8 | Ketakutan Zuna

1K 88 15
                                    

- UPDATE SETIAP HARI KAMIS & JUM'AT
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Sumardi terus memperhatikan Kalingga yang sejak tadi terus saja diam dan sama sekali tidak berekspresi. Kalingga sepertinya merasa begitu kesal terhadap sesuatu, namun tidak bisa mengungkapkan kekesalannya tersebut. Sumardi sudah terlalu lama mengenal Kalingga, sehingga tahu betul bahwa laki-laki itu sedang tidak baik-baik saja.

"Ada apa, Kal? Cobalah cerita. Jangan diam terus," bujuk Sumardi.

Kalingga pun berhenti mengerjakan pekerjaannya, lalu melempar pelan kunci inggris yang sedang ia pegang ke dalam kotak peralatan.

"Diana jadi terlalu dekat dengan Zuna, Sum. Mereka akrab sekali, sampai-sampai tidak segan saling memeluk di depan siapa saja," ujar Kalingga.

"Kamu lihat mereka berpelukan? Cuma kamu yang lihat atau ada yang lainnya yang melihat?" tanya Sumardi.

"Tadi Mita dan Beni juga lihat. Hanya entah kenapa mereka tidak sekaget aku, saat melihat Zuna memeluk Diana begitu erat di halaman sekolah. Mereka seakan sudah pernah melihatnya sebelum aku melihat kejadian tadi," jawab Kalingga.

Sumardi pun menghela nafasnya usai mendengar jawaban Kalingga. Ia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya karena tahu bahwa perkara yang akan Kalingga hadapi sangatlah berat.

"Sekarang kamu mau bagaimana kalau sudah seperti itu, Kal? Apakah kamu akan terus mencoba untuk menarik perhatian Diana lagi seperti dulu, atau kamu akan menyerah?"

"Kamu tahu pasti kalau aku masih punya perasaan pada Diana, Sum. Aku menyesal karena tidak berhasil memberinya penjelasan, sehingga dia berpikir bahwa aku mengkhianatinya saat kami menjalani hubungan jarak jauh. Andai aku tahu kalau dia akan datang pada hari kelulusan, maka aku tidak akan mendengarkan Silmi yang mendadak curhat tidak jelas sambil menangis di depanku. Aku tidak tahu kalau Diana akan kembali ke sini untuk menemuiku, Sum. Diana melihatku sedang memeluk Silmi, padahal Silmi yang memeluk aku saat itu sehingga aku pun kaget ketika hal itu terjadi. Diana melihat hal itu dan salah paham, Sum. Untuk pertama kalinya aku melihat dia menangis tanpa bisa mengatakan apa-apa di depanku. Aku merasa bersalah padanya sampai sekarang atas hal yang terjadi hari itu. Aku ingin meminta maaf dan meminta kesempatan kedua darinya. Tapi sekarang aku ragu kalau hal itu akan bisa terjadi, karena ada Zuna di dalam kehidupan Diana. Meski mereka hanya bersahabat, siapa yang tidak merasa cemburu saat melihat mereka berdua berpelukan erat seperti yang aku lihat tadi? Aku yakin bahkan Mita pun juga merasa cemburu, tapi dia memilih diam saja," ungkap Kalingga.

"Ya terus kamu mau bagaimana? Apakah kamu akan memberanikan diri menghadapi Diana dan bicara dengannya, atau bagaimana?" Sumardi ingin tahu.

"Aku belum tahu, Sum. Saat ini aku benar-benar sedang ...."

"TIDAK ADIL!!! KALIAN TIDAK ADIL JIKA MENGHALANGI POLISI AGAR TIDAK MENGUSUT KEMATIAN SUAMIKU!!! TIDAK ADIL!!!"

Suara teriakan yang berasal dari SMP GENTAWIRA terdengar sampai ke jalan raya di depan sana. Kalingga dan Sumardi keluar dari bengkel, lalu segera berlari ke arah halaman SMP yang letaknya dekat sekali dari bengkel milik Kalingga. Di jendela Ruang Guru tampaklah seorang wanita yang sedang mengamuk pada Rudi serta semua Guru di SMP tersebut. Tampaknya wanita yang mengamuk itu adalah istri dari Almarhum Helmi. Rudi, Beni, serta beberapa Guru pria lainnya tampak kelimpungan mengatasi amukan wanita tersebut. Kalingga dan Sumardi hanya bisa melihat dari halaman sekolah bersama warga sekitar yang kini mulai berkumpul. Diana dan Mita tampak berusaha menenangkan wanita itu dengan cara mereka sendiri.

"Sabar dulu, Bu. Sabar. Ibu bisa jelaskan dulu duduk permasalahannya seperti apa kepada kami. Kalau Ibu mendadak mengamuk seperti ini, tidak akan ada yang bisa memahami Ibu," bujuk Diana, tetap berpura-pura tidak tahu soal kematian Helmi.

"SUAMIKU BARU SAJA DITEMUKAN MENINGGAL DI SEKOLAH INI, KEMARIN!!! KEMATIANNYA MENCURIGAKAN, TAPI SELALU SAJA DISEBUT SEBAGAI TINDAKAN BUNUH DIRI!!! BAHKAN KEPALA SEKOLAH INI SENGAJA MENGHALANGI POLISI YANG INGIN MENGUSUT SOAL KEMATIANNYA YANG ANEH!!! APA LAGI YANG HARUS AKU JELASKAN??? KAMU GURU DI SINI, MANA MUNGKIN TIDAK TAHU???"

"Maaf, Bu. Maaf. Tapi aku adalah Guru baru di sini dan baru hari ini aku mengajar. Jadi ...."

"APA???" teriak wanita itu lagi dan kali ini sambil mencengkram kerah kemeja yang dipakai oleh Diana.

Mita berusaha membuat cengkraman itu terlepas. Namun cengkraman wanita itu pada kerah kemeja Diana terlalu keras. Zuna tiba di sana tak lama kemudian. Ia melihat keramaian itu dan berusaha keras melewati semua orang yang sedang berkumpul. Ia akhirnya sampai ke barisan paling depan, tepat di samping Kalingga dan Sumardi.

"Ada apa ini, Kal? Kenapa ada ribut-ribut?" tanya Zuna.

"Itu ... Istrinya Almarhum Helmi sedang mengamuk dan Diana sekarang jadi sasaran amukannya," jawab Kalingga, terdengar cukup panik.

"KAMU GURU BARU DI SINI??? MENGAJAR APA KAMU??? BIOLOGI, HAH??? KAMU MEREBUT PEKERJAAN SUAMIKU, HAH??? KAMU MEREBUTNYA SETELAH DIA MENINGGAL TIDAK WAJAR???"

Wanita itu terus mengguncang-guncang tubuh Diana, sehingga kini Mita juga terkena imbasnya dan ikut terguncang-guncang begitu keras.

"Sabar, Bu! Sabar, dulu! Dengarkan dulu penjelasanku!" mohon Diana, berusaha bertahan di posisinya yang kini sudah berada di ambang jendela Ruang Guru.

"SABAR KATAMU??? KAMU PIKIR ENAK KEHILANGAN SUAMI, HAH??? SEENAKNYA SAJA KAMU MENYURUHKU SABAR!!!"

Wanita itu pun mendorong Diana dengan keras agar terjatuh dari jendela Ruang Guru yang terbuka. Mita yang saat itu ada di sisi Diana karena mencoba membantunya melepaskan diri, ikut terdorong dan sama-sama jatuh dari jendela tersebut. Zuna dengan sigap berlari ke arah Diana agar bisa menangkap tubuhnya. Sosok Sekar membantu pria itu dengan caranya sendiri, agar Diana tidak sampai jatuh menyentuh tanah.

BRUKKK!!!

"Arrggghhh!!!" jerit Mita, merasa kesakitan ketika tubuhnya mendarat di tanah.

Diana membuka kedua matanya ketika ia merasakan dekapan seseorang pada tubuhnya saat itu. Tatapan Zuna adalah yang pertama kali ia lihat dan itu membuatnya merasa sangat lega.

"Zu!" seru Diana.

Zuna langsung menurunkan Diana dari gendongannya agar bisa berdiri seperti biasa, lalu membawa wanita itu ke dalam dekapannya yang erat.

"Ya Allah, Na! Astaghfirullah! Jantungku barusan rasanya hampir meledak, Na! Demi Allah!" seru Zuna, meluapkan perasaannya tanpa peduli siapa yang akan mendengar.

Mita menatap kedua insan tersebut dengan kedua mata berkaca-kaca dan perasaan sakit hati, karena Zuna lebih mementingkan Diana daripada dirinya. Kalingga dan Sumardi berusaha membantu Mita berdiri. Perasaan Kalingga begitu berantakan ketika sadar kalau Diana kembali berada di pelukan Zuna untuk yang kedua kalinya. Bahkan Sumardi pun bisa melihat betapa Zuna tidak ingin melepaskan Diana dari dekapannya.

"Maaf, Zu. Maaf," ucap Diana, karena dirinya terlalu ceroboh saat menghadapi istri Almarhum Helmi.

Zuna melepaskan pelukannya dari tubuh Diana, lalu tatapannya terarah kepada istri dari Almarhum Helmi.

"Anda tidak bisa bersikap semena-mena seperti ini, Bu! Jasad Suami anda saja kami perlakukan dengan sangat baik padahal sudah tidak bernyawa! Bagaimana bisa anda memperlakukan seseorang yang masih bernyawa dengan sangat kasar seperti barusan? Apa anda sudah siap masuk penjara kalau seandainya terjadi hal buruk pada diri wanita ini?" tanya Zuna, begitu tajam.

"Zu, sudah. Hentikan, Zu. Ibu itu sedang emosi karena dia tidak dapat keadilan soal kematian Suaminya. Kamu tidak bisa menyalahkan dia sepenuhnya, Zu. Sudah," bujuk Diana, sambil menepuk-nepuk dada Zuna berulang kali dengan sangat lembut.

Zuna pun langsung berusaha kembali meredam emosinya setelah Diana membujuk. Sementara istri Almarhum Helmi tampak sangat terpukul atas kata-kata yang Zuna ucapkan kepadanya, sehingga membuat wanita itu kini jatuh terduduk di lantai Ruang Guru sambil menangis.

"Maaf ... maafkan aku. Aku hanya ingin kematian Suamiku diusut hingga tuntas. Aku hanya ingin semuanya jelas agar tidak ada lagi ganjalan di dalam hatiku," ungkapnya.

* * *

Rahasia Di SekolahWhere stories live. Discover now