BAB 47| Hilangnya Solidaritas DARGEZ

15.1K 1.4K 214
                                    

Raksa segera mendatangi Wabyo setelah mendengar kabar bahwa tempat tongkrongannya didatangi oleh seluruh anggota Dargez. Aksi penyerbuan yang mereka lakukan terbilang mengejutkan dan sangat parah.

Sesuatu menyekat pangkal tenggorokannya kala melihat bagaimana kacaunya halaman warung tersebut. Ban mobil sengaja di bakar sebagai tanda aksi protes, bendera hitam dengan kepala serigala sangar dirobek dan diinjak-injak sampai kotor, dan terakhir jaket hitam Dargez yang hangus terbakar api, bahkan logo kebanggaan mereka selama ini ikut rusak.

Raksa tidak pernah menyangka bahwa tempat yang menjadi saksi sejarah tentang kentalnya solidaritas mereka selama bertahun-tahun kini menjadi saksi atas hancurnya ikatan mereka dalam sekejap.

Dia tercenung, hatinya seperti di remat secara paksa. Mereka protes karena reputasi Dargez rusak akibat berita itu, hampir seluruh anggota ribut dan tidak terima dengan posisi Raksa. Bahkan Raksa dapat membaca coretan putih bertuliskan 'Ketua Gagal' pada banner hitam Dargez.

Beberapa anggota lama yang masih tersisa di sana perlahan membereskan kekacauan seraya berusaha memadamkan api itu dengan air dari selang. Kemudian Galuh mendekat, menatap sang ketua yang kini masih diam menatap nanar ke arah percikan api di halaman Wabyo.

"300 orang mengundurkan diri." Ucap Galuh.

Hatinya mencelos. Kanagara bermata elang itu meraih dua kain hitam yang telah dirobek dari atas tanah dan merematnya kuat. Dargez yang dipimpin olehnya selama ini banyak dinodai kata gagal. Di masa lalu dia telah kehilangan salah satu anggota tersayangnya, Gibran gugur karena pertempuran, dan sekarang ia harus kehilangan 300 anggotanya karena dirinya sendiri. Segalanya benar-benar hancur, rumahnya lebur.

"Baru jadi anggota baru aja udah nantang inti ngajak ribut. Kalo mereka ada di depan muka gue sekarang, gua bantai hari ini juga sampai habis." Gerutu Giana yang kesal dengan tindakan para anggota Dargez.

"Mental SMP. Angkatan sekarang gak tau arti komitmen dan harga diri setiap anggota, mereka pikir solidaritas kita main-main." Tambah Kenzo.

"Masalah utamanya gue." Ucap Raksa.

Arza, Divel, dan Banu mendekati sang ketua. Mereka bersamaan menepuk bahu Raksa memberi penyemangat. Tanpa Raksa bicara pun mereka sudah paham bagaimana rasanya. Karena selama empat tahun di tempat itu, 8 orang yang menjadi inti di angkatan 12 punya sebuah cerita yang melegenda bersama luka, berjanji satu arah, bejanji untuk saling merangkul tanpa mengenal kata musuh dan mereka sudah berjanji untuk menjunjung solidaritas di atas harga mati.

"Kita masih di sini, Rak. Dargez udah jadi darah daging kita." Ucap Arza.

"Tenang aja, Rak. Kalo pun gue harus lawan ratusan orang demi Dargez, gue siap." Sambung Banu.

Divel merangkul bahu Raksa. "Ayo bangun solidaritas yang lebih sempurna di masa depan."

Gabrian, Vidi, Rio, Zayn serta Sagara yang tengah membereskan kekacauan menatap sang ketua.

"Kita juga aman, bang."

"Kehilangan 300 anggota bukan akhir dari segalanya."

"Dargez harga mati!" Seru Vidi dengan senyum bangga.

Sudut bibir Raksa terangkat sedikit. "Gue mohon, tanam di dalam diri kalian tentang prinsip kita. Solidaritas Dargez itu prioritas." Lirih Raksa penuh harap.

***

Suara pukulan beradu menggema di dalam sebuah ruangan dengan penerangan cahaya yang nyaris gelap. Tetesan keringat jatuh dari ujung rambut. Samsak yang ditinju berkali-kali mengayun, sedangkan sang pelaku tetap melampiaskan seluruh emosinya pada benda itu.

ARUNIKA [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu