BAB 45| Kalung Serigala

16.3K 1.4K 186
                                    

"Ma, tuhan bobo enggak?" Tanya seorang gadis kecil berusia 7 tahun yang tengah tidur di pelukan ibunya.

"Enggak kok, tuhan gak pernah bobo. Tuhan selalu dengerin cerita semua orang."

"Tapi kenapa pas Raya cerita soal Papa, Tuhan gak balikin Papa ke Raya lagi, Ma?"

Sang Ibu hanya tersenyum, mengusap sayang rambut sang anak dengan lembut. "Papa pasti nanti akan ketemu Raya kok. Tapi harus pake tiket."

"Tiketnya apa?"

"Sabar, sayang."

.

Jawaban Dara kala itu masih teringat jelas di ingatannya. Alda menatap foto sang ibu dengan tangan yang terulur meraih dan mengusap foto berfigura itu sambil tersenyum. "Raya kangen loh, Ma." Lirihnya.

"Butuh berapa banyak sabar lagi biar Raya bisa ketemu, Mama?" Tanya gadis itu berharap apa yang ibunya sampaikan bisa mengabulkan keinginannya meski hal itu tidak mungkin.

Alda menarik napas berat, matanya teralih pada sebuah foto dua remaja yang berada di meja belajarnya. Foto yang di ambil saat sahabatnya masih berada di sisinya dulu. Foto dirinya bersama Syabina yang saling merangkul di lapang sekolah, di hadapan sunset pantai, di atas bukit ketika mereka jogging pagi, dan saat berada di kamar ini. Kamar ini menjadi saksi persahabatan mereka selama 17 tahun yang sering menghabiskan waktu dengan menonton berbagai drama dan bertukar cerita sampai larut malam. Sungguh, Alda rindu dengan semua itu.

"Na, gua harap kita bisa ketemu meski itu cuma di mimpi." Gadis itu tersenyum kecut. "Jangan cuma datang ke mimpi Ael doang, Na. Kan gua juga kangen." Ujarnya lagi dengan mata yang diselimuti cairan bening, hampir luruh jika Alda tidak menahannya.

"Raya." Panggilan ayahnya membuat Alda segera menghampus air matanya.

"Masuk, Pah."

Pintu kamar terbuka, Kapten Gara masuk dengan sebuah nampan berisi camilan dan susu hangat. Pria itu tersenyum. "Kangen Mama, ya?"

Alda mengangguk dan duduk di kursi belajarnya menatap sang ayah yang ikut duduk di sampingnya.

"Banyak-banyak doain Mama kalo kangen."

"Raya selalu doain Mama kok, Raya banyak doa buat mama biar Mama gak kesepian di sana."

"Pinter banget anak Papa, pasti banyak yang sayang sama kamu Ray."

Alda meminum susu dari gelas itu dan meletakannya lagi. "Sayang gimana?"

"Papa tau hati kamu baik. Meski dari luar urak-urakan."

"Ih Papaaaa! Raya gak urak-urakan." Bibirnya mengerucut kesal menatap sang ayah.

Lantas Kapten Gara tertawa. "Ngejar cowok setahun lebih pake seribu gombalan, kamu pikir papa gak tau?"

"Tau dari siapa?"

"Raksa."

Mantan sialan.

Alda mengumpat kerasa dalam hati. Ia memakan camilannya dengan gerakan kasar membuat Kapten Gara lagi-lagi terkekeh.

"Dia cerita semua ke papa, Ray. Katanya kamu nolak dia berkali-kali."

"Dia juga nolak Raya berkali-kali kok."

"Tapi kamu udah tau alasan dia nolak kamu, kan?" Tanya Kapten Gara yang dibalas anggukkan.

"Kamu sayang sama Raksa?" Alda hanya mengangguk lagi.

ARUNIKA [END]Место, где живут истории. Откройте их для себя