BAB 13| Pulang Sekolah

16.4K 1.6K 209
                                    

Kegiatan belajar di Padja Utama sudah selesai sejak 30 menit yang lalu. Koridor yang tadinya ramai perlahan mulai sepi. Area parkiran yang saat ini Alda pijaki juga mulai lenggang.

"Gua sama Raffa duluan ya Al." Ucap Rachel yang saat ini ada di boncengan Raffa.

Alda yang masih menunggu kedatangan Raksa dan teman-temannya mengangguk. Motor mereka kemudian melesat pergi meninggalkan area parkiran.

Tak lama suara saut-sautan dari inti Dargez mulai terdengar membuat Alda menoleh ke arah mereka.

"Ikan bandeng ikan kerapu
Yang ganteng cuma abang Banu!"

"Yeuuu ganteng dari mars!" Balas Galuh yang tidak terima.

"Lah lo gak liat tadi yang ngantri fotbar sama gua berapa orang?"

Mengabaikan perdebatan mereka Raksa segera menghampiri Alda. "Maaf lama."

"Bu bos bu bos! Hari ini pulangnya mau di boceng siapa nih?" Tawar Banu.

Ke limanya mulai menaiki motor mereka. Galuh yang masih bersender pada motornya terkekeh menyaksikan gombalan Banu kepada Alda.

"Motor gua baru di servis, mau ikut gak?" Tambah Galuh.

"Motor gua baru beli." Balas Raksa yang berhasil membuat Arza, Banu dan Kenzo tertawa saat itu juga.

Sepertinya Galuh salah sasaran.

Arza menepuk bahu sang wakil seakan menguatkan. "Tabah bro, lagian Alda nyari yang apa adanya bukan ada apanya."

"Lah gua juga apa adanya."

"Lo itu ada apanya Gal, makanya Alda takut." Ujar Banu membuat Galuh mengernyit.

"Apa tuh?"

"Setannya." Sambung Kenzo yang lantas membuat mereka terbahak.

"HAHAHAHA valid Jo!" Tawa Banu.

"Sialan, sini lo Jo."

Galuh segera meminting leher temannya itu. Lagi-lagi dirinya selalu menjadi bahan penistaan mereka. Title Wakil Ketua nyatanya tidak berpengaruh bagi inti Darz.

Alda hanya terkekeh melihat cara bercanda mereka yang terkadang absurd di luar batas. Ia menatap Raksa lagi. "Kamu hari ini mau ke bazar alun-alun gak?"

"Hari ini enggak, gua ada kumpulan di markas. Gak papa kan?"

Alda menganggu. "Tapi beneran kumpulan? Gak macem-macem kan?"

"Enggak sayang. Jadi pulang gak?" Tanya Raksa. Melihat hari yang sudah sore membuat Alda pun akhirnya mengangguk lagi.

"Jo gua juga mau dah bisa ayang-ayangan sama cewek gua."

Arza mendengus mendengar keluhan Banu, ia mengurungkan niatnya saat hendak memakai helm. "Tadi bilangnya yang ngantri fotbar banyak, tapi punya cewek aja gak bisa."

"Fotbar elit, punya pacar sulit." Tambah Divel.

Jleb

Banu memelaskan wajahnya menatap Arza dan Divel. Memang dua orang ini, sekali ngomong bisa langsung nembus hati. "Tega kamu mas!"

Raksa menarik sudut bibirnya seraya memasangkan helmnya kepada Alda.

"Kelamaan jomblo lo jadi kagak waras Nu."

"Minum susu rasa semangka. Friendzone mulu jadian kagak!" Sindir Banu.

Arza sontak menatapnya sinis. "Minum susu rasa semangka.
Tebar pesona mulu dapet cewek kagak!" Kesal Arza yang sukses membuat semuanya terbahak.

Raksa hanya membiarkan mereka terus bercanda, ia senang saat mendengar Alda tertawa lepas seperti ini. Meskipun di hati kecil mereka, tetap akan ada satu orang yang selalu di rindukan keberadaanya, bahkan candaannya.

Karena koridor, parkiran, serta suasana sore hari telah menjadi saksi bisu tentang bahagianya mereka saat itu.

"Naik."

Perlahan Alda naik dan duduk di boncengan Raksa. Ia mengulurkan tangannya seraya memeluk pinggang cowok itu.

Motor mereka mulai beriringan keluar dari area sekolah. Seperti biasa, sepanjang perjalanan candaan Galuh, Arza, Banu dan Kenzo tak ada habisnya. Bahkan saat di lampu merah saja mereka sibuk menggombali banci perempatan.

"Kiw!" Ujar Banu jahil.

Pria dengan pakaian khas perempuan yang saat ini berdiri di zebra cross menoleh kepada mereka. Ia berjalan gemulai dengan tangan berliuk-liuk mendekati Galuh membuat cowok itu melotot.

"Aduh si abang, nunggu lampu merah lama ya bang?" Waria itu meletakan tangannya di bahu Galuh. "Namaku Jaelani, nama panjangnya, Jaelani aja dulu siapa tau kita jodoh, pasti kamu salting deeeh.."

Kekehan dari anak-anak Dargez terdengar. Alda menahan tawanya dengan Raksa menyaksikan Galuh yang saat ini tengah menjadi sasaran.

"Selain ada garuda di dadaku, di dadaku juga selalu ada kamu bang." Ujar waria itu lagi seraya mengusap dada Galuh nakal. "Spil WA nya dong abang.."

Sedangkan Galuh sudah mengeluarkan berbagai sumpah serapahnya dalam hati, ia tidak berani membuka kaca helm nya dan tetap diam hingga lampu merah di depannya berubah warna.

"Abang.. masa cecan gemulai manis sexy dan menggoda kaya gini di anggurin siih.."

Karena takut cowok itu segera melaju lebih dulu membuat Alda dan inti Dargez tertawa puas.

Sampai di depan pelataran rumah Alda tawa dari Arza, Banu dan Kenzo masih ada. Beda dengan Divel yang hanya tersenyum, jujur ia merasa terhibur, sedikit.

"Makasih Sa." Ujar Alda dan melepaskan helm nya.

Galuh yang kesal menatap teman-temannya tajam. "Gila gua dosa apa sampe di godain banci perempatan kaya tadi?"

Mereka kompak menertawainya.

"Dosa lo banyak Gal. Gak menjalankan tugas wakil dengan baik." Balas Arza.

Galuh hanya bergidik ngeri membayangkan pengalaman mengerikannya tadi.

"Gua pulang dulu." Ujar Raksa. Untuk kali ini Raksa tidak bisa memeluk Alda karena ada mereka.

Alda mengangguk dan melambaikan tangannya singkat. "Hati-hati."

"GOOD BYE BU NEGARA!" Seru Kenzo bersamaan dengan motor mereka yang mulai pergi dari sana.

Gadis itu lalu berbalik dan memasuki rumahnya. Ia menyimpan sepatunya terlebih dahulu lalu masuk ke dalam.

Kedatangannya di sambut. Wanita yang sejak tadi tengah berbincang dengan Kapten Gara pun bangkit dari duduknya menyambut kedatangan Alda dengan senyum.

Alda menatap Kapten Gara dengan raut tanya.

"Gimana kabar kamu sayang?"

Alda berdiri mematung. "Ma?"

***

NAH LOH🙏🏻

Silahkan berteori, aku gantung seminggu bai❤

ARUNIKA [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt