38 | Kecurigaan

773 72 6
                                    

- UPDATE SETIAP HARI KAMIS & JUM'AT
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Diana terdiam selama beberapa saat, usai mendengar pertanyaan yang Reza ajukan. Ia merasa sedikit tidak menyangka, bahwa Reza akan mendengarkan ucapannya kepada Mita dan mengingatnya dengan baik. Ia pikir, Reza tadi sedang sibuk membantu Zuna yang tubuhnya ikut terdorong menjauh dari dirinya. Kini jelas tidak ada jalan lain bagi Diana, selain mengatakan yang sejujurnya kepada Reza.

"Na? Kamu dengar aku, 'kan? Diana? Halo?" panggil Reza, memastikan bahwa sinyal ponselnya baik-baik saja.

"Iya, Za. Aku dengar pertanyaanmu barusan. Maaf kalau aku diam terlalu lama. Aku sedang memikirkan bagaimana cara yang baik untuk menyampaikan jawaban kepada kamu, mengenai apa yang aku katakan pada Mita," sahut Diana.

Reza berupaya untuk mencerna ucapan Diana. Pikiran pria itu langsung merujuk pada sesuatu yang tidak baik. Apa yang Diana katakan barusan terlalu mencurigakan baginya, sehingga kini ia telah menaruh curiga pada Mita meski belum memiliki dasar apa pun. Mita dan tingkah lakunya sudah membuat Reza merasa janggal. Ditambah dengan bagaimana cara Diana bicara padanya barusan, membuat kejanggalan itu semakin terasa nyata.

Wahyu keluar dari rumahnya dan menatap ke arah Reza yang masih berdiri di halaman. Ia berpura-pura mengurusi beberapa tanaman yang harus disiram sore itu, sambil terus mendengarkan pembicaraan Reza dengan seseorang melalui telepon. Ia tidak sempat mendengar bagaimana awalnya, sehingga ia tidak tahu kalau Reza saat ini sedang bicara dengan Diana. Gelagat Reza selama beberapa hari terakhir membuatnya merasa penasaran. Reza seakan sedang sibuk memikirkan suatu perkara, meski putranya tersebut berusaha keras menyembunyikannya. Wahyu sangat mengenali anak-anaknya. Entah itu Reza ataupun Sekar yang sudah lama hilang dari hidupnya, ia hafal dengan semua gelagat mereka.

"Jadi, apakah kamu akan memberikan jawabannya sekarang atau kamu butuh waktu untuk menjawab?" tanya Reza.

Terdengar helaan nafas di seberang telepon sana. Reza semakin yakin bahwa ada sesuatu yang sedang Diana tutupi dan terkait dengan Zuna.

"Aku akan jawab sekarang, Za. Tapi aku berharap kamu mau berjanji lebih dulu padaku, bahwa kamu tidak akan memberi tahu Zuna mengenai apa yang aku sampaikan padamu," harap Diana.

"Ya, Insya Allah aku tidak akan mengatakannya pada Zuna. Aku akan menjaganya jika hal itu memang rahasia," janji Reza.

"Rahasia tapi hanya untuk saat ini, Za," ralat Diana. "Aku akan membongkarnya jika waktunya sudah tepat dan buktinya sudah aku dapatkan. Aku hanya tidak bisa memberi tahu Zuna pada saat ini, karena kami berdua sedang fokus pada masalah kematian Almarhum Helmi yang terkait dengan Rudi dan juga kasus tentang hilangnya Sekar. Jika waktunya benar-benar tiba, mungkin aku akan meminta bantuanmu, Za. Aku jelas tidak bisa melibatkan Zuna, karena dia pasti tidak akan bisa menahan emosinya jika tahu tentang kebenaran di balik tragedi masa lalunya."

Reza pun mendengarkan semuanya yang Diana katakan tanpa menyela. Seharusnya ia merasa kaget dengan fakta yang didengarnya saat itu. Namun karena ia telah curiga lebih dulu dan merasa ada yang janggal, maka dari itulah ia tidak lagi merasa kaget saat Diana mengatakan semuanya. Wahyu masih saja memperhatikan Reza, namun ia sama sekali tidak tahu apa isi pembicaraan Reza ditelepon. Reza sendiri sama sekali tidak mengatakan apa-apa, sehingga Wahyu akhirnya tidak memiliki petunjuk tentang apa yang sedang Reza hadapi.

"Hm, jadi seperti itu rupanya. Oke. Aku paham dengan penjelasanmu. Aku benar-benar akan merahasiakannya dari Zuna sampai waktunya tiba. Kamu tidak perlu khawatir, Na. Semuanya akan aku jaga serapat mungkin. Kamu tidak perlu menanggung hal itu sendirian," ujar Reza, berusaha meyakinkan Diana.

"Terima kasih banyak, Za. Aku benar-benar merasa cukup lega karena kamu mau mendengarkan dan juga bersedia menjadi tempatku berbagi. Jujur saja, menyimpan semuanya sendirian selama Zuna ada di sisiku adalah hal terberat yang pernah aku rasakan. Sekarang rasanya benar-benar jauh lebih lega bagiku," ungkap Diana, apa adanya.

"Sama-sama, Na. Kamu dan Zuna pun bersedia membantuku tanpa aku minta. Jadi tolong jangan sungkan jika memang kamu butuh bantuanku. Katakan saja, maka aku akan membantu."

Reza baru saja hendak mengakhiri telepon itu, ketika Diana menahannya saat teringat sesuatu yang harus disampaikan.

"Oh ya, Za. Aku mau kasih tahu kamu kalau besok aku akan bertemu dengan Ketua OSIS yang waktu itu menjadi orang terakhir bertemu Sekar. Aku dan dia sudah sepakat akan bicara lebih terperinci mengenai yang dia lalui terakhir kali bersama Sekar."

Reza pun terdiam. Ia mendadak teringat wajah wanita itu saat Diana mengungkit tentangnya. Ia tidak lagi pernah bicara dengannya, setelah merasa putus asa usai mendengar pengakuannya di hadapan Polisi belasan tahun lalu. Bahkan jika tidak sengaja bertemu, Reza akan selalu berupaya untuk berpura-pura tidak melihat keberadaannya.

"Entah apa yang akan kamu bicarakan dengannya, tapi aku tidak akan berharap terlalu banyak. Dia tidak tahu apa-apa, persis seperti semua pengakuannya dulu," tanggap Reza.

"Kamu tenang saja. Aku akan mengusahakan ada sebuah petunjuk yang bisa aku dapatkan darinya. Polisi lain mungkin akan menyerah dengan cepat, Za. Tapi tidak begitu denganku. Aku akan berusaha semaksimal mungkin, agar kita bisa segera menemukan di mana jasad Sekar berada. Insya Allah," janji Diana.

"Oke. Kalau begitu akan aku serahkan semuanya padamu. Jika memang ada petunjuk, maka tolong segera katakan padaku."

"Ya, pasti. Sudah dulu, ya. Zuna baru tiba di rumah. Dia sepertinya akan datang ke sini," pamit Diana.

"Ya, segeralah sambut pria tercintamu, Na. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam. Eh ... tunggu! Apa kamu bilang barusan? Pria tercintaku? Maksudmu apa, Za? Halo?"

Reza memutuskan sambungan telepon sambil menahan tawa. Wahyu sudah kembali ke dalam rumah sebelum Reza sempat berbalik dari posisinya. Ketika Reza masuk ke dalam rumah, Wahyu terlihat sedang duduk di sofa ruang tengah sambil menatap televisi.

"Temanmu sudah pulang, Nak?" tanya Wahyu.

"Iya, Pak. Sudah," jawab Reza, seadanya.

"Kamu kenal di mana sama temanmu itu? Sepertinya dia bukan salah satu teman sekolah ataupun teman kuliahmu, dulu. Apa dia teman mangajarmu di SMP GENTAWIRA?" Wahyu ingin tahu.

"Teman mengajarku di SMP GENTAWIRA adalah Diana, Pak. Kalau yang tadi itu sahabatnya Diana, dia seorang Polisi," jelas Reza.

Wahyu pun langsung memikirkan kasus hilangnya Sekar. Kini ia mulai paham, tentang alasan mengapa Reza terlihat begitu berbeda selama beberapa hari terakhir. Ada kemungkinan kalau saat ini Reza sedang kembali memikirkan kasus itu, setelah menerima bantuan dari Zuna.

"Apa pun yang kamu lakukan di luar sana, Bapak tidak akan melarang. Hanya saja, tolong jaga dirimu baik-baik. Saat ini, hanya kamu satu-satunya yang Bapak punya. Setelah kehilangan Sekar dan Ibumu, Bapak tidak ingin kehilangan kamu," pesan Wahyu, sambil menahan airmatanya.

* * *

Rahasia Di SekolahWhere stories live. Discover now