BAB 15| Hilang Kabar

16K 1.4K 64
                                    

Hari ini adalah hari terakhir sekolah sebelum hari sabtu yang menjadi hari libur bagi siswa Padja Utama. Biasanya hari ini adalah hari yang paling Alda tunggu, sore harinya ia akan menghabiskan waktu di bazar makanan bersama inti Dagez, lokasinya berada di dekat alun-alun kota.

Tapi hari ini, Raksa tidak sekolah, cowok itu absen tanpa alasan.

Ia menatap roomchat di ponselnya yang masih sama, belum ada balasan dari sosok cowok yang sejak pagi tidak ada kabar itu. Semilir angin rooftop menemani Alda di atas sana, perasaanya mulai tidak karuan.

"Raksa kemana sih?"

Bahkan teman-teman Raksa yang lain pun tidak hadir hari ini. Kebiasaan, alpha pun sampai berjamaah.

"Chat gak di bales, telepon juga gak di angkat, sekolah juga enggak. Gua khawatir." Gerutu Alda.

Alda kembali menekan ikon panggilan, berusaha menghubungi Raksa. Sesibuk-sibuknya cowok itu, Raksa pasti mengabarinya setidaknya sekali. Tapi hari ini, kosong.

"Sa.. ish." Alda mendecak kesal, dering ponsel yang tidak kunjung berhasil tersambung pun malah membuatnya jengkel.

"Apa perlu gua susul aja ke rumahnya?" Gumam Alda.

Bibirnya terlipat saat berpikir menimbang apa yang harus ia lakukan. Gadis itu segera mencari kontak 'Mama Riu' dan mengirimkan sebuah pesan kepada Ibu pacarnya itu.

Mama Riu

[Ma.. Nanti Alda boleh ke rumah gak?
[Alda mau ketemu Raksa sebentar.]

Setelahnya Alda menarik napas panjang. Rasa penasarannya semakin banyak saat mengingat bahwa Raksa baru saja melakukan kumpulan di markas kemarin malam.

"Apa mereka lagi ngebahas rencana tawuran lagi ya?" Gumam gadis itu menatap gamang ke udara.

Ia menggeleng cepat menepis pikirannya. "Gak, gak mungkin."

"Hati gua gak tenang!" Pekiknya kesal.

"Jangan teriak bisa gak?"

Tubuh Alda reflek berbalik saat suara familiar itu terdengar. Ia mendapati sosok cowok yang datang dari balik tembok dengan seragam yang tidak rapi, seluruh kancingnya terbuka membuat kaos polos putih yang dia pakai tampak.

Rambutnya masih acak-acakan khas bangun tidur, cowok itu menatap Alda dengan ekspresi dingin.

"Gev.."

Terlalu banyak tentang Gevariel yang membuat Alda harus hati-hati dengan cowok itu.


"Gua lagi tidur, dan lo udah ganggu gua." Ujar Gevariel seraya mendekat.

"Gua sama sekali gak niat ganggu lo. Sorry." Ketus Alda.

"Suara lo cempreng, ganggu banget." Kata Gevariel lagi membuat raut wajah Alda berubah.

Apa katanya? Suara Alda cempreng?

Alda menatap Gevariel tidak terima. Sedangkan cowok itu menyisir rambutnya setelah sepenuhnya tersadar. Sejak tadi memang cowok itu ada di rooftop untuk tidur, ada spot teduh di atas sana. Tempat biasa bagi anak Dargez yang hobi merokok.

"Lo pikir ini tempat punya lo? Enggak kan?"

Amarah Alda yang sebelumnya belum redup malah tersulut. Gevariel mengernyit menatap gadis itu yang tampak marah.

ARUNIKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang