BAB 8| Lo sebenarnya siapa?

21.5K 1.8K 234
                                    

Jam terakhir jam kos membuat kelas XII IPA 3 penuh. Kelas mereka hari ini seperti tongkrongan anggota Dargez. Anggota kelas lain bahkan ada di sana, ada yang sibuk mabar game atau sekedar menemui gebetannya masing-masing, sisanya ada di depan kelas.

Kenzo menarik kursi kosong ke arah belakang dan duduk. Sedangkan Raksa dan Galuh menyandarkan tubuhnya seraya duduk di atas meja. Meja yang mereka tempati sengaja dirapatkan ke dinding agar bisa bersandar dengan nyaman.

Divel dan Arza duduk di berdampingan. Sautan dari mulut Arza dan Banu yang sibuk mabar tidak mempengaruhi Divel yang sibuk membaca buku kimianya. Di depannya juga ada Raffa yang melakukan hal sama seperti Divel, membaca buku.

Rachel mengipasi wajahnya dengan buku, kelas terasa panas di tambah teriakan cowok-cowok yang tengah bermain game itu membuat telinganya gatal.

"Berisik amat mulutnya, gua gak bisa tidur." Rachel menggerutu.

"Sini Sel, tidur di bahu abang biar nyenyak." Gombal Banu yang tidak sengaja mendengar gerutuan gadis itu.

Rachel mendelik kesal.

"Awas ada bantengnya Nu." Peringat Kenzo yang masih menatap ponselnya.

"ANJING LOSE STREAAK!" Teriakan Kenzo memenuhi kelas. Ia meletakan ponselnya di atas meja dengan sembarang. Kenzo mengacak rambutnya kesal karena kalah terus-terusan.

Banu menoyor kepala temannya. "Diem bego, itu ayang gua lagi gak bisa tidur lo malah teriak kaya kerasukan."

Raffa yang tidak bisa fokus pada materinya pun menoleh.

Banu nyengir di tempat. "Hehe, sorry Fa, becanda Fa."

Kenzo yang melihat kedatangan Rema ke kelas menyeringai jahil. Fyi, Rema adalah wakil ketua kelasnya yang sudah lama Banu sukai, namun sayang ia sudah memiliki pacar.

"Rem, Banu kangen katanya!"

"Yeuu gua udah move on Jo, move on move on!"

"Lah serius? Bukannya lo suka sama dia?" Tanya Galuh.

Banu terkekeh. "Lebih memilih melawak dari pada mencintai mu tapi di tolak." Ujarnya kepada Rema membuat gadis itu segera duduk di bangkunya, tidak ingin meladeni orang seperti mereka.

"Halah, kemarin-kemarin lo bilang gak bakalan nyerah berjuang, pengecut lo Nu, masa gitu aja nyerah." Ucap Arza.

Banu tertawa kecil. Lagi pula Rema sudah menjadi pacar Mordan, dia teman akrabnya di Dargez. Banu tidak mau memperebutkan satu orang perempuan dan menghancurkan pertemanannya. Harga teman lebih berharga dibanding apapun bagi Banu.

"Gak sekuat Alda gua mah." Balas Banu.

Kenzo tertawa. "Jelas Bu Negara itu juara di hati lo kan bos." Kata Kenzo di angguki oleh Raksa.

"Gua juga juara Jo. Juara satu mencintai orang yang salah Jo, aduh cenat-cenut hati gua!"

Divel menatap Banu, ia tahu perasan Banu sebenarnya. Tapi cowok itu terlalu pandai menutupi apa yang dirinya rasakan, terlalu banyak tawa di wajahnya sampai semua orang mengira bahwa Banu baik-baik saja.

"Berisik lo Nu! Diem gua gak bisa fokus ngerangkum materi!" Sentak Felicia. Siswi cantik dengan polesan make up nyetrik itu melempari Banu dengan pulpennya.

"Nah Nu, barongsai nya ngamuk."

"PDKT sama dia aja Nu, siapa tau cocok." Usul Galuh.

"Ogah gua. Orang sekolah itu mau belajar ini mau nyinden." Sindir Banu membuat Felicia mendesis.

"Gua juga ogah kali PDKT an sama orang begajulan kaya lo. GAK BANGET!" Sentaknya.

"Weh jangan salah! Cowok kalo lagi PDKT kasih sayang nya bisa melebihi kasih ibu kepada beta." Ujar Kenzo meluruskan.

ARUNIKA [END]Where stories live. Discover now