata Banu.

Galuh terkekeh. "Setuju bro."

"Kalo ada dia, disuapin nasi sebakul juga gue sanggup asal Alda yang nyuapin." Ucap Banu membuat kilatan mata Raksa langsung tertuju padanya.

"Serius bos! Gue juga rela gombalin Pak Dino asal Alda balik lagi ke sini!" Kata Banu sungguh-sungguh.

"Awas lo kemakan omongan sendiri, Nu."

"Serius gue Za, demi Bu Negara gue rela."

Galuh menepuk bahu Raksa. "Makanya cepet ajak balikan, keburu diembat sama musuh lo. Kalo diembat berabe nanti, bisa-bisa lo ngamuk ngehancurin markas."

Raksa mendengus. "Di ajak balikan juga ditolak mulu."

"Ngajak balikan cuma modal ngomong doang! Minimal effort! Alda ngejar lo aja sampe setahun lebih masa lo gak mampu ngajak dia balikan!" Seloroh Arza kemudian menyuapi kenzo segumpal nasi.

"Nwah iwya boh, kwubuwu dimbaw!" Tambah Kenzo.

"Abisin dulu nasi lo goblok."

Kenzo menunjuk mulutnya seraya melotot, jelas-jelas ini adalah ulah Arza karena menyuapinya makanan terlalu banyak.

"Oang wo ang nguahin!"

Arza mendesis dan menyumpalkan kerupuk dengan paksa kepada Kenzo hingga membuatnya terbatuk. Dia memaki dalam hati dan menendang kaki Arza karena kesal. Dasar teman laknat.

"Besok ada berapa orang yang datang?"

Mereka serempak menatap ke arah Raffa. Tahu dengan arah pembicaraan saudaranya yang membahas masalah ring tinju, Raksa pun bangkit seraya melempar-lempar kunci motor di tangannya ke udara.

"100 orang anggota. Termasuk lo."

Giana menepuk seragamnya yang setengah basah. "By the way, selain Darz dan Cargion yang hadir mungkin di sana akan ada banyak orang yang biasa taruhan buat ngedukung salah satu jagoannya. Tapi kalo ada yang gak terima sama kekalahan, tempat itu bisa ribut."

"Lo kemungkinan susah buat keluar dari sana, pastiin jadwal lo kosong." Tambah Divel.

Raffa menutup bukunya. "Besok lo harus ketemu Kakek dan pastiin wajah lo gak babak belur."

"Udah gue bilang resikonya akan berat di lo, Sa." Kata Galuh yang lagi-lagi memberi nasihat karena takut Raksa salah ambil langkah.

Namun Raksa tidak menjawab apapun lagi. Kanagara bermata elang itu malah menaiki motornya.

ARUNIKA [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu