27 | RH

997 82 40
                                    

- UPDATE SETIAP HARI KAMIS & JUM'AT
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Kuah hotpot yang dimasak bersama oleh Zuna, Reza, dan Diana baru saja mendidih. Zuna mencicipi rasanya lebih dulu, sebelum dirinya memasukkan daging. Setelah rasa kuahnya pas, Zuna pun baru memasukkan banyak daging ke dalam kuah hotpot tersebut, sementara Diana dan Reza sibuk memilih sayuran yang mereka suka. Pakcoy dan jamur enoki menguasai pinggiran panci hotpot, hingga semua daging kini berkumpul di bagian tengah. Zuna membagikan peralatan makan, agar Diana atau Reza tidak kesulitan mencari ketika makanan sudah bisa dimakan.

"Kalau kematian Almarhum Helmi benar-benar ada sangkut pautnya dengan Rudi, sehingga Rudi berusaha keras menutupinya agar Polisi tidak menyelidiki, berarti ada rahasia besar yang Almarhum Helmi ketahui dari hidup Rudi selama ini. Mungkin nilai-nilai uang yang ada pada buku agenda itu adalah nilai uang yang Rudi berikan untuk membuat Almarhum Helmi tutup mulut. Nominal uangnya tidak main-main, loh. Cukup besar disetiap catatan yang tertera," ujar Diana.

"Pertanyaannya sekarang, rahasia besar apa yang diketahui oleh Almarhum Helmi sehingga Rudi sampai harus menyingkirkannya? By the way ... ponselnya Almarhum Helmi sampai saat ini masih belum bisa ditemukan. Entah berada di mana ponsel itu saat ini. Bahkan di rumahnya pun tidak aku temukan sama sekali. Setahu Bu Marti, Almarhum Suaminya selalu membawa ponselnya ke mana pun. Jadi kalau ponselnya tidak ditemukan, berarti ada yang mengambilnya," tutur Zuna.

"Siapa yang mengambilnya kira-kira? Dan kenapa ponsel itu harus diambil dari Almarhum Helmi menjelang kematiannya?" tanya Reza.

"Si pembunuh pasti yang mengambilnya. Sudah jelas di ponsel itu pasti ada sesuatu yang berkaitan dengan rahasia Rudi yang dia ketahui," jawab Diana.

"Dan kalian sudah yakin kalau Rudi pembunuhnya? Atau ... kalian sudah yakin kalau Almarhum Helmi dibunuh, bukan bunuh diri?" Reza benar-benar penasaran.

Zuna membuka sebuah amplop cokelat dari dalam tas kerjanya dan memperlihatkan pada Reza foto-foto serta berkas hasil autopsi. Reza melihat memar-memar yang terdapat pada tubuh Almarhum Helmi. Hal itu membuatnya mengerenyitkan kening selama beberapa saat.

"Memar-memar yang ditemukan pada tubuh Almarhum Helmi adalah memar yang terjadi pra-kematian. Bisa dibilang, sebelum akhirnya meninggal, Almarhum Helmi ini mengalami penganiayaan yang cukup brutal. Maka dari itulah kami sama sekali tidak percaya kalau dia melakukan bunuh diri untuk mengakhiri hidupnya. Karena untuk berdiri di atas kedua kakinya sendiri pun, dia sudah tidak sanggup akibat dari penyiksaan yang dia terima. Jadi bagaimana bisa dia naik ke atas kursi, melilit lehernya dengan kabel, lalu menendang kursi yang dia naiki untuk mengakhiri hidupnya ... jika untuk berdiri di atas kedua kalinya sendiri pun sudah tidak mampu? Lihat hasil rontgen pada kedua tulang lututnya, Za. Tempurung lututnya mengalami retak yang cukup parah," jelas Zuna.

Diana mengambilkan satu mangkuk penuh daging dan sayuran untuk Reza, lalu menyodorkannya bersama satu mangkuk kecil nasi.

"Belum lagi hasil uji toksin di dalam darahnya. Lihatlah juga. Dalam darahnya terdapat zat bernama Rohipnol. Rohipnol adalah sejenis obat bius yang tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau. Aku yakin ada yang memasukkan Rohipnol ke dalam minumannya sebelum akhirnya dia mulai kehilangan setengah kesadarannya. Saat itu dia sadar, tapi hanya setengah. Seperti orang yang berhalusianasi," jelas Diana.

"Uh ... itu sangat mengerikan. Aku tidak bisa membayangkan betapa mencekamnya situasi bagi Almarhum Helmi pada malam kematiannya," ungkap Reza, setengah meringis.

Mereka bertiga mulai menikmati hotpot yang sudah matang. Perut mereka jelas butuh diisi sebelum kembali menekuri semua buku agenda milik Almarhum Helmi, yang saat ini sedang disingkirkan oleh Diana ke dalam kardus. Diana sengaja mengambil foto dirinya yang tengah makan bersama Zuna dan Reza saat itu, lalu menyimpannya di WhatsApp story miliknya.

"Ayo kita lihat, siapa orang paling penasaran dengan WhatsApp story yang aku buat barusan," ujar Diana.

"Beni?" tebak Zuna.

"Mita? Karena Zuna ada di dalam foto yang kamu ambil barusan, tentunya," tebak Reza.

"Rudi. Dia akan menjadi yang pertama melihat WhatsApp story milikku, karena dia masih penasaran apakah aku benar-benar membuang agenda milik Almarhum Helmi atau justru menyimpannya," Diana terdengar sangat yakin.

Sesaat kemudian, tebakan Diana benar-benar menjadi kenyataan. Rudi menjadi orang pertama yang melihat WhatsApp story miliknya, lalu disusul oleh Mita dan Beni setelahnya. Zuna dan Reza jelas merasa tidak bisa mempercayai hal tersebut. Namun itulah kenyataan yang terjadi.

"Hm ... bajingan satu itu selalu saja mudah tertebak olehku gerak-geriknya, sejak masih remaja. Dia benar-benar masih sosok Rudi Herbowo yang ...." Diana terdiam selama beberapa saat ketika teringat dengan sesuatu.

"Kenapa, Na? Kenapa kamu mendadak diam?" tanya Reza, usai menelan potongan daging dari hotpot yang ada di mangkuknya.

"RH!" seru Diana. "Singkatan RH dalam buku agenda milik Almarhum Helmi adalah inisial nama Rudi Herbowo!"

Zuna pun segera mengambil buku agenda paling pertama dan menunjukkan pada Diana satu lembar penuh berisi singkatan.

"Kalau kamu bisa memecahkan semua singkatan itu, maka kita akan tahu rahasia apa yang disembunyikan Almarhum Helmi tentang Rudi," ujar Zuna.

Rudi terus mondar-mandir di teras rumahnya, sambil menatap WhatsApp story milik Diana yang baru saja ia lihat. Ia penasaran dan langsung melihat WhatsApp story tersebut karena masih kepikiran soal buku agenda milik Almarhum Helmi yang sudah dibuang oleh Diana. Ia sama sekali sulit mempercayai kalau Diana benar-benar tidak membuka buku agenda itu sebelum dibuang. Ia merasa penasaran, apakah dalam buku agenda itu ada rahasianya yang Almarhum Helmi tulis agar bisa ditemukan oleh seseorang. Ia takut, kalau pada akhirnya rahasia yang sudah ia sembunyikan selama belasan tahun akan terbongkar. Maka dari itulah ia masih mengawasi Diana sampai sekarang, termasuk melalui WhatsApp story-nya.

Rudi memperhatikan kalau Reza benar-benar menjadi dekat dengan Diana, seperti bagaimana Zuna yang sudah lama dekat dengan wanita itu. Selama ini Reza sama sekali tidak terlalu akrab dengan Guru mana pun di SMP GENTAWIRA. Sikap Reza sangatlah biasa dan selalu bicara seadanya saja jika ada kepentingan. Namun saat Diana menjadi Guru baru di SMP tersebut, sikap Reza menjadi jauh lebih terbuka. Seakan Diana memiliki sesuatu di dalam dirinya yang bisa membuat pria itu merasa nyaman ketika berada di dekatnya.

"Tidak kupungkiri kalau Diana memang cantik sejak masih remaja. Tapi saat dewasa, kecantikannya semakin nyata ketika diperhatikan lebih jauh. Anehnya, Reza bisa dekat dengan Diana meski tahu di sisi Diana ada Zuna yang tak pernah berjarak ketika sedang bersama. Apakah dia tidak merasa risih saat berada di antara mereka berdua?" tanya Rudi, cukup merasa heran.

* * *

SAMPAI JUMPA MINGGU DEPAN 🥰

Rahasia Di SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang