BAB 44| Peristiwa 2020

19.1K 1.8K 618
                                    

Sudah satu jam lamanya mereka berdiam di Wabyo. Alda duduk bersama anggota Dargez yang kini berkumpul. Akhir-akhir ini Wabyo memang selalu menjadi titik kumpul para anggota Dargez karena Raksa selalu mengadakan rapat di sana.

Suara senar gitar mengalun. Giana dan Divel duduk berdampingan dengan gitar yang berada di pangkuan mereka. Seperti kebiasaan di sore hari, keduanya bernyanyi ditemani anggota lain, mereka membuat lingkaran sambil menyanyikan lagu yang berjudul 'Terima Kasih' karya HAL.

"Terkadang sendu tak selalu merakit luka."

"Ia juga mengisyaratkan bahagia."

Mereka bernyanyi secara bersamaan dan kompak. Suara yang menguar dari berbagai nada itu membuat euforia yang terasa hangat untuk Alda nikmati sore ini.

"Seperti saat itu kala kulihat dia." Seru Banu merangkul bahu Kenzo.

"Menggandeng tanganmu dengan penuh mesra."

Permainan gitar Divel yang dibantu Giana berhasil membawa mereka untuk masuk ke dalam cerita lagu yang dimainkan.

"Kepadamu dulu aku jatuh cinta."

"Menanam asa bisa bersama sepanjang usia."

"Saat itu engkau di tepian kota."

"Aku masih sendiri kau sudah jadi miliknya!" Teriak Banu dan Kenzo semakin puas seraya mengeluarkan isi hati mereka.

Alda menarik senyumnya memperhatikan anggota Dargez yang saling melempar candaan dalam nyanyian mereka. Baju seragam sekolah yang belum diganti dan hanya mereka balut dengan jaket, tawa bas yang Alda dengar dari anggota laki-laki di sana, candaan garing yang berbaur dengan tawa recehan milik mereka, serta minuman di plastik yang mereka genggam seraya menikmati alunan lagu itu. Dargez adalah tempat paling nyaman. Semua orang ingin berada di sini. Di posisi menjadi bagian dari sebuah solidaritas yang dijunjung tinggi.

"Terimakasih atas segala rasa."

"Pada hari itu pun aku turut bahagia."

Alda tertawa di sela nyanyiannya. Tidak perlu besok atau lusa, hari ini saja dia sudah bahagia. Karena sejatinya sebagai manusia, mungkin hanya perlu bersabar untuk bisa mendapatkan apa yang dirinya mau. Semesta punya porsi bahagia yang pas untuk membalas rasa sakit penghuninya selama ini.

Gadis itu menggelengkan kepala melihat tingkah Banu dan Kenzo yang memang tidak akan habis. Mereka adalah dua orang yang menjadi matahari Dargez. Ada saja yang mereka lakukan di sela-sela apapun bahkan es teh saja di anggap seperti sebuah minuman keras. Mereka berlagak seperti orang mabuk seraya saling merangkul.

"Karena aku selalu tahu."

"Menyukaimu bukan berarti selalu..."

"Memilikimu." Seru mereka.

Alunan petikan senar gitar yang Giana mainkan semakin pelan. Lirik lagu yang dinyanyikan belum habis. Lantas mereka mengernyitkan kening menatap Giana dengan tatapan tanya dan ingin berprotes.

"Belum tamat lagunya, Gi." Saut Mordan yang sudah terlalu menikmati.

"Lanjutin Gi!" Saut yang lain.

Namun Giana tetap diam dan menatap ke arah seseorang yang datang. Divel mengikuti arah pandang gadis itu. Hal tersebut tentu saja menggiring seluruh atensi agar menatap kepada orang yang Giana lihat.

"GAL!"

Giana segera berlari dan memeluk cowok itu. Semuanya merasa lega karena Galuh baru saja menginjakkan kakinya di Wabyo hari ini. Anggota yang melihat kedatangannya juga tampak bingung harus bereaksi seperti apa. Galuh hanya tersenyum simpul. Detik berikutnya ia langsung merintih. "Aahkk.."

ARUNIKA [END]Where stories live. Discover now