BAB 22| Reana Rubi

18.6K 1.7K 321
                                    

Hari ini seantero Padja Utama gempar karena kedatangan murid baru lagi.

Nama Reana Rubi menjadi buah bibir siswa-siswi Padja Utama sejak pagi hingga siang ini, ia berhasil menggemparkan seisi sekolah lantaran datang bersama Raksa Kanagara, ketua geng Dargez yang memiliki kepopuleran terbesar di Padja Utama.

Banyak spekulasi yang mengatakan bahwa kabar putusnya Raksa dengan Alda memiliki hubungan dengan adanya Reana Rubi. Banyak juga yang bertanya-tanya apa yang akan terjadi dengan gadis baru itu. Bahkan berita kejadian satu tahun lalu dimana Dianara yang hanya menjadi pacar Raksa selama satu hari juga ikut muncul ke permukaan.

Apakah Reana hanya akan menjadi pelampiasan juga seperti Dianara?

"Gak ada yang kuat ngehadepin Raksa selain Alda."

"Cih.. gua yakin dia gak akan tahan lama di sini."

"Tapi Alda juga bareng Gevariel terus tau, gua liat mereka selalu bareng akhir-akhir ini. Tadi pagi aja ke sekolah bareng."

"Alda gak mungkin selingkuh. Harta keluarga Alba gak akan habis tujuh turunan. Ya masa bego nyia-nyian Raksa, udah dapet restu dari keluarga Alba juga kan?"

"Gevariel gak kalah tajir cuy, denger-denger ayahnya pemilik saham di PT Freeport."

"Wah gila. Gua jadi penasaran siapa yang selingkuh?"

Puluhan pertanyaan yang sama ada di benak mereka. Alda yang sudah biasa menjadi bahan gosip mulut tidak beretika itu hanya berusaha tuli, biar saja mereka menganggap apapun, yang penting hidupnya tidak di usik.

Alda dan Rachel duduk di salah satu kursi kantin. Sedangkan Raksa dan teman-temannnya ada di bangku pojok dekat dengan dinding kantin.

Tidak perlu melirik ke arah mereka Alda pun tahu bahwa Raksa ada di sana karena Banu dan Kenzo yang memang selalu menganggap kantin adalah rumah sendiri membuat meja mereka penuh dengan riuh candaan. Hanya ada tiga orang yang diam. Ketuanya, Divel dan terakhir Raffa. Sisanya masih dalam mode sinting-sintingan.

"Dari ujung koridor semua mata cecan liatnya ke lo doang, Sa." Kata Galuh. "Baru juga putus sehari."

"Ya gimana lagi, Gal. Nasib muka spek artis, mau diem di dalem got juga pasti kena sorot mulu. Beda sama gua." Ujar Banu.

"Kaya gua ya Nu, spek artis." Balas Galuh dengan percaya diri membuat mereka mendengus, bahkan ada yang sengaja melemparinya dengan bungkus kuaci.

Arza mengendus ke samping dimana Galuh duduk si sebelahnya. "Bau-baunya gak sedap nih Jo, kaya ada sepet-sepet orang belum mandi. Spek artis apa spek mistis?"

"Apa lo? Mau sekalian nyium ketek gua? Nih.. bau surga!" Kata Galuh mengangkat tangannya di balas geplakan kepala dari Arza.

"Bau, bangsat! Makanya mandi jangan seminggu sekali."

"Wangi gin di kata bau. Gua mandi tiap hari anjir, parfum abis sebotol." Kata Galuh. "Parfumnya Siska, mayan."

"Kagak modal." Cibir Arza.

"Pantes tuh cewek kemarin misuh-misuh di kelas gara-gara parfumnya ilang, ternyata lo Gal pelakunya? Wah harus ngadu nih gua." Ujar Banu menggeleng tidak menyangka.

"Lagian ada di meja gua. Itu namanya rezeki, manusia itu harus terus ikhtiar kalo nyari rezeki, Nu. Ikkkhhhtiarrr!" Galuh menekan nada qakqalahnya di tenggorokan.

"Manusia yang ini bego sama gobloknya emang murni." Cibir Arza menggeleng heran.

"Gak oplos-oplos ya, Gal? Alami sejak embrio begonya." Cibir Banu yang di pelototi oleh sang wakil.

ARUNIKA [END]Where stories live. Discover now