BAB 49| Ketua Dargez dan Ketua Fazer

16.8K 1.6K 495
                                    

a/n:

Buat yang gak suka nunggu cerita on going silahkan pergi dan tinggalkan lapak ini dengan tenang🙏🏻 aku butuh para manusia sabar yang gak suka mendesak🙏🏻

Up normal seorang author itu seminggu sekali buat yang gak tau. Kalo pun ada yg lebih rajin itu bukan aku ya🙏🏻 sorry🙏🏻

***

Hari ini Raksa memang tidak masuk sekolah. Namun ia sengaja datang dan diam di depan gerbang SMA Padja Utama bersama motornya sembari menunggu Alda. Setidaknya ia harus menemui gadis itu dan bicara agar tahu sejauh mana Alda membencinya, karena di dunia ini ada hal yang tidak bisa sempurna setelah rusak, dan itu adalah kepercayaan.

Pintu gerbang terbuka, tampaknya jam kegiatan belajar sudah selesai. Gerombolan siswa dan siswi mulai keluar, tentu saja banyak dari mereka yang menatap Raksa dengan tatapan menghakimi, satu sekolah sudah tahu mengenai kabar Raksa yang katanya menjadi pelaku pembunuhan, bahkan kabar hancurnya Dargez menjadi berita terpanas di sekolah itu sejak hari ini.

"Kayanya Alda lebih baik sama Gevariel daripada dia."

"Alda mungkin udah tau makanya dia mutusin Raksa."

"Sutt.. gak udah sebut nama entar lo dibunuh."

Semua kalimat yang didengarnya seperti menusuk telinga. Raksa tetap diam dan berusaha buta dengan pandangan serta mereka yang asal bicara. Kini tatapannya teralih kepada Alda yang berjalan beriringan bersama Gevariel di parkiran. Satu hantaman keras terasa menyesakkan perasaannya.

"Al!" Raksa mendekat ke arah dua orang itu.

Alda diam menatap Raksa yang kini mendekatinya.

"Pulang yuk? Gue anterin." Ajak Raksa. Ia berusaha mengabaikan keberadaan Gevariel yang kini menatapnya tajam.

"Masih punya muka lo buat nunjukkin diri di sini?"

Raksa menatap Gevariel. "Kenapa? Harusnya lo yang sadar siapa yang lagi lo deketin."

"Dia mantan lo. Jangan berharap dia balik ke lo apalagi setelah masa lalu buruk lo terbongkar."

Rahang Raksa mengeras. "Dia anggota gue, dan lo gak ada izin buat deket sama dia."

"Udah." Alda menatap Raksa. "Gue udah keluar dari Dargez."

Kali ini dada Raksa bukan lagi terpukul, tapi ia merasa di sayat dengan sadis berkali-kali. Pernyataan Alda barusan terlalu mengejutkan dan berhasil membuatnya tertegun.

"Al..."

"Ayo Gev, gue harus pulang." Ujar gadis itu.

Tanpa mengatakan apapun lagi Gevariel mengajak Alda naik ke mobilnya. Dia menatap Raksa dengan wajah puas, Gevariel menyeringai ke arah Raksa sebelum masuk ke dalam mobilnya.

Raksa masih diam saat mobil itu menjauh dari area parkiran. Sekarang semua orang benar-benar sudah hilang dan menjauh darinya. Semuanya seperti diluar jangkauan, dan mungkin hanya inti Dargez yang tidak pergi dari sisinya.

Hari ini Raksa sadar mengapa banyak orang yang lebih mengutamakan solidaritas dibanding cinta. Karena pertemanan lebih setia tidak peduli sepurba apapun cinta bagi mereka yang mengatakan hidup akan berakhir dengan pasangan. Teman adalah segalanya. Harga diri tidak akan pernah setara dengan cinta.

***

Sejak lahir laki-laki memang selalu dituntut agar memiliki bahu yang sekuat baja. Mereka tidak dilarang menangis, namun sudah pasti mereka akan di cap lemah saat melakukannya.

Mungkin karena stigma itu Raksa jadi terlalu malu untuk menunjukkan tangisannya. Bagi Raksa menangis tidak akan mengubah apa-apa. Kala pikiraanya kusut dan tidak tenang biasanya laki-laki memilih untuk mencari pelampiasan. Tipikal berandal seperti Raksa pasti akan merokok, berkelahi, minum atau masuk ke arena balap seperti yang ia lakukan sekarang.

ARUNIKA [END]Where stories live. Discover now